RIAUMANDIRI.CO - Kondisi Pasar Malioboro yang dibangun Pemerintah Kota Pekanbaru sebagai pusat kuliner terpantau memang ramai dipadati pedagang tradisional pada siang hari.
Namun tidak demikian, terhadap pasar yang digadang- gadang sebagai tempat wisata kuliner yang digelar saat malam hari. Pasalnya, pasar itu dibangun tak sesuai harapan pedagang sehingga merekapun enggan berjualan di sana.
Saat siang haripun, terlihat tenda- tenda tempat berjualan yang sebelumnya dipakai pedagang kuliner saat malam hari di Jalan Agus Salim itu sudahberantakan.
Salah seorang pedagang lontong, Zur, menuturkan, pasar tradisional dijadikan pasar kuliner tidak relevan karena memiliki karakteristik yang berbeda.
"Pasar tradisional dijadikan pasar kuliner, ya tidak bisa. Pasar kuliner harus bersih, nyaman, pemandangannya juga harus bagus, tempat orang bersantai. Kalau ini, dilihat kiri kanan bangunan gedung, tak ada yang mau di lihat. Kalau pasar kuliner malam di bawah fly over Jalan Sudirman, berjalan kok, ramai dan lancar, kenapa? Karena ada pemandangan sungai yang di lihat," kata Zur, Selasa, (21/6).
Zur menambahkan, kondisi pasar setelah para pedagang usai berjualan masih diwarnai dengan sampah dan aroma yang tidak sedap.
"Lagian, bekas orang jualan, ayam, ikan, sayur, lontong, sate dan kebutuhan rumah kan masih menyengat kalau malam, bau ayam,bau ikan, bau sayuran yang sudah busuk, bekas tempat pembuangan sampah. Kecuali tiap hari di lakukan penyemprotan agar baunya hilang," tutur Zur.
Hal senada disampaikan, Nuriati, pedagang sayur di sana mengatakan, pergantian antar waktu dari pasar tradisional ke pasar kuliner tidak semudah dan semanis yang direncanakan oleh Walikota.
Faktanya, pasar kuliner yang dicanangkan hanya bertahan selama dua bulan saja yakni Maret- April 2022.
"Dari pasar pusat tradisional ke pasar kuliner seperti Jogjakarta ya susah lah, kan faktanya hanya bertahan dua bulan, setelah itu tutup, tak ada pedagang yang jualan terus pengunjung juga sepi, siapa yang mau berjualan kalau pembelinya tak ada," kata Nuriati.
Masih menurut pedagang, Saiful, semestinya pemerintah sebelum melakukan perencanaan pembangunan harus banyak melibatkan partisipasi masyarakat selain kajian akademik dari aspek ekonomi.
"Pemerintah sebelum membangun pasar harus mengajak pedagang untuk berdiskusi, masa yang menempati tempat jualan tidak diajak diskusi, seharusnya pedagang diajak diskusi. Ini tiba-tiba aja sudah disuruhnya pindah," kata Saipul.
Hasil pantauan Haluan Riau di lapangan, Selasa, (21/6), menunjukkan, pembangunan pasar Malioboro dari Pemerintah Kota Pekanbaru tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan pedagang.