Impor Gandum dari Ukraina, Harga Mi Instan di Indonesia Berpotensi Naik

Selasa, 24 Mei 2022 - 06:50 WIB
Mi instan (internet)

RIAUMANDIRI.CO - Meski perang Rusia dan Ukraina tidak berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia.

Namun, perang kedua negara itu berpotensi mengganggu pasokan gamdum sehingga berdampak kepada harga produk turunannya termasuk mi instan

Hal ini disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto

Ia menjelaskan, transaksi perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina hanya sekitar 2 miliar dollar AS per tahun, sehingga bukan merupakan mitra dagang utama Indonesia. Kondisi itu membuat dampak perang tak dirasakan langsung oleh Indonesia.

Namun, perang tersebut tetap berpotensi menggangu pasokan gandum di Indonesia, yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan mie. Airlangga bilang, 40 persen kebutuhan gandum di dalam negeri diimpor dari Ukraina.

"Dampaknya dapat terasa pada pasokan gandum karena 40 persen kebutuhan gandum kami diimpor dari Ukraina," ujarnya saat pembukaan Paviliun Indonesia dalam World Economic Forum 2022 di Davos, Swiss yang ditayangkan secara virtual, Senin (23/5/2022).

Dia menjelaskan, gangguan pasokan gandum dapat berdampak pada naiknya harga komoditas tersebut, sehingga bisa membuat kenaikan harga mi instan.

Maka dengan kondisi itu, sangat memungkinkan bila perusahaan mi instan menaikkan harga jual produknya.

Ini akan memberikan dampak pada perusahaan mi instan, sehingga bisa saja mereka menaikkan harga produknya.

Maka ini akan menimbulkan inflasi yang berasal dari mi, padahal dalam 3 tahun terakhir inflasi mi instan mendekati nol persen," jelas Airlangga.

Kendati demikian, upaya untuk menjaga pasokan gandum di dalam negeri telah dilakukan. Ia bilang, Indonesia sudah menekan kontrak impor yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gandum setidaknya hingga September 2022 mendatang.

Airlangga mengatakan, saat ini kenaikan harga pangan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi sebagian besar negara di dunia. Gejolak ekonomi global membuat harga sejumlah komoditas pangan utama naik.

Namun, menurutnya Indonesia cukup beruntung karena dampak inflasi pangan tidak terlalu besar. Lantaran, dalam tiga tahun terakhir Indonesia berhasil melakukan swasembada komoditas beras, yang merupakan makanan pokok masyarakat RI.

"Tapi untungnya dalam 3 tahun terakhir, Indonesia sudah bisa melakukan swasembada pada beras. Sehingga semua kebutuhan beras dipenuhi dari produksi dalam negeri. Kami yakni bisa menghadapi tantangan terkait pangan ini," pungkas Airlangga.

 

Editor: Nurul Atia

Tags

Terkini

Terpopuler