Bongkar Sindikat Narkotika Internasional

Polda Riau Gandeng Interpol

Polda Riau Gandeng Interpol

PEKANBARU (HR)-Direktorat Reserse (Dit Res) Narkoba Polda Riau, segera berkoordinasi dengan Interpol Pusat, untuk melacak keberadaan otak sindikat penjualan narkotika internasional di negeri Jiran Malaysia. Penyidikan terus dilakukan Polda Riau.

Langkah ini diambil setelah sebelumnya berhasil meringkus tiga pemasok sabu seberat 46,5 kilogram, Kamis lalu, dimana seorang di antaranya warga negara asing (WNA).

WNA berinial NHK mengaku bahwa sabu yang diselundupkannya, bukan lah miliknya. Ia hanyalah pesuruh (kurir, red) dari seorang bos besar yang bermukim di negeri Jiran Malaysia, dimana untuk sekali pengantaran sabu ke Palembang, NHK dibayar senilai 5.000 Ringgit Malaysia.

"Dia (NHK) ini kurir, begitu pula dengan dua wanita asal Indonesia itu," ulas Direktur Reserse Narkoba Polda Riau, Kombes Pol Hermansyah.
Untuk melacak kebedaraan sang Bos ini, Polda Riau segera berkoordinasi dengan Interpol Pusat.

"Karena ini beda negara, kita akan berkoordinasi dengan Interpol pusat untuk melacak siapa pemiliknya. Karena NHK mengaku tak punya lagi nomor telepon bos itu. Yang jelas penyelidikan terus dilakukan, bila dibutuhkan Interpol akan koordinasi dengan kepolisian Diraja Malaysia," tegas Kombes Hermansyah.

Lalu dua kurir lainnya Y (30) dan YSN (35), diketahui merupakan kaki tangan NHK di Indonesia. Kepada penyidik, keduanya justru mengaku tak tahu bila barang yang dibawa NHK didalam koper adalah shabu senilai Rp180 Miliar. Kedua wanita tersebut mengenal NHK saat bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW).

"Dia mengenal NHK saat di Malaysia, karena NHK sering membantunya disana," terang Hermansyah.

Y (30) dan YSN (35) mengaku baru mengenal NHK sekitar enam bulan lalu. "Baru enam bulan dan baru kali ini diajak dia. Ia cuma minta antar ke Palembang lalu berjanji akan membayar kami," jawab dua tersangka saat ditanya penyidik.

Kepada wartawan, Y mengaku warga asal Pariaman Sumatera Barat, sedangkan YSN warga asal Bengkulu. Mereka dihubungi NHK untuk dapat bertemu, beberapa hari sebelum tertangkap. "Katanya mau ke Indonesia melalui jalur Batam. Lalu ketemuan lah dihotel di Dumai," tutupnya.(hrc/yuk)