Cegah Paham Radikal Dimulai dari Keluarga

Cegah Paham Radikal Dimulai dari Keluarga

Sawahlunto (HR)- Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Ali Mustafa Yakub mengemukakan, pencegahan meluasnya paham radikal dengan mengatasnamakan agama yang marak terjadi saat ini, harus dimulai sejak dini dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga.
"Salah satunya dengan menjaga anggota keluarga kita agar tidak terjerumus mengikuti paham yang membenarkan jalan kekerasan sebagai bagian dari ajaran agama," kata dia pada acara Tausiyah Wisata yang digelar Pemerintah Kota Sawahlunto, di Sawahlunto, baru-baru ini.
Dia mengatakan, menanamkan nilai-nilai moral yang baik serta memberikan pemahaman tentang agama secara benar kepada anggota keluarga adalah cara pencegahan dini yang paling tepat dan ampuh.
Di samping itu, lanjutnya, menjaga keutuhan rumah tangga juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya di samping membangun akidah yang sehat.
Menurut dia, saat ia menghadiri rapat terbatas Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), Bareskrim Mabes Polri dan Detasemen Khusus (Densus) 88, Senin (30/3), terungkap bahwa ketahanan nasional negara sudah dalam kondisi cukup berbahaya.
"Ini perlu menjadi perhatian kita semua sebagai warga negara dengan segera menanamkan tekad untuk kembali menegakkan serta menjaga ketahanan nasional negara Indonesia," ajaknya.
Tekad tersebut, salah satunya adalah dengan menanamkan nilai-nilai kerukunan antara sesama umat beragama.
Terkait ancaman masuknya paham Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) ke Indonesia, dia mengatakan gerakan itu sudah menyimpang jauh dari akidah agama Islam.
"Dulu para ulama berdakwah untuk mengislamkan orang kafir, tapi paham ISIS justru bertindak sebaliknya, yakni menganggap kafir umat Islam apabila tidak mengikutinya," kata dia.
Menurut dia, hal itu cukup sebagai tanda bahwa paham tersebut sudah keluar dari akidah, di samping tindakannya yang radikal dan sadis.
"Islam diturunkan bukan untuk menghancurkan agama lain atau membunuh orang lain yang tidak sepaham dengan kita," tegas dia. (ant/ivi)