Pejabat Kesehatan Workshop di Dumai

Pejabat Kesehatan Workshop di Dumai

DUMAI (HR)-Guna menyamakan persepsi dalam mengantisipasi penyakit hewan, pejabat kesehatan se-Indonesia menggelar workshop Komunikasi, Informasi dan Edukasi & Zoonosis di Kota Dumai.

Workshop digelar di media centre Jalan Putri Tujuh Dumai, Selasa (31/3) hingga Rabu (1/4) kemarin. Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari tersebut diikuti oleh seluruh pejabat yang membidangi kesehatan hewan dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian RI Dr H Ahmad Zunaidi menjelaskan, antisipasi penyebaran penyakit hewan tak bisa dilakukan hanya dengan pendekatan teknis.
"Pendekatan sosial akan lebif efektif jika dilakukan untuk mengantisipasi penyakit hewan, termasuk rabies," kata Ahmad Zunaidi di sela-sela kegiatan workshop kemarin.

Artinya, kata Ahmad Zuinaidi, masyarakat harus diberi pemahaman agar sadar, mau dan mampu bertanggungjawab terhadap hewan peliharaannya. Tidak saja dalam bidang kesejahteraan hewan, tapi juga bertanggungjawab untuk memelihara, menyayangi dan mengobati apabila terkena penyakit.

"Masyarakat harus diberi pamahaman agar peduli dan turut berpartisipasi dalam penanganan penyakit veteriner.  Kita harus menularkan informasi kekinian, yang sah, akurat, sesuai data dan fakta serta up to date kepada masyarakat," pintanya.

Sementara, Kepala Disnakkanla Dumai H Syafrizal mengucapkan terimakasih atas kesempatan telah diberikannya Kota Dumai sebagai tuan rumah pelaksanaan kegiatan Workshop Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Zoonosis tersebut.

Sebab, acara tersebut mempunyai arti yang sangat penting dan menjadi momentum yang tepat bagi Kota Dumai untuk mengaktualkan diri sebagai Daerah Pesisir Timur Sumatera  dalam mencegah dan menanggulangi penyakit hewan khususnya zoonosis
.
Berbicara mengenai zoonosis, bukan rahasia umum. Sebab kejadian zoonosis sangat berdampak terhadap sebuah wilayah baik secara ekonomi maupun politik. Flu burung misalnya, yang kerap terjadi beberapa waktu lalu menyebabkan banyak usaha peternakan yang  gulung tikar, karena ketakutan masyarakat mengonsumsi ayam.

Kasus rabies di Bali, memaksa para wisatawan berpikir ulang untuik datang ke Bali, kondisi itu membuat industri wisata sempat lesu. Tentunya hal  tersebut tidak diharapkan terjadi di Kota Dumai.

"Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit zoonosis ini tak henti-hentinya Pemko Dumai melalui Disnakkanla Dumai dengan dukungan berbagai pihak selalu memprogramkan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular ternak dan berbagai kegiatan," terangnya.

Khusus untuk penyakit rabies, berbagai kegiatan senantiasa dilakukan mulai dari vaksinasi missal terhadap hewan pembawa rabies (HPR), pengendalian HPR liar melalui eliminasi maupun human euthanasia.

"Tapi semua ini belum cukup tanpa dukungan dari semua pihak. Karenanya penanggulangan rabies bukan tanggungjawab satu institusi saja, namun menjadi tanggungjawab berbagai pihak dengan melibatkan berbagai macam profesi antara lain, dokter, ahli gizi, perawat, ahli geologi, mitigasi, ahli ekonomi, sosial bahkan keamanan sesuai konsep one healt," katanya.

Komitmen Bersama

Dipaparkannya, Provinsi Riau khususnya Kota Dumai telah menggabungkan diri dengan beberapa daerah dari Provinsi Bali dan Sumatera Barat dalam pengendalian rabies melalui vaksinasi massal dan berbagai kegiatan penanggulangan rabies lainnya. Hingga tahun 2014, Kota Dumai memiliki kawasan terkelola rabies yang ditetapkan Provinsi Riau.

Untuk itu, ia mengharapkan komitmen yang sama dari Pemerintah Pusat dengan pendanaan bersama berdasarkan strategi penganggaran yang jelas dan program yang tajam dalam penanggulangan rabies.

Di sisi lain, kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit rabies dan upaya pemeliharaan hewan pembawa rabies (HPR) seperti anjing dan kucing perlu senantiasa kita tingkatkan," harapnya.

Menurutnya, penyadaran dan perubahan pola pikir masyarakat yang rentan penyakit rabies perlu digalakkan dan dikembangkan secara terus menerus dan sistimatis, sehingga akhirnya masyarakat paham dan dengan sukarela berpartisipasi dala penanggulangan rabies.

"Kegiatan sosialisasi dan edukasi yang telah kami lakukan ini tentunya tidak ada artinya tanpa adanya pendampingan program yang simultan. Karenanya, melalui kegiatan ini kami berharap akan melahirkan sebuah sistem komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang selaras, dinamis dan adaptel pada berbagai lingkungan masyarakat Kota Dumai," pungkasnya.(zul)