"Pernyataan Menteri Keuangan Sangat Konyol"

JAKARTA (HR)- Pengamat ekonomi Rizal Ramli menyayangkan pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro dan Menko Perekonomian Sofjan Djalilyang menyatakan setiap pelemahan Rp100/dolar negara ak-an untung Rp2,3 triliun.

“Itu pernyataan asal bunyi dari para pejabat. Bayangkan, ada pejabat yang berkata bahwa tiap pelemahan  Rp100/dolar AS, negara akan untung Rp2,3 triliun. Apa dia lupa, bahwa menguatnya dolar atas rupiah juga mengakibatkan beban pembayaran utang akan semakin besar?,” tegas Rizal Ramli melalui siaran persnya, Jum'at (13/3).

Berbagai statement konyol para pejabat pemerintah itu dinilai Rizal Ramli menunjukkan kelas mereka yang duduk di kabinet jauh di bawah bandrol. "Indonesia membutuhkan orang-orang  yang memiliki kapasitas dan kapabelitas memadai agar bisa keluar dari bermacam persoalan yang membelit bangsa," tegas ekonom senior itu.

Menurut Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid ini, anjloknya rupiah adalah sebuah "wake up call" untuk pemerintahan Jokowi. Pemerintah tidak bisa dan tidak boleh hanya terus-menerus bicara soal-soal mikro, seperti infrastruktur, proyek, dan lainnya.  "Pemerintah juga harus canggih dalam merumuskan kebijakan dan berbicara tentang ekonomi makro. Kata anak-anak muda, jangan asal njeplak. Kalau hal itu dilakukan,  akan merusak kredibilitas kita di dalam dan luar negeri,” tukasnya.

Dia juga mengingatkan agar pemerintah menyadari bahwa defisit transaksi berjalan sebagian besar, dibiayai oleh aliran hot money (speculative inflows). Hal tersebut menyebabkan   Bank Indonesia (BI) sangat hati-hati. Penurunan bunga beberapa waktu lalu oleh BI sebesar 0,25% cukup untuk menunjukkan bahwa BI tidak super monetarist. BI sepertinya sadar, Penurunan tingkat bunga sangat besar akan membuat Rupiah anjlok mendekati Rp14.000/dolar AS.

“Sayang sekali, selama ini hanya BI yang fokus dalam stabilisasi kurs rupiah. Sedangkan pemerintah nyaris tidak ada kontribusinya, kecuali hanya komentar-komentr tidak bermutu dan konyol. Mengelola makro ekonomi bagaikan pilot dengan banyak knop di panel kontrol. Salah pencet, bisa membuat pesawat  besar RI goyang, bahkan crash seperti 1998,” kata Rizal Ramli.

Sehubungan dengan itu, Rizal Ramli minta agar Presiden Jokowi menyadari bahwa semua ini adalah lampu kuning dan "wake up call" yang berbunyi nyaring.  "Presiden diharapkan merapikan tim ekonominya. Siapkan kebijakan makro yang jelas dan yang paling penting,  Jokowi harus menghentikan kebiasaan para menterinya untuk membuat pernyataan asal njeplak yang sama sekali tidak bermutu," tukasnya.(sam)