Warga Indonesia

Jadi Target Utama Perekrutan ISIS

Jadi Target Utama Perekrutan ISIS

Jakarta (HR)- Badan Intelijen Negara telah mengantongi identitas 16 warga Indonesia yang ditahan di Turki. Menurut Kepala BIN Marciano Norman, data mereka berbeda dengan identitas 16 warga Indonesia yang hilang pada awal bulan ini.
“Yang 16 orang ini jelas tak ada kecocokan karena mereka ini memang sudah ditangkap lebih awal dan sudah ada di tempat penahanan pemerintah Turki yang berada di dekat perbatasan,” ujar Marciano di kantor Presiden, baru-baru ini.
Dengan demikian, berarti ada dua kelompok warga Indonesia dengan jumlah anggota sama persis, yakni 16 orang, yang diduga berniat bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) belakangan menjadi Negara Islam (IS). Rombongan yang berangkat ke Turki menggunakan agen perjalanan wisata Smailing Tour dan dilaporkan hilang pada awal Maret 2015 ini masih belum terlacak jejaknya.
Pemerintah Turki menangkap 16 warga Indonesia di perbatasan negara itu. Mereka disangka dalam perjalanan menyeberang ke Suriah. Rombongan dipimpin oleh seorang pria dewasa dengan anggota empat perempuan dan 11 anak-anak. Adapun dalam rombongan Smailing Tour terdapat sedikitnya tiga pria dewasa. Rombongan Smailing Tour tiba di Istanbul pada 24 Februari lalu. Mereka kemudian memisahkan diri dan dinyatakan raib pada 4 Maret 2015.
Bukan kali ini saja rombongan dengan jumlah besar bermaksud ke Suriah. Pada awal Desember 2014, sebanyak 12 orang warga Indonesia berhasil dicegah berangkat ke Negeri Syam lewat Turki. Mereka ditangkap oleh Kepolisian Diraja Malaysia ketika sedang transit di Kuala Lumpur dan kemudian dipulangkan ke Indonesia.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan warga Indonesia berpotensi direkrut ISIS. “Ternyata WNI di luar negeri banyak yang berpotensi menjadi anggota ISIS,” katanya.
Tedjo melanjutkan, di dalam negeri sendiri ada sekitar 514 orang yang ditengarai menjadi bagian dari ISIS. Menurut Tedjo, paham ISIS menyebar lewat warga Indonesia yang pulang dari wilayah konflik di luar negeri, seperti Irak dan Suriah. “Itu yang kami khawatirkan,” katanya.
Menurut penelusuran Tempo, sampai Agustus tahun lalu tercatat ada 56 orang Indonesia yang telah bergabung sebagai milisi ISIS di Suriah. Salah satunya, Bachrumsyah atau Abu Muhammad Al-Indonesi, yang pernah menantang polisi dan tentara Indonesia dalam video yang diunggah ke situs YouTube. Bachrumsyah disebut sebagai anggota Mujahidin Indonesia Barat, jaringan teroris yang dipimpin Abu Roban. Bersama pengikut dari Malaysia, mereka dikabarkan membentuk Katibah Nusantara Lid Daulah Islamiyyah atau ISIS cabang Nusantara.
Marciano Norman menyatakan saat ini ada sekitar 50 warga Indonesia di Suriah. Angka tersebut naik-turun karena ada pengikut ISIS yang telah pulang ke Tanah Air. Jumlah itu bisa lebih besar karena tak semua jalur ke Suriah terawasi. “Ada juga yang menggunakan pintu-pintu lain untuk masuk ke sana,” tuturnya. Menurut Marciano, mereka yang berada di Suriah tak selalu untuk bergabung sebagai milisi. Ada juga yang bekerja. (tpi/ivi)