Meranti Menuju Swasembada Beras

Meranti Menuju Swasembada Beras

MENSUKSESKAN program Pemerintah Pusat untuk melakukan swasembada pangan bagi Indonesia, disambut optimis Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti. Berbagai terobosan dan kebijakanpun terus digesa. Melalui Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan (DPPKP), dalam upaya peningkatkan jumlah produksi petani di Kepulauan Meranti.

Sebab saat ini kebutuhan beras untuk masyarakat di Meranti setiap tahunnya terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan penduduk.

Diperkirakan kebutuhan beras tersebut mencapai 28.000 ton, sedangkan jumlah produksi para petani baru memenuhi 10 persen atau sekitar 28  ton saja. Untuk sisa kebutuhan itu terpaksa dipasok dari berbagai daerah lain seperti Jawa, Sumatera Barat, Sumatera Utara, bahkan Malaysia dan Thailand.

Meski sebelumnya Meranti tidak dikenal sebagai daerah pertanian di Riau, namun berkat kegigihan pemerintah melalui DPPKP terus berupaya memanfaatkan lahan sawah tadah hujan yang terhampar luas, ditambah beberapa daerah yang memang memiliki historis sebagai wilayah yang cocok tanam padi itu.

Kawasan Agropolitan Rangsang Barat
Hamparan sawah tadah hujan terluas itu terletak di kawasan Agropolitan Kecamatan Rangsang Barat dan Kecamatan Rangsang Pesisir. Di dua kecamatan bertetangga ini tersebar hamparan sawah lebih kurang seluas 4.200 hektare. Namun yang sudah digarap secara intensif baru berkisar 1.500 hektare dengan total produksi 7.000 ton gabah kering atau sekitar 5.500 ton beras setiap kali panen.

Dan untuk menggesa produksi, sejak musim tanam 2012 lalu Pemkab Meranti juga telah menerapkan pola dua kali tanam satu tahun musim tanam pada kawasan Agropolitan tersebut.

Komitmen Pemkab Kepulauan Meranti untuk menuju swasembada beras tidak hanya terfokus pada gerakan dua kali tanam saja. Pemkab Kepulauan Meranti juga melakukan optimalisasi lahan sawah di 3 kecamatan lainnya.

Seperti di Pulau Merbau, Kecamatan Merbau dan Kecamatan Tebingtinggi Timur. Di tiga kecamatan ini diperkirakan masih terhampar luas lahan sawah tadah hujan lebih dari 3.000 hektare  yang siap untuk dikembangkan.

Selain itu Pemkab Meranti juga akan mengembangkan kawasan sawah pasang surut yang selama ini juga belum tersentuh dengan baik.

Sehingga Untuk mensinergikan program ini, Pemkab Kepulauan Meranti berupaya mendapatkan dukungan dari dana Pemerintah Pusat. Kolaborasi program ekstensifikasi pertanian dan intensifikasi pertanian akan digenjot terus untuk pencapaian swasembada pangan.

Bupati Kepulauan Meranti H Irwan Nasir mengatakan, dengan menerapkan kolaborasi sistem ekstensifikasi dan intensifikasi, diharapkan produksi gabah kering hasil panen akan naik tiga kali lipat. Ditargetkan musim tanam 2015, Meranti bisa memproduksi 21 ribu ton gabah kering atau sekitar 17 ribu ton beras.


"Target kita, dengan pola intensifikasi, penggunaan bibit unggul, sistem pengairan dan program pasca panen serta optimalisasi lahan sawah di tiga kecamatan lainnya, Meranti bisa swasembada beras.

Pada tahun 2015 Kawasan Niaga Meranti bisa tumbuh menjadi daerah lumbung pangan di pesisir dengan pencapaian panen 30 ribu ton beras," ungkap Bupati.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Yulian Norwis menegaskan, komitmen Pemkab Kepulauan Meranti untuk menuju swasembada beras tidak hanya terfokus pada gerakan dua kali tanam di kawasan Agropolitan. Namun juga akan melakukan optimalisasi luasan hamparan sawah di tiga kecamatan lainnya, seperti di Pulau Merbau, Kecamatan Rangsang dan Kecamatan Tebingtinggi Timur.

"Di tiga kecamatan ini diperkirakan terhampar lebih 3.000 hektar lahan sawah yang tak digarap petani," ungkapnya.

Selain itu Pemkab Meranti juga akan mengembangkan kawasan sawah pasang surut yang selama ini juga tidak tersentuh petani. Untuk mensinergikan program ini, Pemkab Kepulauan Meranti berupaya mendapatkan dukungan dari dana Pemerintah Pusat.

"Kolaborasi program ekstensifikasi pertanian dan intensifikasi pertanian akan kita genjot terus untuk swasembada pangan di Kabupaten Kepulauan Meranti," ujarnya.

Kembangkan Bibit Padi Inpara & Organik
Selain itu, Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan (DPPKP) Kabupaten Kepulauan Meranti, mulai mengembangkan pembibitan padi inbrida padi rawa (Inpara). Sehingga dengan bibit unggulan itu dapat membuat panen padi hingga dua kali sampai tiga kali dalam setahun.

"Ada seluas 3 hektar kita kembangkan pembibitan padi inpara di Kepulauan Meranti. Sehingga hasil beras diharapkan bisa meningkat. Sebab panen dengan bibit padi inpara bisa mencapai 2 hingga tiga kali dalam setahun," ungkapnya.

Menurut lelaki yang akrab dipanggil Icut itu, panen dengan bibit padi Inpara paling lama hanya 110 hari. Makanya dengan bibit inpara tersebut nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil panen oleh para petani padi. Dengan demikian secara bertahap hasil beras di Kepulauan Meranti bisa lebih banyak lagi.

"Kita berharap setiap tahun hasil panen padi bisa terus meningkat dan menghasilkan beras yang baik. Kita menargetkan jumlah beras yang dihasilkan seperti lingkaran anti nyamuk, dimana untuk kali pertama minimal bisa memenuhi kebutuhan di desa yang menanam padi, dan setiap tahun terus bertambah dan mencukupi kebutuan beras desa tetangga dan akhirnya memenuhi kebutuhan di wilayah Kepulauan Meranti," terangnya.

Kemudian Dinas ini juga akan mengambangkan Padi Organik seluas 100 hektar di Desa Penyagun, Kecamatan Rangsang. Program tersebut diharapkan dapat menjadi pilot project bagi pengembangan padi organik selanjutnya.

Yulian Norwis mengatakan, jika kelompok tani menyediakan lahan yang cukup, DPPTP siap untuk segera merealisasikannya. Karena Padi Organik itu akan menjadi pilot projek untuk panen padi sebanyak 3 kali setahun.

Disebutkannya, dalam pelaksanaan program padi organik tersebut sudah include dengan sejumlah program lainnya, seperti pupuk, bibit unggul dan pengairan di lahan pertanian. Makanya ditargetkan nantinya bisa menambah produksi beras di desa itu.

"Jika sudah direalisasikan padi oraganik ini, kita targetkan desa penyagun bisa menghasilkan beras di atas 5 ton. Dan tentu saja membuat warga desa ini lebih bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras di Kepulauan Meranti," katanya.

Diungkapkannya, program padi organik tersebut didapatkannya dari program Pemerintah Pusat. Program itu diharapkannya dapat terus meningkatkan produksi beras Kepulauan Meranti. Sehingga nantinya daerah ini tidak perlu lagi mendatangkan beras dari luar daerah.

Lebih jauh Yulian Norwis menginginkan, petani dapat menginventarisir lahan yang bisa dijadikan lahan pertanian padi tersebut. Sehingga nantinya bisa diusulkan untuk disertifikatkan melalui program nasional (Prona).

"Tinggal lagi bagaimana komitmen daripada petani kita. Yang jelas program cetak sawah, bersama dengan bibit unggul, pupuk, alat penyemprot hama, dan peralatan pendukung terus kita upayakan setiap tahunnya dari pemerintah pusat. Jika seluruh petani kita berkomitmen, maka untuk bisa swasembada beras tidak akan sulit," optimis Kepala DPPKP Kepulauan Meranti itu.

Panen Raya di Batang Meranti
Beberapa waktu lalu, warga Desa Batang Meranti yang terletak di Kecamatan Pulau Merbau, menggelar syukuran panen padi perdana. Panen ini merupakan desa ke empat di Kabupaten Kepulauan Meranti setelah sebelumnya panen padi di Desa Teluk Samak, Penyagun, dan Segomeng.

"Kita memang benar-benar membangun pertanian sesuai sentra dan potensi yang ada, dengan begini nantinya, untuk reward di Desa Batang Meranti ini kita kembali akan bantu kembangkan seluas 76 hektar tanaman padi lagi,” kata Yulian Norwis.

Pulau Rangsang Lumbung Padi
Pemkab Meranti menetapkan, Kecamatan Rangsang Barat dan Rangsang Pesisir akan dijadikan sebagai daerah lumbung padi atau sentra produksi pangan untuk masyarakat.

Saat ini terdapat 2.472 hektare lahan pertanian tanaman padi di seluruh Kepulauan Meranti. 2.100 hektare di antaranya berada di dua kecamatan tersebut. Jumlah itu masih bisa dikembangkan lagi. Dari data yang akan dikembangkan untuk kawasan pertanian padi nantinya mencapai 4.700 hektare lebih.

"Dari lahan pertanian padi seluas 4.200 hektare yang ada di Kecamatan Rangsang Barat dan Rangsang Pesisir, saat ini yang sudah tergarap baru seluas 2.000 hektarenya. Dari garapan itu, Kepulauan Meranti baru bisa menghasilkan produksi beras sebanyak 7.000 ton per tahun, sementara keperluan beras masyarakat mencapai 28.000 ton per tahun," ungkap Bupati Irwan.

Atas kekurangan suplai beras tersebut, dia mengharapkan kepada para camat dan kepala desa dapat mempertahankan luas lahan yang tersedia di dua kecamatan itu untuk tetap menjadi lahan pertanian padi atau persawahan.

Bila lahan seluas 4.200 hektare itu mampu memproduksi beras dengan dua kali panen dalam setahun, maka keperluan 28.000 ton beras setahun dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Caranya, para camat dan kepala desa tidak memberikan izin alih fungsi lahan menjadi lahan perkebunan, bahkan menjadi lahan pemukiman. Ini merupakan kerja keras dan tanggungjawab kita semua. Jika jumlah lahan pertanian yang diperlukan untuk memproduksi kebutuhan pangan sudah sangat terbatas, maka kondisi tersebut dapat mengancam ketersediaan pangan bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti sendiri," ujarnya.

Pemerintah daerah juga akan memperhatikan keseimbangan keperluan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian khususnya di wilayah lumbung pangan yang ada di Kecamatan Rangsang Barat dan Rangsang Pesisir.

"Pemkab akan lebih memberikan perhatian kepada para petani dalam mendukung program menuju swasembada pangan di daerah ini," kata bupati.


Hadirkan Menteri Pertanian
Untuk semakin meningkatkan gairah pertanian di Kepulauan Meranti, Pemerintah Kabupaten melalui DPPKP berhasil mendatangkan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, Rabu (4/3), lalu.

Selain mengikuti panen raya, Menteri Amran juga berdialog bersama para petani untuk mengetahui langsung kendala yang dihadapi oleh para petani.



"Kami yakin mampu mewujudkan swasembada pangan di Kepulauan Meranti. Setidaknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri," ujar Bupati Irwan saat menerima kunjungan Menteri Amran Sulaiman.

Selama tiga tahun terakhir, kata Irwan, pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Kepulauan Meranti telah mencapai 5 persen. Berbagai terobosan terus dilakukan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan lokal.

Program-program optimalisasi pertanian selain untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, juga merupakan salah satu upaya pemerintah daerah dalam menekan angka kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti.

"Seperti di Pulau Rangsang ini sebagai salah satu pulau terluar Indonesia. Tingkat kemiskinan di pulau ini cukup signifikan. Salah satu upaya kita dalam menekan angka kemiskinan itu dengan cara optimalisasi pertanian.

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi khususnya saat musim kemarau, adalah masalah ketersediaan air. Dimana sebagian besar wilayah persawahan di daerah ini tidak memiliki sumber air yang memadai," ungkapnya.

Oleh karena itu, lanjut Bupati, kehadiran Menteri Pertanian di tengah-tengah lahan persawahan Desa Bina Maju, dapat melihat langsung kondisi sulitnya mengolah lahan pertanian di Kepulauan Meranti, termasuk memberikan harapan serta motivasi bagi para petani di daerah ini.

"Tentunya dengan kehadiran Bapak Menteri dan berdialog langsung dengan masyarakat petani, juga memberikan harapan yang besar bagi kami untuk kedepannya bersama-sama lebih mengoptimalkan produksi pertanian di Kepulauan Meranti," harap Bupati.

Kementan Janji Bantu Alat Pertanian
Usai melakukan panen raya secara simbolis, Menteri Amran langsung berdialog bersama sejumlah petani membicarakan apa yang menjadi kebutuhan petani. Ia sangat berharap program pemerintah untuk swasembada pangan dapat terwujud, sehingga Indonesia tidak lagi harus mengimpor dari negara luar.

"Kita negara besar, negara merdeka, negara kaya, dan harus berdaulat secara pangan. Saya yakin kita bisa," kata menteri kelahiran Sulawesi ini.

Menurutnya saat ini Indonesia memang masih mengimpor beras dan beberapa jenis pangan lainnya dari negara luar, namun dia yakin hal itu akan segera berubah. Indonesia tidak lagi negara pengimpor, katanya, tapi akan menjadi negara pengekspor dengan berbagai kebijakan yang mulai dijalankan oleh Kementerian Pertanian.

"Tunggu saatnya serangan pangan dari Indonesia ke negara luar. Tidak akan saya biarkan impor produksi pertanian, selagi kita masih bisa memproduksinya sendiri," ujar Amran disambut riuh tepuk tangan para petani.

Pria yang masih keturunan Raja Bone ini juga mengatakan bantuan yang akan dikucurkan kepada para petani harus seuai dengan keinginan petani itu sendiri, bukan keinginan dari Jakarta. Untuk itu dia langsung menanyakan kebutuhan petani, mencatatnya dan memerintahkan stafnya untuk memasukkan ke dalam program Kementerian

"Sampaikan, apa yang bisa kami bantu di sini?," tanya Doktor Ilmu Pertanian itu.

Dia berjanji akan membantu apa saja yang menjadi kebutuhan para petani untuk meningkatkan produksi pertanian sehingga mampu mewujudkan cita-cita swasembada beras

Bantuan untuk Kepulauan Meranti terdiri dari pengembangan jaringan irigasi sebesar 1.000 ha dan optimasi lahan 2.000 ha dari refocusing anggaran Tahun 2015, pengembangan jaringan irigasi sebesar 1.000 ha dari APBN-P, rice transplanter 6 unit, handtraktor 6 unit dan akan ditingkatkan hingga 24 unit dan pompa air 24 unit. (adv/hms)