Akibat Limbah Kanal PT AA, Sungai Batang Uwat Dangkal

Junendri Masih Mencari Ikan

Junendri Masih Mencari Ikan

Walaupun Sungai Batang Uwat dangkal akibat limbah kanal milik PT Arara Abadi, namun sungai tersebut tetap menjadi tempat bergantung warga yang tinggal di sekitar itu.

 Sebagian nelayan masih saja beraktivitas disana, padahal kayu-kayu kering banyak yang menimpa sungai. Akibatnya penghasilan nelayan tidak sebanyak seperti dulu.

"Mau bagaimana lagi Bang, sudah kebiasaan saya dari kecil hingga besar seperti sekarang kerjaannya mencari ikan.

 Jadi mau tak mau ya saya  tekuni saja profesi ini sebagai nelayan kecil-kecilan. Yang penting periuk orang rumah tidak kolek (ekonomi keluarga tidak kekurangan).

Semenjak Sungai Batang Uwat dangkal, pendapatan sangat minim. Dulu dalam satu hari kami bisa dapat ikan 5-10 kg, sekarang menjadi 1 kg, bahkan 1/2 kg," ungkap Junendri salah satu nelayan Kampung Rawa Mekar Jaya yang masih aktif, Jumat (6/3).

Lanjut Junendri, lukah atau bubuh yang dipasang di Sungai Batang Uwat tersebut, jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Butuh waktu sekitar 1/2 jam lebih untuk sampai lokasi. Biasanya ia menggunakan pompong yang dimilikinya.

"Memang cukup jauh  jarak rumah saya dengan tempat saya mencari ikan. Mungkin sekitar 1/2 jam lah dari rumah sampai ke tempat tujuan.

Kalau dulu enak, kami enggak bolak-balik ke rumah, cukup 3 hari atau 1 minggu sekali kami pulang ke rumah dan menjual  hasil tangkapan kami di kampung bahkan ke kampung tetangga.

 Karena dulu pendapatan kita mencari ikan itu sangat banyak," jelasnya.

Ditambahkan Junendri, hasil ikan tangkapan yang ia jual itu sejenis ikan keli, lembat, lompong, baung dan tapah. Ikan tersebut dijual dengan harga bervariasi.

Kalau ada ikan yang mati, oleh Junendri dijadikan ikan sale atau ikan dipanggang, dengan harga 2 kali lipat dari harga ikan segar.

"Kenapa ikan sale yang kita jual itu lebih mahal, karena proses pembuatan ikan sale itu memakan waktu cukup lama Bang.

 Ikan tersebut yang biasanya masih hidup kalau ditimbang beratnya  1/2 kg, dan kalau  disale menjadi 1/4 kg. Makanya ikan sale sangat mahal dibanding ikan segar.

Harapan saya sebagai nelayan tentunya adalah bagaimana mata pencarian saya tidak mati total. Maka dari itu kepada pihak PT Arara Abadi atau Pemda Siak, kalau bisa carikan solusi kami dalam menghadapi dan mengembangkan profesi sebagai nelayan ini, dan kalau bisa tempat yang biasa saya gunakan untuk mencari nafkah, itu diperbaharui atau digali kembali," ungkapnya penuh harap.

Sementara itu,  Kepala Dusun Rawa Mekar Jaya, Mukhodin juga mengatakan, sebelum Sungai Batang Uwat itu dangkal akibat lumpur kanal milik PT Arara Abadi, nelayan di sana sangat banyak yang memburu ikan.

"Sekarang  nelayan yang masih aktif melakukan aktivitasnya dan masih luar biasa semangatnya dalam mencari ikan, yaitu Junendri.

 Sampai saat ini masih sering masuk dan mencari ikan di Sungai Batang Uwet yang keadaanya dangkal dan ikanpun sudah agak langka.

 Kami sebagai aparat kampung memberikan apresiasi kepada dia yang selalu semangat dalam menghadapi zaman yang modern ini dengan menjadi penelayan yang apa adanya, dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan kepadanya walau hanya pas-pasan saja untuk memenuhi kebutuhannya," pungkasnya. ***