Menggaungkan Colok Bengkalis ke Level Nasional

Menggaungkan Colok Bengkalis ke Level Nasional

RIAUMANDIRI.CO, BENGKALIS - Colok selalu identik dengan Bengkalis. Mulai malam 27 Ramadan atau lebih dikenal dengan sebutan malam tujuh likur di kalangan masyarakat Negeri Junjungan, biasanya warga Bengkalis yang diperantauan maupun masyarakat luar, datang berbondong-bondong ke daerah ini untuk menyaksikan Festival Colok.

Selain sudah menjadi tradisi turun temurun di negeri ini, Festival Colok Bengkalis sudah cukup dikenal dimana-mana. Negara tetangga Malaysia pun kagum akan tradisi masyarakat Negeri Junjungan ini. 

"Saya pernah bertemu dengan orang Malaysia, mereka memuji Festival Colok Bengkalis. Katanya sangat bagus sekali," ujar Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis, Zainuddin Yusuf. 


Menurut Ketua LAMR, tradisi dan budaya lampu colok memang ada di daerah lain. Namun tidak sesemarak di Bengkalis yang sudah menjadi tradisi yang melekat di masyarakat daerah ini. 

"Kita sangat mendukung sekali jika festival colok ini dijadikan event se-Riau. Bahkan kalau bisa menjadi event nasional karena sudah sangat dikenal luas oleh masyarakat," ujarnya. 

Untuk mewujudkan keinginan besar tersebut, Zainuddin sangat berharap tradisi ini dapat terus dipertahankan. Tidak bisa ditampik, Pemerintah Kabupaten Bengkalis melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga memiliki andil besar dalam melestarikan dan mengembangkan tradisi ini. Dan tentunya ini juga harus didukung oleh semua komponen masyarakat.

"Saya pernah sampaikan kepada pemerintah agar lampu colok ini terus dilestarikan. Karena ini merupakan budaya kita sejak zaman dahulu, sehingga generasi tahu sejarah lampu colok. Alhamdulillah perhatian pemerintah kita sampai hari ini sungguh luar biasa, mudah-mudahan ini bisa tetap dipertahankan dan ditingkatkan ke depannya," harap tetua Bengkalis ini.

Selaku sepuh, ia sangat berharap suatu hari nanti tradisi dan budaya lampu colok ini gaungya bisa menasional seperti pacu jalur di Kabupaten Kuantan Singingi dan ombak bono di Kabupaten Pelalawan.

“Kalau kita cermati, festival lampu colok ini tak ubahnya seperti pacu jalur di Kabupaten Kuantang Singingi. Sama-sama tradisi masa lampau yang terus dijaga keberadaan. Jika pacu jalur gaungnya sudah menasional, kenapa tidak dengan colok,” tantang Zainuddin.


Reporter : Usman Malik
Editor    : Mohd Moralis