Hasil Penelitian Dulak

Kedatukan di Kampar Masih Terkait Pasaman

Kedatukan di Kampar Masih Terkait Pasaman

 


BANGKINANG (HR)- Selama enam bulan terakhir, Dubalang Lembaga Adat Kampar bersama Tim Matang Kari, sebuah yayasan yang dibentuk Dulak, melakukan penelitian secara mendalam tentang kedatukan, adat istiadat Andiko 44, khususnya kedatukan Andiko 44 di Kabupaten Kampar. Dari penelitian itu ditemukan keterkaitan Kedatukan Andiko 44 di Kabupaten Kampar dengan Kedatukan di Pasaman, Sumbar.
Demikian diungkapkan Ketua Dubalang Lembaga Adat Kampar (Dulak), HM Bahrum Datuk Mangkudun Sati, kepada Haluan Riau, saat menyampaikan kesimpulan sementara hasil penelitian mereka,  Minggu (14/12). "Kami sudah menemukan, adanya keterkaitan antara kedatukan di Kampar dengan Pasaman," ujar Bahrum.
Untuk mengkaji dan meneliti adat istiadat dan Kedatukan Kampar ini, Dulak bersama Tim Matang Kari telah beberapa kali turun ke beberapa wilayah di Sumatera Barat, termasuk Pasaman Sumatera Barat.
Diuraikan Bahrum, Kedatukan Andiko 44 di Kampar berkaitan dengan Kedatukan Tiga Selo (Kedatukan  di Pulau Andalas/Sumatera) tepatnya di bukit Pertemuan (Panti Pasaman). Ada tiga bersaudara (Tiga Selo) di Bukit Pertemuan yang menjadi datuk.
Datuk yang sulung (Uwuo) tinggal di Panti Pasaman, Datuk Tengah menjadi Kedatukan di Rokan Hulu (Lintas Pertemuan) dan Datuk Bungsu menjadi Datuk di Muara Takus XIII Koto Kampar. "Datuk Bungsu (paling kecil) yang ada di Kampar membentuk kerajaan Indo Dunia di Muara Takus, dengan gelar datuknya, Datuk Rajo Dubalai. Datuk Rajo Dubalai bersama susunan perangkatnya masih ada sampai sekarang dan ada pembuktiannya," jelas Bahrum.
Datuk di Kampar adalah Selo yang Bungsu yang kekuasaan adatnya meliputi Andiko 44. "Wilayah adat Andiko 44 itu mulai dari Durian Concang Rajo (Pasaman sampai Kubu, Bangko, Sidinginan) terus ke  Lagundi Nan Baselo (Pelalawan, kerajaan Pekan Tua), kemudiknya sampai ke Indragiri," ujar Bahrum.
Dijelaskan Bahrum, Dulak dan Tim Matang Kari juga telah menemukan pembuktian sejarah berupa candi-candi tentang sejarah adat dan kedatukan  yang ada di Pulau Sumatera. “Ada 112 candi di Pulau Sumatera. Candi tertua terletak di Desa XIII Koto Kampar, Moutakui (Muara Takus), dalam lingkungan kerajaan Indo Dunia,” ujarnya.
Terakhir mereka (Dulak dan Tim Matang Kari) turun ke Kecamatan Panti, Pasaman, Jumat lalu. Dalam rombongan yang dipimpin Ketua Dulak HM Bahrum Dt Mangkudun Sati, turut serta, Ketua Matang Kari, Amir, Pucuk Adat Bandaro Tuo, Datuok Sutan Lambak, Angku Imi. Selain dalam rangka penelitian juga berziarah ke makam kedatukan yang tua di Bukit Lambak  (Desa lambak) Kecamatan Panti Pasaman.
Rombongan disambut Pucuk Adat Pasaman Datuk Sutan Lambak.
Di pemakaman tersebut juga digelar ritual adat istiadat setempat. Dikompleks pemakaman kedatukan itu ditemukan makam kedatukan sebanyak 13 pusara yang bernisankan era sebelum Islam masuk. Nisan bertuliskan dalam tulisan masa Hindu. "Setelah diukur, makam tersebut memiliki panjang 3,8 meter," ujar Bahrum.
Hasil penelitian Dulak bersama Matang Kari ini akan diseminarkan untuk selanjutnya dijadikan sebuah buku. "Buku ini akan menjadi bukti tertulis asal muasal Kedatukan di Kampar," ujar Bahrum. (oni)