Firdaus Tertegun Mengetahui 5.000 Warga Meranti Terpaksa Adu Nasib ke Malaysia

Firdaus Tertegun Mengetahui 5.000 Warga Meranti Terpaksa Adu Nasib ke Malaysia
RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Pemimpin mana yang takkan sedih ketika mendengar kisah tentang sekitar 5.000 warganya terpaksa mengadu nasib ke negeri Jiran Malaysia karena sulitnya kehidupan di negeri sendiri.
 
"Iya, sejujurnya saya saat itu tertegun dan teramat sedih mendengar cerita dari masyarakat Meranti tersebut. Sekitar 5 ribu warga di sana kini mencoba mencari kehidupan lebih baik ke Malaysia," kata calon Gubernur Riau nomor urut 3 DR H Firdaus ST MT menjawab media di kediaman pribadinya, di Pekanbaru, akhir pekan ini, ketika ditanyakan soal curhatan masyarakat Meranti saat paslon Firdaus-Rusli melakukan kampanye dialogis Pilgubri di Selatpanjang, belum lama ini.
 
Dituturkan Firdaus, selama ia berkampanye dan menjemput aspirasi masyarakat, berbagai keluh kesah dan harapan banyak disampaikan warga kepada dirinya maupun cawagub H Rusli Effendi. Namun diakuinya, curhatan warga di Meranti termasuk salah satu yang selalu terngiang-ngiang di telinganya dan hal itu makin memotivasinya untuk dapat menjadi Gubernur Riau periode 2019-2024.
 
Dijelaskan tokoh Visioner Indonesia 2018 itu, salah seorang warga Meranti, kebetulan namanya juga sama dengan Firdaus, saat berdialog di Hotel Indobaru, Selatpanjang, berkeluh kesah tentang sulitnya kehidupan di Meranti saat ini. 
 
Sejak pemerintah mengeluarkan aturan yang ketat dan tegas terkait semokel (penyelundupan) barang dari luar negeri, sejak itu pula perekonomian masyarakat setempat anjlok drastis. Sebab, sebelumnya kehidupan sebagian masyarakat di sana memang bergantung dengan bisnis  semokel itu.
 
"Dia bilang ke saya dan rombongan, sejak semokel jadi kegiatan yang tak boleh lagi di sana, perekonomian rakyat Meranti menjadi nyaris lumpuh. Akibatnya, sekitar 5.000 warga di sana yang berasal dari 103 desa/kelurahan terpaksa menyeberang ke Malaysia untuk mengadu nasib," tutur Firdaus.
 
Selepas ditinggal pergi ribuan warganya mengadu nasib ke negeri Jiran, warga yang masih bertahan di kampung halaman banyak yang terpaksa banting stir menjadi nelayan dan sebagian berkebun memotong karet. Namun hasilnya tidak memadai karena kebun yang digarap sudah tua dan semestinya juga dilakukan pembaruan lagi.
 
Lalu apa yang Pak Firdaus sampaikan kepada warga setempat berkaitan dengan kondisi masyarakat di kabupaten termuda di Riau itu?
 
Menurut Walikota Pekanbaru nonaktif itu, sesuai dengan visi misi dan program pasangan Firdaus-Rusli, tentunya sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar ke depan warga Meranti dapat bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.
 
Firdaus-Rusli jika diamanahkan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Riau sudah menyiapkan program beasiswa untuk 1.000 sarjana S2 dan S3 selama lima tahun, yang mana nanti akan dikirim ke beberapa negara seperti Mesir, Amerika, Eropa dan lain sebagainya.
 
Untuk pendidikan tingkat SLTA yang kini menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, Firdaus komit untuk membebaskan biaya pendidikan. Firdaus juga dalam programnya untuk pendidiksn non-formal, menyiapkan berbagai pelatihan untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil.
 
Sedangkan untuk mengatasi sulitnya lapangan pekerjaan di Meranti khususnya, Firdaus mengatakan akan berusaha keras supaya investor masuk untuk berinvestasi di Meranti, sehingga peluang kerja tercipta.
 
''Kita juga bisa gerakkan pabrik olahan sagu sebagai  industri dengan prospek yang cukup bagus dan juga menyiapkan industri hilirnya,'' kata dia.
 
Firdaus juga menambahkan, dengan masuknya investor dan SDM yang berkualitas tentu perlu juga ditopang dengan adanya infrastuktur dasar seperti jalan, jembatan, listrik, air bersih, dan telekomunikasi, agar proses keluar masuknya barang dari wilayah industri ke pasar berjalan lancar.
 
Tentang regulasi lintas batas yang menjadi penyebab dilarangnya kegiatan semokel saat ini, Firdaus mengungkapkan akan mendudukan persoalan ini dengan pemerintah pusat agar diberikan sedikit kelonggaran dan jangan diperlakukan sama di seluruh indonesia. 
 
Kebijakan tersebut bisa mengacu pada kebijakan perdagangan lintas batas seperti di wilayah Batam dan sekitarnya. "Insha Allah jika kami terpilih, masalah itu akan kami dudukkan dengan pusat," ujar Firdaus yang mengaku Meranti termasuk daerah yang prioritas jadi perhatiannya karena kabupaten termuda itu memang sangat berat kondisi perekonomian masyarakatnya.***
 
Editor: Nandra F Piliang