Enam Kesalahan Tipikal Pengendara Mobil Matik

Enam Kesalahan Tipikal Pengendara Mobil Matik
RIAUMANDIRI.co - Selain manual, mobil bertansmisi matik sudah jadi pilihan utama masyarakat perkotaan, dengan kondisi jalan yang seringkali macet atau tersendat. Namun, perlu diperhatikan keduanya memiliki karakter yang berbeda. 
 
Kali ini, fokusnya membahas soal mobil matik, di mana berikut ini adalah kesalahan yang kerap dilakukan para pengendara mobil dengan transmisi otomatis. Anjar Rosjadi, Technical Service Executive Coordinator Astra Daihatsu Motor (ADM) beberapa kesalahan tersebut, punya efek yang negatif bagi mobil atau keselamatan berkendara.
 
Kesalahan yang pertama kata Anjar, posisi transmisi tetap di “D” saat menunggu lampu merah. Khawatirnya, ketika pengemudi lelah, injakan rem berkurang, mobil bisa berjalan tanpa diinginkan. “Berpotensi menabrak mobil di depannya,” ujar Anjar kepada KompasOtomotif, Senin (11/09).
 
Kedua, menggunakan dua kaki yang ditempatkan pada pedal rem dan gas. “Ini berbahaya, karena kontrol kendaraan menjadi sulit, dan membuat kanvas rem cepat habis. Jadi harus membiasakan menggunakan satu kaki,”ucap Anjar.
 
Ketiga, ketika berkendara di kondisi jalan downhill, posisi transmisi selalu di D atau selalu di L. Rekomendasinya, biasakan mengombinasi antara posisi transmisi D dan L. Kalau selalu pakai L, kopling transmisi jadi panas. Sementara jika selalu D, khususnya diturunan yang curam, akan mengurangi adanya engine break, sehingga mobil lebih meluncur cepat dan pengereman hanya mengandalkan rem saja.
 
Keempat, kurang memperhatikan posisi persneling saat parkir atau keluar parkir, dan menekan gas secara agesif. “Mereka pikir mobil maju, padahal posisi gigi mundur, karena agresif injek gasnya, mobil jadi meluncur tak terkendali,” kata Anjar.
 
Kelima, di saat menderek mobil matik, ban roda penggerak tidak diangkat atau digantung. Anjar menyebut, kondisi tersebut bisa membuat komponen dalam transmisi rusak, karena dipaksa jalan tanpa ada lubrikasi (mesin mati, pompa oli mati, sehingga oli tidak tersirkulasi).
 
Keenam, tidak mengganti oli transmisi sesuai jadwal. “Bisa terjadi keausan, karena fungsi lubrikasi di dalam transmisi tidak optimal. Sehingga bisa mengakibatkan kerusakan yang fatal pada komponen transmisi,” ucap Anjar.(okc/van)