Jelang Puncak Haji Jemaah Harus Persiapkan Diri, Ini yang Perlu Dilakukan

Jelang Puncak Haji Jemaah Harus Persiapkan Diri, Ini yang Perlu Dilakukan
PEKANBARU, RIAUMANDIRI.co - Menghadapi puncak haji pada 31 Agustus - 4 September atau 9 -13 Dzuljhijjah 1438, berbagai persiapan dilakukan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, di antaranya; koordinasi, manasik, dan mengurangi ibadah sunnah yang bisa menguras tenaga jamaah haji.
 
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Kementerian Agama Riau, H Ahmad Supardi kepada riaumandiri.co, Selasa (22/8), usai acara Rakor Persiapan menghadapi Puncak Haji yang dipimpin langsung oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali di Kantor Urusan Haji (KUH), Jeddah.
 
Dijelaskan, bahwa ada beberapa hal yang menjadi fokus bahasan rapat, termasuk diusahakan penghentian sementara layanan ketering dan bus salawat di Makkah jelang puncak haji, dan persiapan jadwal Armina, termasuk antisipasi agar kejadian masa lalu tidak terulang lagi.
 
Oleh sebab itu, Kementerian menghimbau kepada seluruh jemaah untuk bisa tetap menjaga kesehatan dan mempersiapkan diri jelang puncak haji. Saat ini kondisi jemaah dalam keadaan baik dan hanya beberapa jamaah yang harus menjalani perawatan karena sakit. 
 
Sebelum itu, seluruh jemaah mengikuti acara visitasi kesehatan dari TPP / TKHI dan visitasi pemantapan ke Armina. "Jadi kita saat ini sedang memastikan kesiapan dan kondisi jemaah jelang puncak haji," ujarnya. 
 
Dalam kesempatan itu, pihaknya mengharapkan para jamaah benar-benar bisa menjaga kesehatan mulai sekarang. "Upayakan untuk selalu cukup beristirahat, banyak makan buah-buahan serta minum agar tidak dehidrasi. Terhadap jamaah yang memiliki penyakit tertentu harus dikontrol benar agar membawa obat- obatan yang dianjurkan oleh dokter,” himbaunya. 
 
Untuk itu, ia menghimbau, terhadap data jamaah Riau yang masuk kriteria safari wukuf dan badal haji, hendaknya segera disampaikan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah. Karena setelah pengusulan nama- nama, biasanya tim kesehatan akan turun langsung memeriksa kondisi jamaah bersangkutan untuk memastikan apakah jamaah yang diusulkan masuk dalam kategori yang telah ditetapkan.
 
Ada beberapa kriteria bagi jamaah yang akan diikutkan dalam safari wukuf. Kriteria tersebut antara lain, gangguan jiwa berat, jantung dan pernafasan berat, patah kaki, dan gangguan fisik lainnya yang sudah pada level berat. 
 
Apapun progress dan catatan kesehatan jemaah akan menjadi alat ukur dalam menentukan penting safari wukuf atau tidaknya. Terhadap jemaah yang wafat sudah rilis sertifikat kematiannya (COD) dan akan dibadalhajikan. 
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 23 Agustus 2017
 
Reporter: Renny Rahayu
Editor: Nandra F Piliang