Kepercayaan Manusia Harimau di TNBT

Kepercayaan Manusia Harimau di TNBT
RENGAT (RIAUMANDIRI.co) - Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) terkenal menyimpan banyak potensi. Hutan Lindung ini selain mempunyai berbagai macam objek untuk dijadikan Destinasi wisata, juga memiliki beragam jenis Flora dan Fauna. Terlebih lagi Hutan ini merupakan tempat konservasi Harimau Sumatera.
 
Dalam sebuah ekspedisi oleh tim TNBT, selain keindahan alam, ada hal lain ditemukan. Penemuan tersebut terkait pada legenda Manusia Harimau yang menjadi bagian hidup dari masyarakat di sekittar lokasi TNBT tersebut.
 
Andi Munandar, salah satu anggota tim dari balai TNBT yang melakukan ekspedisi pencarian objek wisata di TNBT mengungkapkan ekpedisi itu dilakukan selama seminggu, 19 -25 Juli 2017. Lokasi yang dipilih adalah satu dusun yang tidak disebutkan namanya di Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Inhu. 
 
Kata Andi, mereka sengaja tidak menyebutkan nama dusun itu untuk menjaga habitat harimau di lokasi yang mereka kunjungi. "Kita tidak ingin ada pelaku pemburu atau tukang jerat harimau menemukan lokasi itu," katanya, Kamis (27/7).
 
Saat pencarian objek wisata di dusun tersebut, tim bertemu sekelompok masyarakat yang mempercayai akan keberadaan manusia harimau di dalam TNBT. Rasa penasaran muncul setelah mendengar mitos dari masyarakat membawa tim melakukan pencarian terhadap keberadaan manusia harimau itu. 
 
Selayaknya legenda, masyarakat memiliki bukti dan petunjuk atas apa yang mereka percayai itu. Berdasarkan petunjuk dari masyarakat, tim melakukan pencarian ke pedalaman hutan TNBT. Menurut Andi lokasinya begitu tersembuyi, dan untuk menuju ke sana hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. 
 
"Kita naik sepeda motor dari sebuah dusun sekitar 15 menit, kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar setengah jam ke dalam hutan," ujarnya.
 
Melewati sungai dan air terjun yang masih asri, serta bebatuan yang berserakan di tepi sungai kecil membawa tim tiba pada satu lokasi yang disebut sebagai gua harimau. "Gua harimau itu diyakini sebagai tempat persembunyian harimau jadi-jadian," ujar Andi. 
 
Mitos menyebutkan, bahwa harimau yang tinggal di dalam gua itu merupakan pelindung masyarakat. Bahkan disebutkan bahwa ketika mendengar suara ranting yang patah, harimau tersebut akan langsung keluar dari dalam gua. Andi menjelaskan penampakan gua yang diyakini sebagai tempat persembunyian harimau jadi-jadian. Letaknya berada di atas tebing dengan ketinggian enam meter, permukaannya ditutupi lumut dan tanaman-tanaman merambat.
 
Berdasarkan penampakan gua harimau itu, Andi merasa yakin bahwa gua itu memang tempat bersarang harimau. "Lokasinya tidak mudah dijangkau, namun untuk seekor harimau dewasa lokasi itu bisa dijangkau karena harimau itu ahli memanjat di antara bebatuan," kata Andi. 
 
Tim sempat berupaya mengecek ke dalam gua, namun kesulitan karena letak gua di tebing. Tim melanjutkan pencarian ke sekitar lokasi tersebut dan menemukan bukti baru berupa bekas cakar harimau di batang pohon. Bekas cakar yang ukurannya sangat besar itu, diyakini milik harimau dewasa. Bekas cakaran itu menjadi pertanda bahwa harimau pernah "mengasah kuku" di batang pohon itu. 
 
Setelah melihat sejumlah bukti-bukti itu, tim justru berpendapat lain. "Setelah melihat bukti-bukti itu, kita merasa yakin bahwa yang hidup di sana adalah harimau nyata, bukan jadi-jadian," kata Andi. 
 
Bukti-bukti itu sempat diabadikan dalam bentuk gambar-gambar hasil jepreten kamera. Meski begitu, Andi berpendapat bahwa legenda harimau jadi-jadian yang dipercayai masyarakat itu menjadi bukti bahwa semenjak dulu harimau sudah berperan penting bagi masyarakat tersebut. Sebab menurutnya, sebagian masyarakat di sana juga ada yang masih menuntut ilmu kebatinan yang dikenal dengan ilmu Harimau.
 
Menurut Andi, hal ini perlu dilestarikan menjadi suatu kekayaan budaya yang ada di Inhu, seiring menjaga kelestarian harimau sebagai satwa langka. Menurutnya, hingga kini TNBT masih menjadi habitat bagi Harimau Sumatera. 
 
Untuk mengecek keberadaannya, petugas menempatkan kamera di sejumlah titik yang kerap menjadi perlintasan harimau. Namun para pemburu kerap mengancam populasi harimau di TNBT. Oleh karena itu, TNBT sampai kini masih terus dijaga kelestariannya untuk mempertahankan kehidupan harimau.
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 28 Juli 2017
 
Reporter: Eka BP
Editor: Nandra F Piliang