SMAN 2 Bangkinang Terapkan Sistem Fullday dengan Penguatan Pendidikan Karakter

SMAN 2 Bangkinang Terapkan Sistem Fullday dengan Penguatan Pendidikan Karakter
BANGKINANG (RIAUMANDIRI.co) - Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bangkinang Kota pada tahun ajaran baru ini, mulai menerapkan sistem belajar mengajar lima hari dalam seminggu atau dikenal sebagai sistem fullday dengan penguatan pendidikan karakter.
 
Hal ini disampaikan Kepala SMAN 2 Bangkinang, Drs. Gindo Mandalasa didampngi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Syahriyal,  SPd dan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Addinul Adli,  SPd,  Sabtu (15/7/17). "Mulai tahun ini kita (SMAN 2) sudah sistem fullday," ujarnya. 
 
Pelaksanaan sistem fullday ini adalah sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 tahun 2017. "Inti dari sistem fullday ini adalah  pendidikan penguatan karakter," ujar Gindo. 
 
Disampaikan Gindo, pelaksanaan sekolah sistem fullday ini juga kesepakatan hasil  Musyawarah Kelompok Kerja Kepala Sekolah (MKKKS) Kabupaten Kampar, dengan dasar Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tersebut. Kemudian pelaksanaan sistem fullday ini juga tidak dikomplain oleh Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 
 
Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Bangkinang Kota, Syahriyal dan Addinul Adli  menambahkan, ada yang berbeda antara sistem sekolah lima hari (fullday) dengan sistem enam hari yang selama ini telah dilakukan. 
 
Sistem lima hari dengan penguatan pendidikan karakter di antaranya: Jadwal masuk menjadi pukul 07:00 Wib dan pulang pukul 15:45 Wib.  Kalau sistem enam hari sebelumnya siswa masuk pukul 07:30 Wib dan pulang 14:25 Wib. 
 
Kegiatan penguatan pendidikan karakter yang dilaksanakan oleh SMAN 2 Bangkinang Kota di antaranya, siswa shalat Zhuhur dan Ashar berjemaah di sekolah. Setelah sholat Zuhur ada kegiatan kultum untuk pembinaan spritual. Ceramah agama atau kultum disampaikan guru dan siswa secara bergantian dengan terjadwal. 
 
Pada hari Jumat, guru dan siswa sholat Jumat di sekolah. Mengingat dua mushallah yang ada saat ini belum bisa menampung siswa untuk sholat Jumat, maka aula dijadikan untuk tempat sholat Jumat. Saat siswa dan guru sholat Jumat, siswa wanita melaksanakan kegiatan rohis (rohani islam) berupa ceramah agama dan keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan keislaman seperti kegiatan masak memasak (tata boga).
 
Selanjutnya setelah sholat Jumat,  siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. "Kegiatan ekstrakurikuler wajib kita Pramuka,  semua anak mengikuti kegiatan ini, " ujar Syahriyal menambahkan bahwa pendidikan karakter ini sejalan dengan kurikulum 2013 (K13). 
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 17 Juli 2017
 
Reporter: Herman Jhoni
Editor: Nandra F Piliang