68 Ton Garam Disiapkan untuk Hujan Buatan

Kota Dumai Mulai Diselimuti Kabut Asap

Kota Dumai Mulai Diselimuti Kabut Asap

DUMAI (HR)-Tanpa bisa dicegah, dampak dari kebakaran hutan dan lahan saat ini mulai terasa. Seperti yang terjadi di Kota Dumai. Saat ini, udara di kota pelabuhan itu terus memburuk akibat kabut asap. Hal itu disebabkan kebakaran hutan dan lahan yang tak terbendung dan terus bertambah.

Sementara itu, Pemprov Riau telah merencanakan untuk melakukan hujan buatan atau Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Menurut rencana, TMC tersebut akan digelar mulai 1 hingga 31 Maret mendatang. Kegiatan ini dilaksanakan bersama Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Kemen LH), Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), serta tim penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Untuk kegiatan ini, dibutuhkan garam sebanyak 68 ton.

Memburuknya kondisi cuaca di Dumai, dibenarkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Dumai, Tengku Izmet. Menurutnya, sejak beberapa hari belakangan, Karhutla yang terjadi di beberapa Kecamatan di Kota Dumai sudah sangat luas.

"Lahan tersebut tidak seluruhnya merupakan lahan kosong, namun ada juga kebun sawit yang terbakar sehingga muncullah kabut asap," terangnya, Selasa (24/2).

Hingga Senin (23/2) kemarin, Karhutla ditemukan di beberapa lokasi. Seperti di Kecamatan Bukit Kapur dan Kecamatan Sungai Sembilan. Petugas di lapangan kesulitan memadamkan api, karena sulitnya mendapatkan sumber air. Selain itu, jalan menuju lokasi yang terbakar juga sulit dilalui.

"Yang sangat sulit kalau lahannya gambut. Meski sudah dipadamkan, nanti dua atau tiga hari apinya bisa muncul lagi," ungkapnya.

Tebar 68 Ton Garam
Sementara itu Pemprov Riau bersama pemerintah pusat, telah menyepakati membuat hujan buatan (TMC) mulai 1 Maret mendatang. Untuk proses ini, diperlukan sebanyak 68 ton garam untuk disebarkan di udara. Nantinya, penyebaran garam akan bekerja sama dengan TNI AUmenggunakan pesawat hercules CN 295 dan pesawat Cassa 212. Sejauh ini, BNPB telah mengajukan permohonan kepada Panglima TNI.
Sedangkan untuk garam, saat ini sudah tersedia sebanyak 25 ton di Lanud Roesman Nurjadin. Sementara sisanya akan kembali didatangkan.

"Permohonan hujan buatan sudah kita ajukan, dengan menerbitkan Surat Keputusan Gubernur tentang Siaga darurat Karhutla di dua daerah, yakni di Bengkalis dan Pelalawan. Kita sepakat untuk melakukan hujan buatan awal Maret nanti. Bisa diperpanjang hingga 60 hari ke depan," terang Plt Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, usai rapat Selasa kemarin.

Sementara itu, Direktur Penanganan Darurat, J Tambunan, mengatakan, berdasarkan pengamatan cuaca dari BMKG, cuaca di Riau pada Maret dan April diprediksi di bawah normal. Sehingga harus dilakukan hujan buatan di daerah Riau.

"Kita akan segera menyurati Panglima TNI sebagai dasar untuk meminta bantuan pesawat yang dibutuhkan. Hujan buatan dilaksanakn selama satu bulan untuk membasahi wilayah Riau yang gambut, sehingga potensi terjadi kebakaran diwilayah gambut bisa dihindari," terangnya.

Ketika disinggung berapa anggaran yahg sudah disiapkan pemerintah pusat dalam menangani karhutla di Riau, J Tambunan mengatakan, diperkirakan bisa mencapai puluhan miliar. Untuk membuat hujan buatan estimasinya mencapai Rp16 miliar. Sedangkan sisanya digunakan untuk penanganan Karhutla yang lain.

Bom Air
Sementara itu, upaya pemadaman dengan cara water bombing (bom air) terus dilakukan manajemen PT RAPP. Di antaranya di sekitar Desa Kuala Panduk, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan dan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis.

Direktur PT RAPP, Mulia Nauli mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Posko Karhutla di Lanud Pekanbaru dan sejumlah pihak terkait. "Dari pantauan di lapangan tadi siang (Selasa kemarin, red), ada sekitar 20 hektare lahan di luar area konsesi terbakar dan dikhawatirkan terus melebar sehingga melompat ke perbatasan area hutan tanaman. Tim langsung kita turunkan ke lokasi termasuk dua unit helikopter, untuk waterbombing dan patroli," terangnya.

Selain helikopter, pihaknya juga menurunkan tim yang beranggotakan 75 orang untuk pemadaman di daerat. Sedangkan untuk memantau lokasi, tim dibantu peralatan yang disebut UAV (Unmanned Aerial Vehicle) sejenis pesawat quadcopter remote control yang dioperasikan untuk memantau pergerakan api dan luasan lahan yang terbakar. (nur, rtc, rls, sis)