Diduga Tumor Ganas, Ricko Butuh Uluran Tangan Donatur

Diduga Tumor Ganas, Ricko Butuh Uluran Tangan Donatur
RENGAT (RIAUMANDIRI.co) - Ricko warga RT 01 RW 02 dusun Sungai Kea Bermiri, desa Pematang Jaya, kecamatan Rengat Barat, kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), sudah tiga tahun ini tidak lagi bisa beraktifitas. Dia mengalami pembengkakan di dagu kanan, diduga tumor ganas. 
 
Pembengkakan itu terus membesar dan membuat pria 24 tahun ini tidak lagi bisa berkomunikasi dengan baik, karena sulit untuk berbicara bahkan untuk menyuap makanan sangat sulit dilakukan. Hanya senyuman tulus bisa terlempar dari mulutnya.
 
Lemahnya ekonoomi keluarga, membuatnya harus pasrah dengan penyakit yang sebenarnya sudah dideritanya sejak 10 tahun lalu itu. Awalnya dirasakan hanya kebas pada bagian mulutnya, namun memang belum pernah dibawa ke dokter spesialis, hanya dibawa berobat ke dokter.
 
Salah seorang temannya, Surya (27) pernah bertanya kepada anak dari Tan Bali (50) ini saat masih bisa bicara. "Saya pernah tanya kenapa dengan dagu mu, kok membesar. Sakit tidak?. Saat itu dia menjawab awalnya berfikir bahwa itu hanya gondok, tapi ternyata terus membesar dan terasa sakit," ungkap Surya.
 
Saat ditanya kenapa tidak dibawa berobat, Surya menyatakan bahwa tidak ada biaya untuk berobat ke rumah sakit atau dokter spesialis. Ia hanya tinggal dengan Bapaknya karena Ibu sudah tiada dan Ricko anak semata wayang.
 
Sekarang, remaja lulusan SD ini hanya terbaring di rumahnya dan sesekali bangkit untuk duduk, namun tidak bisa beraktifitas banyak, karena jika banyak bergerak rasa sakit akan dirasakannya. Tubuhnya dulu kekar, saat ini terus berkurang dan terlihat ceking dengan rambut panjang.
 
Mau bilang apa, Ricko hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini. Sehari-hari hanya bisa berharap dari pendapatan sang bapak yang hanya sebagai buruh serabutan di kebun karet dengan pendapatan Rp300 ribu per minggu. 
 
Saat ditemui tadi siang, Jum'at (17/3), Ricko tak dapat berbicara apapun, hanya terkadang sempat senyum meskipun meringis kesakitan akibat semakin membengkaknya tumor yang persis terletak di bawah dagu kanannya.
 
Adi (31), salah seorang warga setempat mengatakan bahwa Ricko sudah lama mengidap penyakit tersebut, namun dalam 2 – 3 tahun terakhir, penyakitnya itu membesar hingga menyebabkan penderita tidak lagi bisa berkomunikasi.
 
“Jika dipaksakan untuk membuka mulut maka dari mulut Ricko akan keluar darah bercampur nanah, serta mengeluarkan bau,” jelas Adi.
 
Disamping itu, sambung Adi lagi, dalam setahun terakhir ini, Ricko tidak lagi bisa beraktifitas sebagaimana mestinya, ia hanya menghabiskan waktunya untuk membaringkan diri di tempat tidur.
 
“Ricko hanya tinggal berdua saja dengan orang tuanya, Tan Bali (50) yang hanya bekerja sebagai buruh tani sehingga tidak mampu untuk membawa anaknya berobat,” terangnya.
 
Tinggalpun di rumah bisa dibilang tidak layak, rumah semi permanen, papan lantai dan dinding sudah lapuk. Duduk di rumah hanya beralaskan lampen (tikar plastik). 
 
Saat ini Tan Bali hanya bisa berharap, agar penyakit anaknya itu dapat sembuh. Namun untuk dibawa ke dokter belum berani karena kendala pada biaya. "Sampai saat ini saya tidak tahu apa sebenarnya penyakit anak saya ini," ungkap Tan.
 
Kendati Ricko dan Tan tidak terlalu berharap uluran tangan donatur untuk membantu mereka. Namun asa itu tentunya tidak bisa mereka ungkapkan. Siapa tidak ingin sehat, apalagi dari sakit ganas ini. Perhatian pemerintah tentunya dibutuhkan, termasuk pihak perusahaan yang ada di daerah itu, untuk bisa menyalurkan CSR mereka.
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 18 Maret 2017
 
Reporter: Eka BP
Editor: Nandra F Piliang