HASIL PENELITIAN BPPT

Meranti Jadi Produsen Glukosa

Meranti Jadi Produsen Glukosa

SELATPANJANG (HR)- Satu lagi kabar mengembirakan bagi petani sagu di Kepulauan Meranti. Hasil penelitian tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi RI menyimpulkan Meranti berpotensi menjadi daerah produsen terbesar Glukosa.

Daerah Meranti salah satu daerah yang memiliki budidaya sagu yang telah modern. Bahkan dengan luasnya kebun sagu dan juga produksi yang terus meningkat itu layak dibangun pabrik glukosa yang berbahan dasar dari sagu itu.

BPPT mengatakan, sagu bisa diolah menjadi glukosa (gula cair) yang bernilai ekonomi tinggi. Penjelasan mengenai manfaat lain dari sagu tersebut disampaikan tim peneliti BPPT di hadapan Bupati Kepulauan Meranti Irwan Nasir, di ruang pertemuan BPPT Jl Thamrin, Jakarta, akhir pekan kemarin.

Dijelaskan, sagu bisa menjadi alternatif bahan baku glukosa yang selama ini banyak diambil dari Tapioka.

“Sirup glukosa adalah pemanis alami dari bahan baku pati. Glukosa ini banyak digunakan untuk industri makanan dan minuman seperti sirup, permen, coklat dan es krim, bahkan juga sebagai bahan kosmetik, ”ungkap peneliti BPPT, Ir Supriyanto, M.Eng.

Menurut dia, pada umumnya industri glukosa menggunakan bahan baku tapioka yang harganya sangat fluktuatif. Harga tapioka saat ini pada kisaran Rp 8.000 per kilogram. Sementara harga sagu sangat stabil di kisaran Rp 5.000 per kilogram.

“Sagu pernah diujicoba sebagai bahan baku untuk industri glukosa menggantikan tapioka. Hasil produknya maupun prosesnya tidak berbeda jauh,” tegas Supriyanto.

Untuk itulah Supriyanto memperkirakan bila di Kepulauan Meranti berpotensi didirikan pabrik industri glukosa, dan hal itu akan sangat menjanjikan. “Dengan harga glukosa di kisaran Rp7.500 per kilogram, maka profit marginnya bisa mencapai 20-25 persen,”terangnya.

Bahkan Supriyanto mengatakan saat ini ada pengusaha glukosa yang menginginkan sagu dalam jumlah sangat besar, sebagai bahan baku pabriknya di Jawa. Namun pengusaha tersebut masih kesulitan mendapatkan sagu mengingat tata niaga sagu yang belum meluas itu.

“Pengusaha ini sudah melakukan penjajakan mendapatkan sagu di Cirebon yang merupakan sagu dari Meranti. Namun belum berhasil. Kalau diarahkan ke Meranti tentu sangat tepat,” ungkap dia lagi.

Menurutnya, penggunaan sagu sebagai bahan baku glukosa sudah dilakukan di Malaysia. Terutama di Sarawak yang memiliki tanaman sagu. Bahkan pengelolaan perkebunan dan produksi sagu di negara jiran tersebut sudah dilakukan dengan baik sehingga memiliki kualitas tinggi.

“Berbagai industri makanan dan minuman di Malaysia sudah lama menggunakan glukosa yang terbuat dari bahan baku sagu,”ungkapnya.

Sementara itu Bupati Kepulauan Meranti menyambut baik hasil penelitian tersebut. Dia berharap pihak yang berminat mengembangkan sagu menjadi berbagai produk hilir bisa diarahkan ke Meranti.

“Harus diakui produk hilir sagu ini masih terbatas. Atas dasar itu kita selalu mendorong hilirisasi produk-produk sagu,” papar Irwan.

Sebelumnya Direktur Pusat Teknologi Agroindustri BPPT Ir Nenie Yustiningsih, M.Sc menjelaskan, Kepulauan Meranti merupakan produsen sagu terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Hal ini mengingat baru di Meranti tanaman sagu dibudidayakan dengan baik.

Saat ini diperkirakan produksi sagu Meranti mencapai 200 ribu ton per tahun. Bila dikalikan harga Rp 5.000 per kilogram, maka uang yang dihasilkan tanaman sagu tersebut mencapai 1triliun per tahun.

“Kita berharap ke depan sagu tidak hanya jadi bahan pangan tapi juga menjadi bahan baku dari berbagai industri. Saya kira sagu bisa menjadi ikon Kepulauan Meranti,”ungkap Nenie.

Dalam pertemuan tersebut, tim peneliti BPPT yang terdiri dari tujuh orang pakar juga mempresentasikan bagaimana kulit sagu bisa diolah menjadi biomass sebagai sumber pembangkit listrik. Tim BPPT juga menemukan bahwa kandungan gula pada sagu sangat rendah sehingga baik untuk kesehatan terutama mengurangi risiko terkena diabetes. Kandungan serat pada sagu juga sangat tinggi sehingga baik untuk pencernaan.

Pada presentasi itu turut hadir Kadishutbun Kepulauan Meranti Makmun Murod, KaBappeda Aza Faroni, Kadis Pertanian Peternakan dan Tanaman Pangan Yulian Norwis, Kepala Disperindag Syamsuar Ramli, Kadis Tamben Herman dan Ka BLH Irmansyah serta Kabag Humas Ery Suhairi.***