Musim Panen, Harga Gabah Anjlok

Pemerintah Diminta Bantu Pemasaran

Pemerintah Diminta Bantu Pemasaran
BUNGARAYA (RIAUMANDIRI.co) - Petani padi di Kecamatan Bungaraya mengeluhkan anjloknya harga gabah saat musim panen. Kali ini harga gabah tinggal Rp3.800/kg, sementara 3 pekan lalu harga gabah masih Rp 4.300/Kg. 
 
Mereka sangat terpukul, terpaksa menjual gabah dengan harga murah, ingin menyimpan gabah tidak bisa mengeringkan karena kondisi alam sedang musim hujan.
 
Demikian disampaikan Asep petani Bungaraya saat ditemui di Pematang Sawah, Kamis (2/3).Dia menuturkan, petani yang panen lambat pada musim tanam ini harus merelakan gabahnya dijual murah.
 
 "Musim ini, yang panen lambat harga gabahnya semakin murah. Yang panen awal kemaren gabah basah laku Rp4.300/kg, sekarang tinggal Rp3.800/kg. Bisa jadi besok tambah turun, karena sekarang musim hujan, mau disimpan juga tidak bisa, kita tidak bisa menjemur," kata petani yang menggarap hamparan sawah di Paket B, Kecamatan Bungaraya ini.
 
Asep menuturkan, musim panen sebelumnya gabah laku mahal, ada tengkulak dari medang menggunakan tronton dan siap membeli gabah dari sawah yang baru selesai dipanen. Namun, karena mobil yang digunakan terlalu besar, pemerintah kecamatan melarang teronton masuk ke jalan persawahan. 
 
"Iya memang merusak jalan, kemaren tronton dibolehkan parkir di kantor camat, tentu mereka butuh ongkos untuk melangsir. Sementara petani juga tidak mau harga gabahnya turun. Akibatnya mereka cari gabah ke daerah lain," imbuhnya.
 
Asep berharap, pemerintah bisa membantu petani dalam memasarkan padi hasil pertaniannya, sehingga di saat musim panen harga gabah stabil, tidak anjlok dan petani tidak dirugikan.
 
Sementara tengkulak gabah tempatan kini tidak sanggup lagi menampung gabah. Pasalnya, gabah basah tidak bisa langsung disimpan, melainkan harus dikeringkan terlebih dahulu. 
 
"Kalau musim hujan ini rugi kita mas, persentasi susutnya tinggi saat dikeringkan, sampai 20 persen. Kami juga sekarang tidak bisa menjemur, hujan terus," ungkap seorang tengkulak tempatan saat ditemui di lantai jemurannya.
 
Tengkulak ini menunjukkan tikar jemuran yang menutupi padi, ia menuturkan telah 3 hari tidak bisa menjemur gabah karena cuaca mendung terus dan hujan.***