Wako Padang Ajak Masyarakat Perangi Demam Berdarah

Wako Padang Ajak Masyarakat  Perangi Demam Berdarah
PADANG (RIAUMANDIRI.co) - Wali Kota (Wako) Padang, Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah mengajak masyarakat di daerah itu untuk memerangi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) agar tidak semakin meningkat setiap tahunnya.
 
"Kota Padang termasuk daerah endemik DBD, sehingga diperlukan adanya tekad dalam memeranginya," katanya di Padang, Rabu (1/3)
Ia mengatakan, selama tiga tahun berturut-turut telah banyak warga Padang yang menderita DBD, hal itu terjadi hampir di seluruh kecamatan di daerah itu.
 
"Jumlah penderita pada tahun 2014 sebanyak 666 dan enam orang diantaranya meninggal dunia. Sementara tahun 2015, penderita mencapai 1.126 orang dan delapan meninggal. Tahun 2016, kasus meningkat hingga mencapai 911 kasus dan sebelas orang meninggal," kata dia.
 
Cara yang lebih efektif memerangi DBD, ujarnya yakni dengan mengadakan gotong royong setiap Sabtu di seluruh tempat dan melakukan fogging. Hal tersebut merupakan wewenang pihak terkait.
 
"Yang lebih efisien lagi jika diadakan gotong royong setiap hari Sabtu disetiap sekolah," ujarnya. Pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan Gotong royong Bersih Kampung dan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang secara rutin dilakukan seminggu sekali, katanya, bisa memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti itu.
 
Ia menerangkan PSN adalah kegiatan pencegah penularan penyakit DBD melalui kegiatan 4M Plus. Empat M Plus artinya menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali, mengubur tempat penampungan air yang tidak terpakai, dan memantau jentik nyamuk.
 
“Plus artinya menghindari gigitan nyamuk menggunakan repelen anti nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, melakukan larvasidasi, dan menggunakan kelambu," kata dia.
 
Fogging (pengasapan), menurutnya bukanlah cara efisien menghentikan perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD. Ia berharap adanya dukungan berbagai pihak dalam rangka memerangi DBD di daerah itu, antara lain dari camat, lurah, puskesmas dan instansi lainnya, agar tidak ditemukan lagi penyakit DBD di Padang.
 
Sementara itu, Kepala Dinkes Padang, Feri Mulyani mengatakan 33 kasus DBD tercatat pada awal 2017, hal itu disebabkan kondisi cuaca yang tidak stabil termasuk adanya curah hujan yang sangat tinggi pada waktu-waktu tertentu.
 
Dari total kasus tersebut, ujarnya, didominasi oleh tiga kecamatan yang merupakan daerah endemis DBD yakni Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji dan Kecamatan Padang Timur.
 
Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Ilham Oetama Marsis mengatakan wabah DBD memang sulit diberantas, namun peluang menginfeksi masyarakat dapat diperkecil sehingga tidak menyebabkan kejadian luar biasa.
 
Cuaca yang terus berubah dari hujan menjadi cerah dan sebaliknya dapat membuat genangan air di tempat tidak beralaskan tanah semakin banyak.(ant/ara)