Citra Indonesia di Luar Negeri

Citra Indonesia di Luar Negeri

(riaumandiri.co)-Dalam dunia politik istilah "citra" atau "pencitraan" pernah jadi topik, tapi lebih berkonotasi negatif. Seorang pejabat tinggi yang mengeluarkan suatu kebijakan atau pergi blusukan ke berbagai tempat dengan mudah akan menerima tuduhan "Ah itu kan untuk pencitraan belaka", alias untuk menaikkan popularitas pejabat yang bersangkutan.

Benarkah "Citra" artinya senegatif seperti sangkaan sebagian orang? Ternyata dalam khasanah ilmu komunikasi politik citra atau pencitraan itu penting pula. Seorang tokoh perlu membangun pencitraan yang positif bagi dirinya, agar publik mudah menilai bahwa pemimpin atau pejabat yang bersangkutan memberikan kesan yang positif. Dengan pencitraan yang positif maka publik akan kena pengaruh akan pencitraan yang dilakukan tokoh tersebut sehingga dukungan terhadap tokoh yang bersangkutan tetap terpelihara dari para pendukungnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia "Citra" diartikan sebagai: rupa, gambar, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk. Dalam bahasa Inggris kata"Citra" dialih bahasakan "image" yang artinya: gambar, patung, kesan, bayang-bayang, tamsilan, perlukisan. (Kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily).

Ternyata bagi pemerintahan Jokowi-JK "Citra" tetap dianggap penting untuk membangun pencitraan yang baik bagi negara, bagi Indonesia. Terbukti, beberapa bulan yang lalu dalam pemberitaan media diwartakan bahwa Presiden Jokowi memerintahkan staf kepresidenan melakukan "riset citra" baik di dalam mau pun di luar negeri. Presiden antara lain ingin agar pemerintah melakukan riset dan hasilnya dijadikan dasar pembentukan citra Indonesia yang dalam konteks perintah presiden "citra" disini mungkin dimaksudkan sebagai "image".

Kalau citra seseorang bisa diartikan sebagai image tentang seseorang yang terbentuk karena perilaku, karakter dan bentuk atau kondisi fisiknya. Sedangkan citra bagi suatu bangsa atau negara lebih rumit karena melibatkan banyak unsur mau pun faktor dan tidak bisa dilihat hanya dari apa yang tampak di permukaan. Selanjutnya disebutkan bahwa riset ini untuk mengetahui semangat yang menginspirasi warga untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa terhormat dan disegani bangsa lain serta dapat memperkenalkan Indonesia dari sisi yang positif. Sedangkan di luar negeri tujuannya untuk melihat dan menjajagi bagaimana opini masyarakat luar negeri melihat Indonesia "as is" sebagaimana fakta yang mereka ketahui tentang Indonesia.

Perwakilan-perwakilan kita di luar negeri selain mempunyai tugas-tugas diplomatik yang meliputi berbagai bidang, juga mengemban tugas menjaga dan meningkatkan citra negara kita di negara akreditasi. Dalam menjaga citra Indonesia perwakilan mendeteksi media-media setempat dan bila dianggap perlu melakukan pendekatan (mungkin ini yang disebut pembinaan) pada wartawan dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat yang sering melakukan kritik terhadap negara-negara asing tertentu termasuk Indonesia. Sedangkan peningkatan citra Indonesia antara lain dengan penampilan budaya lewat kesenian, menggunakan promosi pariwisata serta menyampaikan informasi positif tentang Indonesia, melalui penerbitan perwakilan mau pun media setempat.

Di masa lalu, banyak negara akreditasi yang letaknya jauh dari Indonesia, masyarakatnya belum tahu apa yang disebut Indonesia itu. Tapi kini dengan kemajuan teknologi komunikasi, perkembangan atau keadaan negara dimana pun dengan cepat akan menyebar ke seluruh dunia. Akibatnya para diplomat kita di perwakilan bukan lagi repot-repot promosi dan menjajagi opini masyarakat setempat, tetapi justru harus siap menghadapi pertanyaan-pertanyaan khususnya mengenai peristiwa di Indonesia yang tidak biasa bagi mereka.

Untuk melakukan riset citra Indonesia di luar negeri, di masa lalu lebih mudah karena media-massa dan teknologi belum secanggih seperti sekarang ini. Jadi kalau banyak masyarakat di luar negeri yang tidak tahu tentang perkembangan di Indonesia itu adalah hal wajar. Dan tidak banyak diharapkan kritik dan opini mereka tentang kita, kecuali wartawan atau aktivis LSM yang kritis terhadap Indonesia. Namun untuk masa kini lebih sulit, karena masalah dan berita suatu negara yang beragam bisa cepat menyebar ke seluruh dunia dan tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Karenanya, opini masyarakat setempat pun beragam sesuai dengan paradigma dan kepentingan mereka masing-masing. Maka dengan kondisi seperti itu, hasil riset tidak bisa jadi penilaian tetap atau pedoman, karena opini masyarakat tergantung kondisi dan fakta negara yang jadi perhatian mereka yang selalu berubah dan berkembang. Apalagi pers dan media di mana pun bermoto "No News is Good News".

Beberapa Faktor   
Berdasarkan pengamatan umum selama ini, beberapa faktor yang bisa memengaruhi citra Indonesia di luar negeri antara lain:
1. Kegaduhan politik seperti yang terjadi di DPR, parpol-parpol terutama menjelang pemilihan apa pun dari pemimpin daerah sampai anggota parlemen, presiden dan wakil presiden dan lain-lain.
2. Masalah pelanggaran hukum seperti kasus korupsi, pelemahan lembaga-lembaga penegak hukum, insan dan aparat hukum yang korup, kejahatan terhadap kemanusiaan dan lain-lain.
3. Maraknya kejahatan narkoba.
4. Kelompok radikal yang membuat kegaduhan dengan mengatas namakan agama.
5. Maraknya kejahatan dengan pemalsuan berbagai barang kebutuhan manusia seperti obat, vaksin dan barang-barang konsumsi lainnya.
6. Perusakan lingkungan yang masif (seperti hutan) yang dilakukan oknum-oknum perorangan atau korporasi.
7. Berbagai demo oleh beberapa kalangan seperti buruh, mahasiswa atau massa suatu golongan.

Sedangkan kejadian-kejadian yang positif seperti suksesnya pembangunan, pilkada yang bersih dan jujur, keindahan obyek pariwisata dan hal-hal positif lainnya kurang menarik perhatian kala-ngan masyarakat setempat di luar negeri. Lagi-lagi moto "No News is Good News" berlaku.

Peristiwa-peristiwa yang mengandung kerusuhan termasuk yang mengandung SARA, penjarahan, seperti saat jatuhnya kekuasaan Orde Baru, juga kejadian seseorang yang mengaku bisa menggandakan uang dan lain-lain, lebih banyak mendapat perhatian media asing dari pada sekali lagi berita-berita positif yang justru kadang-kadang kurang dilansir oleh media di tanah air kita sendiri.

Karena itulah maka riset tentang citra Indonesia di luar negeri harus dilakukan secara berkesinambungan dan terkoordinatif antar instansi terkait baik di dalam mau pun luar negeri untuk membangun citra yang positif tentang Indonesia.

Tidak ada salahnya bila kita harus mengakui sorotan-sorotan yang negatif dengan sikap yang positif. Antara lain dengan melakukan perbaikan kondisi di dalam negeri seperti perbaikan akan kondisi penegakan hukum yang masih pincang, terus menerus memberantas korupsi, menghentikan perusakan lingkungan dan lain-lain.

Dengan demikian akan terjadi titik keseimbangan antara fakta sebenarnya dengan citra di luar negeri yang disebabkan oleh perilaku buruk kita sebagai bangsa yang beradab di dalam negeri.

Penulis pemerhati politik, Mantan Diplomat