Sosialisasi Cegah Karhutla

Warga Desa Tolam Rela Keliling Kampung

Warga Desa Tolam Rela Keliling Kampung

PANGKALAN KERINCI (RIAUMANDIRI.co) – Sudah salah tertimpa tangga pula, api dari ladangnya yang dibakar menjalar ke ladang tetangganya. Akibat perbuatannya tersebut, ia pun harus mengganti rugi kepada pemilik lahan sebesar Rp 20 juta.

Kejadian ini menimpa Helmi (34) warga Desa Tolam, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan pada tahun 2008 silam. Ia mengaku harus membujuk istri dan kedua orantuanya untuk menjual emas demi membayar ganti rugi tersebut.

“Setelah membayar ganti rugi itu, saya tidak pernah lagi membakar lahan, rugi banyak. Gara-gara itu, saya harus mengganti rugi Rp20 juta, sudah jeralah, sampai-sampai saya harus merayu  istri dan ibu  buat jual emas, karena kami tak punya uang waktu itu,” ujar Helmi dengan logat melayunya saat ditemui di Kantor Kepala Desa Kuala Tolam baru-baru ini.

Belajar dari pengalaman dan tidak ingin membakar lagi, Helmi pun berniat mensosialisasikan kepada masyarakat di desanya untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar.

Beruntung desanya masuk dalam program Desa Bebas Api atau Free Fire Village Program (FFVP). Ia pun terpilih sebagai crew leader atau  koordinator penggerak dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan  (karhutla) di desa Kuala Tolam. Helmi memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi mengenai pencegahan Karhutla di desa.

Setiap hari, Helmi harus berjalan kaki untuk melakukan sosialisasi. “Ya saya ceritakan saja pengalaman ke masyarakat, pokoknya janganlah membakar lagi.

Sudah terasa dampaknya, dulu saya membakar dan sekarang malah dapat amanah untuk mencegah,” ujar Helmi bersyukur. Ia mengaku sedikit kewalahan saat melakukan sosialisasi pencegahan Karhutla sebab kebanyakan lahan yang ada di Desa Kuala Tolam merupakan milik warga luar desa.

Tidak menyerah, ia tetap setiap hari berpatroli di desanya untuk mengedukasi masyarakat agar tidak membakar lahan. Bahkan, ia pun rela keliling kampung guna mendatangi rumah-rumah warga.

“Alhamdulillah warga mengerti jika membuka lahan dengan cara bakar itu salah dan banyak ruginya,” ungkapnya. Ia mengatakan sejak larangan membakar keluar di seluruh wilayah Riau, banyak masyarakat di desanya yang beralih profesi menjadi petani hortikultura.

Apalagi, lanjut Helmi, Desa Kuala Tolam juga menerima bantuan pembukaan lahan tanpa bakar dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) seluas 20 hektar.

 Sebanyak 5 hektar di antaranya telah ditanami padi yang berkualitas. Atas usahanya yang maksimal, Desa Kuala Tolam berhasil meraih prediket juara II Desa Bebas Api dan reward sebesar Rp 50 juta. Sesuai kesepakatan masyarakat hadiah tersebut digunakan untuk membangun Pasar Kuala Tolam.

“Bantuan program Desa Bebas Api dari RAPP ini memberikan manfaat sangat besar. Kalau kebakaran bisa dicegah, bisa bermanfaat untuk kesehatan.

 Kedua, dengan program reward, kalau kami dapat, kami bisa bangun desa. Ditambah adanya peraturan dari pemerintah, masyarakat  semakin tidak berani membakar,” ungkap ayah dari dua anak yang telah menjadi crew leader selama 1,5 tahun itu.

Kepala Dusun Kuala Tolam, Samsir mengatakan Program Desa Bebas Api ini dapat membantu mengedukasi masyarakat untuk tidak membakar lahan. Lewat program ini masyarakat memperoleh pengetahuan, seperti cara bersosialisasi untuk mengajak warga lain agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.(rls)