Catatan Pilkada Kampar

Distribusi Logistik dan Sarana Komunikasi Kendala Utama di Pelosok

Distribusi Logistik dan Sarana Komunikasi Kendala Utama di Pelosok
RIAUMANDIRI.co - Kabupaten Kampar memiliki luas 10.928,20 km² atau 12,26 persen dari luas Provinsi Riau, terdiri dari 21 kecamatan. Wilayah Kabupaten Kampar banyak dilalui sungai besar maupun kecil, sehingga tidak heran kalau masih banyak warga yang menggunakan sarana transportasi sungai.
 
Dari 250 desa/kelurahan di Kabupaten Kampar, masih banyak desa yang tergolong sulit dan sangat sulit dijangkau, terutama di kecamatan Kampar Kiri Hulu,  XIII Koto Kampar dan Tapung Hulu.
 
Selama pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kampar 2017, riaumandiri.co bersama anggota KPU Kabupaten Kampar, Ahmad Dahlan melakukan monitoring persiapan pelaksanaan Pilkada Kabupaten Kampar di desa sulit dan sangat sulit dijangkau di Kecamatan Kampar Kiri Hulu. 
 
Kecamatan Kampar Kiri Hulu terdiri dari 24 desa, 20 desa di antaranya masuk dalam kategori sulit dan sangat sulit dijangkau. Hanya 4 desa yang masuk kategori desa tidak sulit.
 
4 desa tidak sulit tersebut yakni, Desa Gema, Desa Tanjung Belit, Tanjung Belit Selatan dan Bukit Betung. Empat desa ini bisa dijangkau kendaraan roda empat baik dalam kondisi kemarau maupun hujan.
 
Kemudian ada 9 desa sulit yakni, Deras Tajak, Tanjung Karang, Batu Sasak, Kebun Tinggi, Lubuk Bigau, Tanjung Permai, Pangkalan Kapas, Danau Sontul dan Kota Lama. Akses jalan untuk kendaraan roda empat sudah ada tapi hanya bisa dilewati saat musim kemarau.
 
Medan jalan terjal, berliku dan rawan kecelakaan. Meskipun musim kemarau, tidak semua kendaraan bisa menempuh jalan tersebut. Kalaupun bisa ditempuh kendaraan roda empat, tapi masih ada sebagian desa yang kendaraannya harus menggunakan rakit penyeberangan.
Logistik pilkada di Kampar Kiri Hulu didistribusikan menggunakan sampan
 
Selanjutnya ada 11 desa yang masuk dalam kategori sangat sulit, yakni desa Muara Bio, Batu Sanggan, Tanjung Beringin, Gajah Betalut, Aur Kuning, Subayang Jaya, Terusan dan Pangkalan Serai. Delapan desa ini hanya bisa ditempuh melalui jalur sungai Subayang karena desa-desa ini berada di pinggiran sungai Subayang. Jangankan untuk kenderaan roda empat, jalan untuk sepeda motorpun belum tersedia.
 
Desa sangat sulit lainnya yakni Desa Dua Sepakat, Ludai dan Sungai Santi. Ketiga desa ini harus ditempuh melalui jalur sungai Bio. Bahkan untuk menuju desa Sungai Santi, selain menempuh sungai Bio masih harus dilanjutkan dengan menempuh jalur anak sungai atau sungai Santi lebih kurang tiga jam perjalanan dari sungai Bio.
 
Anggota KPU Kabupaten Kampar Ahmad Dahlan didampingi Anggota PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Kampar Kiri Hulu Mujazi dan anggota PPK Kampar Kiri dan wartawan riaumandiri.co, Selasa sore (14/2/17) tiba di kantor Camat Kampar Kiri Hulu di Gema, dengan menggunakan kenderaan roda empat.
 
Setelah melaksanakan shalat Ashar berjemaah di Masjid Raya Kecamatan, rombongan melanjutkan perjalanan menuju desa Tanjung Belit, Muara Bio dan Koto Lama.
 
Dengan menggunakan sampan (Robin), sore itu rombongan mulai menyusuri sungai Subayang. Biasanya di sini masyarakat melewati jalur sungai dengan menggunakan sampan Robin atau Jhonson. Tapi masyarakat lebih banyak menggunakan mesin Robin karena cocok dengan kondisi air sungai.
 
Sewaktu menyusuri sungai, kondisi permukaan air sedang, kebanyakan warga desa yang tinggal   di pinggir sungai masih menggunakan sungai sebagai sarana MCK (mandi cuci kakus). Terlihat warga berkelompok-kelompok mandi dipinggir sungai.
 
Desa pertama ditemui desa Tanjung Belit. Di sini rombongan hanya berhenti sesaat untuk mengisi perbekalan. Sementara logistik pemilu sudah didistribusikan PPK ke masing-masing PPS sehari sebelumnya.
 
Sesekali juga ditemui warga sedang mencari ikan di sepanjang sungai. Pada titik tertentu arus sungai cukup deras dengan dihiasi batu cadas layaknya menempuh arung jeram. Diperlukan keahlian khusus untuk mengemudikan sampan robin tersebut, tanpa keahlian bisa saja sampan terbalik menghantam batu. 
 
Dikiri kanan sungai dihiasi hutan lebat. Memang daerah yang dilewati di sepanjang sungai termasuk kawasan suaka marga satwa Rimba Baling.
 
Setelah menempuh perjalanan satu jam, sampai di desa Muara Bio. Desa ini dinamakan Desa Muara Bio karena disini merupakan pertemuan Sungai Bio dan Sungai Subayang. 
 
Perjalanan dilanjutkan ke Desa Kota Lama dengan menyusuri sungai Bio. Hampir satu jam kemudian tim sampai di Desa Kota Lama. Kabut putih mulai turun menyelimuti kaki bukit, hembusan angin dari perbukitan yang lebat terasa sejuk mengusap kulit.
 
Sesampai di Kota Lama Ahmad Dahlan dan rombongan disambut Kepala Desa Kota Lama Suharmis dan Ketua PPS Kota Lama Delwitri. Dengan mengendarai sepeda motor, rombongan meninjau persiapan KPPS, ada dua TPS di Kota Lama. KPU melihat semua sudah siap, baik tempat, logistik maupun personil. 
 
Ahmad Dahlan memberikan arahan kepada PPS dan KPPS untuk mensukseskan Pilkada dengan mempedomani buku panduan yang sudah dibagikan.
 
Ketua PPS Kota Lama Delwitri mengungkapkan bahwa setiap pemilu, tingkat partisipasi pemilih di Kota Lama cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena masyarakat menganggap aib kalau tidak memberikan hak pilihnya. "Kalau ada warga yang pergi bekerja saat hari pemungutan itu dianggap sebagai aib dan ada ketakutan akan terkucilkan dalam masyarakat," ujar Delwitri.
 
Oleh sebab itu tidak heran kalau tingkat partisipasi pemilih mencapai diatas 80 %. Meskipun partisipasi pemilih tinggi setiap pemilu, PPS, KPPS dan pemerintah desa tetap aktif mensosialisasikan Pilkada.
 
Kendala yang selalu dihadapi penyelenggara di Desa Kota Lama adalah soal distribusi logistik, baik saat mengantarkan logistik ke desa atau dari desa ke kecamatan. Pasalnya transportasi sangat tergantung kepada kondisi air sungai dan sangat beresiko. "Dalam kondisi air tinggi (banjir) atau dalam kondisi air sungai dangkal tetap sama-sama sulit mendistribusikab logistik," ungkapnya.
 
Kendala lainnya adalah tidak tersedianya sarana komunikasi telepon. Tidak ada satupun desa sulit atau sangat sulit yang dijangkau sarana komunikasi Hp, begitu meninggalkan desa Tanjung Belit signal Hp hilang sama sekali. 
 
Setelah sholat Maghrib rombongan melanjutkan perjalanan kembali ke Desa Muara Bio. Pekatnya malam dengan diiringi suara binatang malam di tengah hutan menambah suasana hening dan berkesan.
 
Sesampai di Desa Muara Bio, tim disambut Kepala Desa Marwazi dan Ketua PPS Murdani. Di Muara Bio, hanya terdapat satu TPS karena penduduknya hanya 170 orang dengan DPT hanya 98 orang.
 
Di sini tidak akan ditemukan kendaraan roda dua, karena memang tidak ada akses jalan untuk sepeda motor ke desa ini. Sama dengan di desa Kota Lama, di Muara Bio ini, anggota KPU mengecek kesiapan KPPS baik logistik, tempat maupun personil. 
 
Di hadapan penyelenggara dan masyarakat, Ahmad Dahlan menyampaikan saran kepada penyelenggara  terkait upaya-upaya untuk mensukseskan Pilkada Kampar 2017. Ia mengingatkan agar kejadian pada Pemilihan Legislatif Tahun 2014 tidak terulang kembali. Dimana saat itu ada pemilih yang memilih lebih dari satu kali mewakili anaknya. Kasus ini sampai ke MK. "Saya ingatkan kasus ini jangan terulang kembali," ujarnya.
 
Hampir tengah malam rombongan baru sampai di Desa Gema. Dalam perjalanan hampir saja sampan yang ditumpangi rombongan terbalik karena menghantam batu di tengah gelapnya malam. 
 
Perjalanan ini cukup mengesankan baik yang dirasakan oleh penulis maupun anggota KPU karena memang baru kali ini melakukan monitoring ke desa-desa sangat sulit. Desa yang datangi ini hanya sebagian desa sulit.  
 
Masih banyak lagi desa sangat sulit yang jauh di hulu sungai Subayang dan Bio. Waktu perjalanan dari Gema ke desa terjauh mencapai 5-6 jam dalam kondisi permukaan air sungai normal. 
 
Ahmad Dahlan mengaku untuk mensukseskan Pilkada di desa-desa sangat sulit ini perlu perhatian khusus dan dukungan semua pihak. Ia yang juga selaku koordinator se Rantau Kampar Kiri berupaya sekuat tenaga untuk mensukseskan Pilkada di daerah sulit ini.
 
Untuk kelancaran pelaksanaan pilkada di wilayah Kampar Kiri Hulu ini, PPK Kampar Kiri Hulu membagi zona kerja bagi anggota. Untuk wilayah pusat koordinator Zurfiah di devisi data, meliputi wilayah: Gema, Tanjung Belit, Tanjung Belit Selatan dan Bukit Betung. Kategori wilayah ini mudah, karena akses transportasi dan komunikasi terjangkau.
 
K oordinator wilayah kiri Lizenra di devisi hukum, meliputi wilayah: Muara Bio, Batu Sanggan, Tanjung Beringin, Gajah Bertalut, Terusan, Aur Kuning, Subayang Jaya dan Pangkalan Serai. Wilayah ini sangat sulit karena akses komunikasi tidak ada dan akses transportasi satu-satunya hanya pakai sampan dengan melewati sungai Subayang menghadapi gelombang sungai yang kuat.
 
Wilayah tengah, Koordinator Syukran, SEd dari devisi logistik, meliputi wilayah, Sungai Santi, Kota Lama, Dua Sepakat dan Ludai. Wilayah ini sangat sulit karena akses komunikasi tidak ada dan akses transportasi satu-satu juga hanya pakai sampan dengan melewati sungai Subayang, menghadapi gelombang sungai ganas.
 
Wilayah kanan, Koordinator M. Dawair di devisi teknis, meliputi wilayah Tanjung Karang, Kebun Tinggi, Pangkalan Kapas, Danau Sontul, Lubuk Bigau, Deras Tajak, Batu Sasak dan Tanjung Permai.  Kategori sangat sulit karena akses komunikasi tidak ada dan transportasi darat dengan melewati jalan tidak memadai, perbukitan yang terjal, kalau musim hujan jalan berlumpur, dan akan sangat menghambat perjalanan.
 
Salah seorang Anggota DPRD Kabupaten Kampar, Repol, kepada riaumandiri mengaku sudah mengunjungi seluruh desa yang ada di Kampar Kiri Hulu dan Rantau Kampar Kiri. Tidak jarang ia bermalam di rumah-rumah penduduk saat berkunjung ke desa-desa sulit. "Warga desa sangat ramah dan bersahabat," terangnya. 
 
Untuk pelaksanaan Pilkada, Repol mengaku perlu kerja keras penyelenggara karena keterbatasan sarana transportasi dan komunikasi. Minimnya sarana jalan di Kampar Kiri Hulu karena sebagian wilayah tersebut masuk dalam kawasan suaka marga satwa, sehingga ijin membuka jalan harus dari pemerintah pusat.
 
Penulis: Herman Jhoni
Editor: Nandra F Piliang