STAIN Bahas Penelitian Budaya Melayu

STAIN Bahas Penelitian Budaya Melayu

BENGKALIS (riaumandiri.co) - Dalam rangka memperkuat jangkauan jaringan kerja sama dan riset kolaboratif, Pusat  Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STAIN Bengkalis, menggelar rapat membahas penelitian bagi para dosen tentang budaya Melayu dan pengabdian bagi maghasiswa dengan program KKN Nusantara.

Ketua STAIN Bengkalis, Prof H Samsul Nizar, MA, dalam paparannya mengatakan, ada agenda penting yang menjadi perhatian besar P3M  untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Menurutnya, sebagai kampus yang bercirikan tentang kajian ke-Islaman dan ke-Melayuan, maka STAIN Bengkalis pada tahun ini akan menerjunkan para peneliti atau dosen ke lapangan, untuk meneliti khazanah kemelayuan, baik itu terkait situs-situs peninggalannya, maupun kebudayaannya.

“Kemudian bagian pengabdian, mahasiswa mengikuti program KKN Nusantara, nantinya mahasiswa STAIN akan diterjunkan ke sejumlah Perguruan Tinggi keagamaan lainya, seperti IAIN Jember, IAIN palangkaraya,” ujar Syamsul Nizar.

Sementara menurut Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STAIN Bengkalis, M Subli menjelaskan, seluruh program tersebut akan dikawal pusat-pusat yang menjadi bagian dari P3M, dan akan diterbitkan dalam bentuk buku yang ber- ISBN.

Kegiatan yang diadakan sebagai refleksi program-program kinerja P3M yang terbengkalai selama ini. Dalam kesempatan tersebut, P3M juga telah meluncurkan elektronik jurnal yang dapat diakses melalui journalbengkalis.ac.id.

“Dengan adanya website ini, semoga jangkauan kerja sama kita lebih luas dan dapat memperkuat Informasi dan Komunikasi (IK) di STAIN Bengkalis di bidang publikasi jurnal ilmiah,” harap Subli.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua STAIN Bidang Kemahasiswaan, Wira Sugiarto turut  berbagi pengalaman penelitian dan kerja sama selama melakukan penelitian, terutama di daerah Melayu seperti Brunei Darusallam.

Menurut Wira, secara ekonomi negara Brunei Darusalam paling sehat dan nomor satu di Asia yang mengedepanlan budaya Melayu. “Dana penelitian kerajaan Brunei juga  paling banyak dibandingkan negara lain, bahkan peneliti yang membawa anak istri mendapatkan tunjangan tersendiri, bahkan mendapatkan beasiswa di negera itu,” sebut Wira.