Ribuan Warga Tionghoa Meriahkan Cue Lak di Bengkalis

Ribuan Warga Tionghoa Meriahkan Cue Lak di Bengkalis

BENGKALIS(RIAUMANDIRI.co) - Ribuan warga Tionghoa Kota Bengkalis dan Sungai Pakning tumpah ruah turun ke jalan memeriahkan Cue Lak atau pawai hari keenam Tahun Baru Imlek 2568, Kamis (2/2).

Selain diisi dengan ritual sembahyang, peringatan hari ulang tahun Dewa Ching Cui Choo She ini juga diiringi dengan Pawai keliling Kota Bengkalis dan Sungai Pakning untuk melakukan penyemahan.

Di Bengkalis, arakan keliling kota dimulai dari Kelenteng Hok Ann Kiong menuju Jalan Ahmad Yani. Kemudian belok kiri menuju Jalan Hang Tuah hingga perempatan Hang Tuah-Pattimura. Dari Jalan Pattimura menuju Jalan Sudirman lalu kembali lagi ke Kelenteng.

Sementara di Sungai Pakning, rute pawai dimulai dari Kelenteng Hock Hian Kiong Desa Sungai Selari tepatnya di depan Pelabuhan Roro sampai ke Jalan Jenderal Sudirman Pasar Lama Sungai Pakning tepatnya di depan Wisma Wisata.

Baik di Bengkalis maupun di Sungai Pakning, peserta pawai sudah dinanti oleh warga di sepanjang jalan, tidak hanya warga Tionghoa tapi juga warga etnis lainnya berbaur ikut menyaksikan kemeriahan pawai.

Cue Lak ini bisa dikatakan puncak perayaan Imlek di Bengkalis dan Sungai Pakning. Tidak mengherankan, khusus pada hari keenam Imlek ini, warga keturunan Tionghoa terlihat antusias mempersiapkan diri menyambut Cue Lak dengan memasang petasan beraneka jenis. Selain di toko, petasan juga di pasang di rumah-rumah warga Tionghoa yang akan dinyalakan ketika arak-arakan melalui rumah mereka.

Arak-arakan keliling Kota Sungai Pakning dan Bengkalis diselingi dengan acara penyemahan yang dilakukan oleh para dewa yang menjelma kedalam tubuh manusia atau Tangkie. "Warga yang dirasuki oleh para dewa ini, tidak dipilih oleh panitia atau pihak yayasan, melainkan langsung dipilih oleh Budha," ujar Ateng, warga Tionghoa yang tinggal di Sungai Pakning.

Menurut Ketua Kelenteng Hock Hian Kiong, Sumantri Santoso, perayaan Cue Lak dalam keyakinan warga Tionghoa jatuh setiap hari keenam Imlek dan merupakan hari kelahiran Maha Dewa Cho Se Kong.Penyemahan dan arak-arakan ini dipimpin Waskita atau disebut Thangkie, yaitu seseorang yang kerasukan dewa dan berbicara dengan manusia di sekitarnya mempergunakan bahasa isyarat.

"Arak-arakan keliling ini dilakukan untuk melakukan penyemahan, agar seluruh masyarakat terhindar dari gangguan roh jahat. Kami bersama seluruh pengurus Kelenteng dan Panitia Perayaan Imlek Sungai Pakning mengharapkan semakin terjalinnya kebersamaan, kerukunan, keharmonisan hidup di antara sesama," harap Sumantri alias Ahwat.