Aksi Bela Rakyat 121

Mahasiswa Sebut Anggota Dewan Riau Pengecut dan Pengkhianat Rakyat

Mahasiswa Sebut Anggota Dewan Riau Pengecut dan Pengkhianat Rakyat
PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau dicap pengecut oleh seribuan mahasiswa yang menggelar Aksi Bela Rakyat 121, di Gedung DPRD Riau, Kamis (12/1) petang.
 
Pasalnya, dari 65 anggota Dewan, hanya 4 orang yang menghadapi mahasiswa yang berasal dari sejumlah perguruan tinggi yang ada di Provinsi Riau. Mereka yakni, Wakil Pimpinan Dewan, Sunaryo, dan Manahara Manurung, serta dua anggota Dewan lainnya, Muhammad Arfah, dan Mansyur HS.
 
Selain itu, anggota dewan yang ada juga menolak menyatakan sikap mencabut mandat Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, yang dinilai telah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang tidak pro rakyat.
 
Aksi Bela Rakyat 121 yang dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia ini, menyatakan sikap menolak dengan tegas kebijakan pemerintah Jokowi yang tidak pro rakyat, menolak dengan tegas dan mendesak pemerintah untuk mencabut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2016, dan menolak dan meminta pemerintah mencabut subsidi listrik 900 VA yang mencekik rakyat Indonesia.
 
Selanjutnya, meminta pemerintah untuk segera menstabilkan keadaan perekonomian negara di segala lini, dan meminta dengan tegas kepada pemerintahan Jokowi-JK untuk amanah dan tidak saling lempar tannggungjawab.
 
Aksi seribuan mahasiswa di Gedung DPRD Riau dimulai sejak pukul 15.00 WIB. Pada mulanya, massa berkumpul di luar Gedung DPRD Riau, dan secara bergantian menyampaikan orasinya.
 
Seperti yang disampaikan Gubernur Fakultas Hukum Universitas Riau, yang menegaskan kalau mata hati mahasiswa Riau belum mati. Sehingga, mahasiswa bisa merasakan adanya beberapa kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat.
 
"Apa kita harus diam, kawan-kawan," teriaknya, yang disambut dengan kata "Tidak" secara serempak.
 
Lebih lanjut, dia mengatakan kalau kebijakan yang ditelurkan terutama di awal tahun 2017 ini, merupakan bukti kebobrokan dan kebodohan pemerintahan Jokowi-JK.
 
Orator berikutnya yang merupakan Gubernur Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, lebih tegas menyatakan perlawanannya terhadap pemerintah yang dinilai telah menzalimi rakyat. "Hanya ada satu kata, yaitu lawan. Sepakat," semangatnya.
 
"Reformasi... Reformasi..," sambungnya teriak.
 
Setelah mendengarkan beberapa orator, terlihat perwakilan anggota Dewan menemui pendemo. Terlihat pembicaraan yang alot antara perwakilan anggota Dewan yang digawangi oleh Wakil Ketua DPRD Riau, Sunaryo, dengan perwakilan mahasiswa. Tidak diketahui apa dibicarakan, dan tiba-tiba saja sejumlah anggota Dewan tersebut kembali masuk ke dalam Gedung DPRD Riau.
 
Tak ayal, hal tersebut menimbulkan kekecewaan terhadap ribuan mahasiswa yang telah membakar ban di bagian luar Gedung DPRD Riau. Sempat terjadi ketegangan di tengah-tengah berlangsungnya aksi, terlihat sejumlah mobil dinas meninggalkan Gedung DPRD Riau. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama.
 
Memasuki waktu Salat Asyar, ribuan mahasiswa memilih melakukan salat berjamaah, dan kembali melakukan aksinya sekitar pukul 16.00 WIB. Pada aksi lanjutan tersebut, massa semakin geram karena tidak ada lagi anggota Dewan yang menemui mereka untuk menyampaikan pernyataan sikap. Sehingga, keinginan untuk masuk ke dalam Gedung DPRD Riau semakin menguat.
 
Setelah melakukan negosiasi yang mendalam, akhir para pengunjukrasa diperkenankan masuk memenuhi ruang lobi Gedung DPRD Riau. Teriak dan semangat mewujudkan adanya reformasi terasa membahana di rumah rakyat tersebut. Mengawal jalannya aksi, ratusan aparat kepolisian yang dilengkapi senjata lengkap, dan tameng pelindung, juga terlihat di sekitar lokasi aksi. Begitu, dengan ratusan personil Satuan Polisi Pamong Praja. Sementara di luar gedung, sejumlah kendaraan water canon, baracuda, dan ambulan juga terparkir.
 
Belum berakhir, massa kemudian mendesak untuk bertemu dengan anggota Dewan. Desakan tersebut semakin panas, ketika mahasiswa mencoba meringsek maju menaiki dua buah tangga menuju lantai dua, di lokasi tersebut terdapat Ruang Paripurna Dewan.
 
Tentu saja hal tersebut mendapat tantangan. Meski akhirnya keinginan mahasiswa tersebut dipenuhi untuk melakukan dialog dengan perwakilan anggota Dewan di Ruang Paripurna DPRD Riau.
Massa Masuki Ruang Sidang Paripurna DPRD Riau (Foto: Dodi)
 
Momen ini tidak disia-siakan pendemo yang memenuhi ruang Paripurna, dengan mengisi setiap tempat duduk yang ada. Sementara, bendera dan atribut aksi juga terlihat di dalam Ruang Paripurna.
 
Tidak beberapa lama, baru terlihat empat orang perwakilan anggota Dewan, yakni Sunaryo, Manahara Manurung, Muhammad Arfah, dan Mansyur HS. Belum puas, massa meminta agar seluruh anggota Dewan lainnya untuk hadir menemui mereka, minimal Ketua-Ketua Komisi. Mereka beralasan, pernyataan sikap yang akan disampaikan tersebut harus mendapat dukungan dari anggota Dewan.
 
"Ibu Septina (Septina Primawati, Ketua DPRD Riau), orang tuanya lagi sakit. Pak Noviwaldy (Jusman) juga lagi sakit," sebut Sunaryo mencoba menyampaikan alasan ketidakhadiran dua Pimpinan Dewan lainnya.
 
"Kami hadir di sini, sudah mewakili anggota Dewan yang lainnya," sambungnya.
 
Menanggapi hal tersebut, Presiden Mahasiswa UR, Abdul Khair, meminta agar perwakilan anggota Dewan untuk menyatakan kalau mereka setuju untuk melakukan reformasi Jilid II, mencabut mandat Jokowi-JK selaku Presiden dan Wakil Presiden RI. Dan pernyataan tersebut didokumentasikan melalui rekaman video.
 
Namun hal tersebut ditolak Sunaryo dan koleganya. Mereka tetap bersikukuh menyatakan akan meneruskan pernyataan sikap mahasiswa tersebut. Selanjutnya, anggota Dewan pergi meninggalkan ribuan mahasiswa yang masih bertahan di dalam Ruang Paripurna.
 
"DPRD Riau pengecut, kawan-kawan. Yang kami harapkan pernyataan sikap. Mari kita sumpahkan, bagi yang mengkhianati rakyatnya, dilaknat oleh Allah SWT. Kita lihat, kita ditinggal wakil-wakil rakyat," teriak Korlap menanggapi sikap anggota Dewan.
 
"Pengecut.. Mandul..," teriak mahasiswa lainnya.
 
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 13 Januari 2017
 
Reporter: Dodi Ferdian
Editor: Nandra F Piliang