Beresiko Bagi Ekonomi Indonesia Jika Yuan Dijadikan Alat Tukar Utama

Beresiko Bagi Ekonomi Indonesia Jika Yuan Dijadikan Alat Tukar Utama
JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir mengkritisi Wacana pemerintah yang ingin menjadikan mata uang Cina, Yuan sebagai alat tukar utama.
 
“Apabila Indonesia menggunakan Yuan sebagai alat tukar utama, tentu akan punya risiko. Sampai sejauh ini perekonomian Cina belum stabil, masih volatil, dan ini akan memberikan risiko ketidakpastian bagi pelaku ekonomi di Indonesia,” ujarnya  Achmad Hafisz Tohir, Jumat (9/12). 
 
Dari sisi ekonomi, kata politisi PAN itu, menjadikan Yuan sebagai alat tukar utama tidaklah tepat, karena ekonomi Cina sedang menghadapi laju pertumbuhan yang menurun.  “Dolar AS telah menjadi alat tukar utama dunia. Dunia menggunakan dolar disebabkan ekonomi Amerika yang relatif stabil," ujarnya.
 
Dijelaskan, dulu juga sempat ada wacana untuk menjadikan euro menjadi alat tukar utama. Tetapi sangat riskan karena selain mata uang baru, Euro juga relatif fragile, karena rentan terhadap perpecahan.
 
Ditambahkan Hafisz, argumen pemerintah juga tidak dapat diterima dibalik keinginan menjadikan Yuan sebagai alat tukar utama. Pemerintah menilai ekspor ke negeri tirai bambu cukup tinggi, mencapai 10-11 persen dari total ekspor Indonesia. Cina juga dinilai sebagai mitra dagang yang baik. Jadi menurut pemerintah, tepat bila Yuan dijadikan alat tukar utama.
 
“Hubungan dagang kita dengan Cina tidak menguntungkan alias berat sebelah. Sudah sejak empat tahun terakhir merugi dalam neraca perdagangan dengan Cina. Sementara dengan Amerika kita selalu surplus alias untung," katanya.
 
Sekarang kata Hafisz, tinggal pilih, perdagangan besar tapi rugi atau perdagangan kecil tapi untung. "Dan yang paling penting adalah Dolar cukup diterima di semua pasar. Sementara Yuan baru sebagian dunia saja,” kritik Hafisz.
 
Selengkapnya di Koran Haluan Riau edisi 10 Desember 2016
 
Reporter: Syafril Amir
Editor: Nandra F Piliang