Sikapi Kasus Ahok

Hasyim: Makin Tertunda, Emosi Umat Makin Meningkat

Hasyim: Makin Tertunda, Emosi Umat  Makin Meningkat

JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - Teror berupa pelemparan bom molotov, menimpa Gereja Oikumene di Loa Janan Ilir, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11). Dalam peristiwa itu, lima orang mengalami luka-luka. Dari jumlah itu, empat orang di antaranya diketahui masih anak-anak. Semuanya menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Muis Samarinda.

Sejauh ini, polisi telah mengamankan satu tersangka pelaku pelemparan bom molotov tersebut. Tersangka diketahui berinsial Jo (32), warga Jalan Cipto Mangunkusumo, Samarinda Seberang.

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri, Brigadir Jenderal Pol Agus Rianto, Joh diketaui pernah dipenjara dalam kasus terorisme.
Agus menuturkan, terduga pelaku pernah menjalani hukuman pidana sejak 2012.


Joh divonis 3,5 tahun berdasarkan putusan pengadilan negeri Jakarta Barat nomor: 2195 / pidsus/2012/PNJKT.BAR, tanggal 29 Feb 2012. Jo dinyatakan bebas bersyarat setelah mendapatkan remisi Idul Fitri pada 28 juli 2014. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Joh terlibat dalam peledakan bom buku di Jakarta pada 2011.

Pascakejadian, tim Gegana dan satuan reserse Polresta Samarinda melakukan olah tempat kejadian perkara. "Tim gegana dan reserse sedang melakukan olah TKP," kata Agus.

Motor Hancur Menurut William Miliki, salah seorang warga sekitar lokasi kejadian, pelemparan bom molotov itu membuat kaget warga sekitar. "Saya lihat sendiri ke sana. Pas di sana beberapa motor yang diparkir di luar gereja hancur kena ledakan," ujarnya. William mengatakan, saat tiba di lokasi, sudah ada polisi dan petugas pemadam kebakaran yang berjaga-jaga.

Sesuai keterangan Divisi Humas Polri dalam akun Facebook resminya, disebutkan peristiwa itu bermula sekitar pukul 10.00 WITA. Ketika itu, jemaat yang selesai melaksanakan kegiatan ibadah keluar melalui pintu depan, menuju ke parkiran. Tiba-tiba datang orang yang tidak dikenal melemparkan sesuatu yang diduga mengunakan jenis bom molotov.

Pelaku yang melempar bom jenis molotov tadi melarikan diri ke arah depan dan melompat ke Sungai Mahakam. Warga yang melihat kejadian tersebut berusaha mengejar pelaku dan akhirnya pelaku ditangkap oleh warga. Pelaku kemudian diserahkan ke pihak kepolisian Polsek Samarinda Seberang.

Menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar. Jo diduga terkait jaringan teroris kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Kalimantan Timur yang memiliki koneksi dengan jaringan Anshori Jawa Timur. Boy menuturkan, polisi akan mendalami motif dan kegiatan J terkait pelemparan bom molotov tersebut.

Tak ayal, aksi pelemparan molotov itu mendapat kecaman dari berbagai pihak. Bahkan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Zainut Tauhid, mengutuk aksi teror tersebut. Karena itu, pihaknya meminta aparat cepat menangani kasus itu.

"Tindakan tersebut jelas bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan nilai-nilai Pancasila. Tindakan tersebut dapat mengusik kerukunan hidup umat beragama dan mengancam kebhinnekaan dalam NKRI," ujarnya.

Dikatakan Zainut, MUI menengarai aksi pelemparan bom molotov ini adalah bentuk teror yang dilakukan oleh kelompok yang menginginkan terjadinya kekacauan, distabilitas nasional dan disintegrasi bangsa Indonesia. Kelompok ini ingin menciptakan kondisi bahwa negara Indonesia tidak aman, mencekam dan menakutkan.

"MUI meminta kepada aparat kepolisian untuk bertindak cepat menangkap pelakunya, dan mengusut tuntas motif tindakannya sehingga dapat diantisipasi dampak ikutannya," ujar Zainut.

MUI mengimbau seluruh masyarakat Indonesia tetap tenang. Jangan sampai terprovokasi hasutan dan ajakan melakukan tindakan yang melanggar hukum. Serahkan sepenuhnya penanganan masalah ini ke aparat penegak hukum agar ditangani cepat, tegas dan tuntas.

"Majelis Ulama Indonesia menyampaikan rasa simpati kepada korban dan keluarganya, semoga diberikan kesabaran dan kesehatannya segera dipulihkan kembali," imbuh Zainut.

Hal senada juga dilontarkan  Presiden Joko Widodo. Ia langsung  memerintahkan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavan, sesaat setelah menerima laporan terkait peristiwa yang melukai empat balita tersebut.

"Saya sudah mendapatkan laporan dari Polri dan sudah memerintahkan Kapolri untuk segera tangani dan dilakukan penegakan hukum yang tegas," ujar Jokowi seusai menghadiri Rapimnas PAN di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Minggu kemarin.

Jokowi menambahkan, dirinya juga memerintahkan pelaku segera diusut. "Usut secara tuntas pelaku," tegasnya. Terpisah, menyikapi teror itu, mantan Ketua PBNU, KH Hasyim Muzadi, meminta seluruh tokoh lintas-agama di wilayah tersebut untuk segera berkumpul.

"Tokoh-tokoh lintas-agama segera bertemu untuk mendinginkan dan menenangkan suasana," ujarya. Menurut Hasyim, aparat keamanan juga harus meningkatkan kewaspadaan pasca-terjadinya teror tersebut. "Daerah-daerah rawan harus mendapatkan perhatian, seperti Solo, Poso, Makassar, sebagian Jawa Barat," ungkapnya.

Masyarakat juga diminta untuk tetap tenang, tetapi tetap harus waspada. "Masyarakat harus tetap tenang karena Samarinda sebenarnya daerah yang tidak terlalu rawan jika dibandingkan daerah lain. Semoga saja ini tidak melebar terornya," harapnya.

Sedangkan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, selain meminta kasus itu diusut tuntas, juga meminta kasus itu benar-benar diwaspadai. "Aparat penegak hukum harus secara imparsial bekerja secara teliti dalam menganalisa kejadian ini," ujarnya.

Fahri mengingatkan agar seluruh pihak tak terprovokasi atau menghakimi pelaku, tetapi menunggu proses hukum yang dijalankan kepolisian. "Hati-hati provokasi. Harus ada penyelidikan terlebih dahulu," tutur dia. (bbs, kom, dtc, ral, sis)