Cegah Pembiakan Aedes Aegypty

Lingkungan Sehat dengan 3 M Plus

Lingkungan Sehat dengan 3 M Plus

Pangkalan Kerinci (RIAUMANDIRI.co) - Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Pelalawan dr Endid R Pratiknyo menyebutkan tahun 2016 merupakan puncak siklus demam berdarah dengue (DBD). Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah kasus penyakit tersebut di sejumlah daerah. Masyarakat diimbau waspada dan aktif melakukan pencegahan.

Guna mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang menularkan penyakit  demam berdarah dengue (DBD), masyarakat diminta melakukan pola hidup sehat dan melakukan 3 M Plus yakni menguras, menutup dan mengubur barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Sedangkan plus yakni antisipasi seperti menggunakan lotion anti nyamuk, racun nyamuk atau menggunakan kelambu.

Demikian dikatakan dr Endid R Pratiknyo Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Pelalawan ypada wartawan  baru-baru ini. Menurutnya fogging yakni penyemprotan asap untuk mencegah DBD ibarat jika seseorang sakit jika ingin sembuh harus disuntik, padahal tidak perlu disuntik orang tersebut bisa sehat.

"Fogging hanya akan mematikan nyamuk dewasa saja sementara sarang jentik yang bakal menjadi nyamuk tetap berkembang biak. Foggingpun hanya bertahan 2 sampai 3 hari makanya fogging tidak menyelesaikan masalah DBD.


"Paling penting mencegah DBD adalah kembali ke pola hidup sehat dan lakukan 3 M Plus. Lingkungan harus bersih dari berbagai tempat atau wadah sarang jentak jentik dan nyamuk itu sendiri," papar dr Endid.

Meskipun pada 2016 sudah masuk puncak siklus DBD 5 tahunan, namun tidak harus fogging dilakukan karena ada kriterianya fogging dilakukan. "Namun perlu diluruskan bahwa fogging tidak menyelesaikan masalah DBD.

Saya ingatkan terus mari kembali hidup sehat, jaga kebersihan lingkungan tempat tinggal bersama-sama melakukan gotong royong agar tempat perkembangbiakan nyamuk dapat dimusnahkan dan melakukan 3 M Plus, langkah ini lebih dinilai efektif dibanding melakukan fogging," ungkapnya.

Disinggung soal meningkatnya kasus DBD pada tahun ini, Kadiskes menyebutkan pihaknya telah melakukan berbagai antisipasi dengan meminta kepada seluruh sentra pelayanan kesehatan seperti Puskesmas,

klinik dan rumah sakit sejak awal Januari 2016 untuk Lebih waspada dan melakukan pengawasan terhadap gejala dan kasus DBD dan tentunya melakukan penyuluhan akan bahaya DBD. Termasuk dalam perawatan pasien DBD, penangananya juga dilakukan dengan intensif dan penanganan khusus.

"Jika tidak diantisipasi sejak awal maka kasus DBD di Pelalawan bisa diangka 200 Lebih kasus DBD. Ini kita sudah lakukan upaya untuk menekan kasus DBD di Pelalawan meski sudah terdapat 83 kasus.Status DBD di Pelalawan saat ini adalah waspada dimana DBD telah memakan korban bocah 7 tahun di Ibukota Pangkalan Kerinci," ungkap Kadiskes.

Kembali dr Endid Pihak mengajak masyarakat pro aktif untuk membawa keluarganya yang terserang penyakit seperti demam, panas tinggi, pilek lainnya ke sentra pelayanan kesehatan masyarakat ke puskesmas,klinik atau rumah sakit. Diskes juga sudah menginstruksikan seluruh Puskesmas untuk tetap siaga 1x24 jam, paparnya. ***