Din Syamsuddin:

Demo 4 November Ekspresi Demokrasi

Demo 4 November Ekspresi Demokrasi

Jakarta (RIAUMANDIRI.co) -Tokoh Islam Din Syamsuddin bicara soal rencana demonstrasi 4 November terkait Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Din mengimbau demonstran tertib, karena kericuhan malah akan menimbulkan persoalan baru.


"Rencana demonstrasi 4 November hari Jumat yang akan datang, pertama perlu dilihat itu adalah ekspresi demokrasi. Di alam demokrasi sangat absah semua kelompok untuk mengekspresikan diri, tentu selama tidak membawa kekerasan, tidak membawa anarkisme. Sebab kalau sudah menimbulkan kekerasan, menimbulkan anarkisme maka akan menjadi persoalan
Demo


yang seperti saya katakan tadi itu bisa menggoyahkan sendi-sendi kebersamaan kita," kata Din saat ditemui wartawan usai pembukaan acara World Peace Forum (WPF) ke-6 di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (1/11).



Din mengingatkan demonstrasi sebagai bentuk penyampaian pendapat di era demokrasi, harus tetap dilakukan sesuai aturan. "Kepada yang ikut demonstrasi jangan sampai terjebak ke dalam kekerasan dan anarkisme," katanya.


Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini menyadari demonstrasi dilakukan atas dugaan penistaan agama yang diduga dilakukan Ahok. Namun, Din berharap masyarakat dapat menyerahkan kasus tersebut ke proses hukum yang kini ditangani Bareskrim Polri.


"Pada hemat saya, sebaiknya kita serahkan kepada lembaga penegak hukum yaitu Kepolisian Republik Indonesia," katanya.


"Mari kita percaya negara hadir, negara akan melaksanakan tugas dan fungsinya. Saya mendapat konfirmasi dari bapak kapolri waktu kami diterima beberapa waktu yang lalu, bahwa itu akan dilakukan penegakan hukum. Maka berilah kepercayaan kepada Polri. Tentu kita terima dengan penuh kesabaran," imbuh Din.

Tak Pengaruhi Sementara itu di sisi lain, pengamat politik dari LIPI Siti Zuhro menilai pertemuan Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menunjukkan sikap kenegarawan. Sosok-sosok seperti itu menurutnya perlu diperbanyak di Indonesia agar dalam pilpres maupun pilkada semua calon siap menang dan kalah.


"Negarawan sejati semestinya seperti itu. Tidak saling menaruh dendam meskipun dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 lalu mereka saling berhadapan. Pertemuan antara kedua tokoh nasional itu menurut hemat saya cukup baik," kata Siti Zuhro, di Jakarta, Selasa (1/11),  menanggapi pertemuan Jokowi dan Prabowo, Senin (31/10).


Namun kalau dikaitkan dengan rencana demo umat Islam tanggal 4 November mendatang, tampaknya kurang siginifikan dan pengaruhnya nyaris tak ada. "Sebab, realitasnya Prabowo adalah ketua umum Partai Gerindra. Dia bukan ketua ormas Islam atau pemuka agama," kata Wiwik, demikian dia akrab disapa,


Sebenarnya menurut Wiwik, dalam kaitan dengan demo 4 November, yang perlu direspon adalah bagaimana menyelesaikan akar masalah mengapa demo yang akan melibatkan jumlah sangat besar itu muncul. "Akar masalah itu bukan di Prabowo dan kapasitas untuk meredam keresahan ummat muslim yang terlanjur meluas itu juga bukan di prabowo," kata Wiwik.


"Jokowi harus menyelesaikan masalah keresahan, kekecewaan umat Islam dengan memahami secara jernih akar masalahnya. Tuntutan ummat Islam adalah menuntaskan kasus penistaan agama. Ini berkaitan langsung dengan keyakinan umat Islam tentang ajarannya, tentang ayat suci Alquran yang diyakini mutlak kebenarannya. Tentu ini sangat menyakitkan," ulas Wiwik.


Dikatakan Wiwik, ada pilkada tak ada pilkada isu agama merupakan hal yang sensitif dan hal tersebut tak bisa dianggap enteng. Apalagi menggunakan ayat suci Alquran untuk testing the water. "Bangsa Indonesia semestinya bijak, belajar dari sejarah, beberapa lesson learned yang pernah ada dan solusi-solusi yang pernah diambil untuk menyelesaikannya patut dibaca kembali sehingga hal-hal yang tak perlu terjadi tak terulang kembali," ujarnya.


Penilaiannya yang sama juga dililontarkan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang mengatakan, Presiden Jokowi yang menyambangi kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, merupakan bentuk kenegarawanannya. Ini patut diapresiasi, karena Jokowi datang dengan penuh rendah hati walau dulu sempat terjadi rivalitas yang sangat kuat.


“Ini pertemuan dua tokoh besar dan patut diteladani. Ada perbedaan dibicarakan bersama. Ini harus dicontoh para politisi lainnya. Saya sambut gembira pertemuan tersebut,” nilai Novanto dalam diskusi “Memaknai Pertemuan Jokowi-Prabowo” di Media Center DPR RI, Selasa (1/11).
Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang ikut menjadi pembicara dalam diskusi itu juga mengatakan,  pertemuan kedua tokoh nasional itu  perlu disambut positif, karena bagian dari membangun bangsa ke depan. Namun, politisi Gerindra ini mengingatkan Jokowi, agar pertemuannya dengan Prabowo tidak sekadar dilatari suatu masalah.


Menurut Fadli Zon, perlu ada pertemuan yang lebih sejati, tanpa dipicu masalah apapun. Dengan begitu, persaudaraan dan persahabatan sebagai anak bangsa tetap terjaga. “Sebagai peristiwa politik, pertemuan itu sangat baik. Tapi, jangan karena ada masalah baru mau ketemu Prabowo,” ucap Fadli.


Sementara politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait, mengatakan, Jokowi dan Prabowo tahu betul kapan waktunya berbeda pandangan dan kapan waktunya bersahabat. Pertemuan itu, sambung Maruarar, sangat efektif mendinginkan tensi politik dalam negeri. “Ini bagian dari budaya politik yang positif,” katanya. (sam/dtc)