Semula Pemerintah Jadwalkan Hari Ini ; Presiden: Masih Dalam Kalkulasi

Penurunan Harga BBM Ditunda

Penurunan Harga BBM Ditunda

Jakarta (HR)-Rencana pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak pertanggal 15 Februari 2015 tampaknya ditunda, menyusul keterangan yang disampaikan Presiden Joko Widodo, Sabtu (14/2).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan penurunan kembali harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar masih dalam proses kalkulasi.

"Nanti, masih dalam kalkulasi," kata Presiden Jokowi di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusumah Jakarta, Sabtu (14/2).
Jawaban itu disampaikan Jokowi ketika ditanya wartawan tentang rencana penurunan kembali harga BBM jenis premium dan solar yang sedianya dijadwalkan pada 15 Februari 2015.

Presiden baru saja mendarat di Jakarta, setelah Jumat malam sebelumnya membuka Munas II Partai Hanura di Solo, Jawa Tengah.
"Nanti, semua masih dalam kalkulasi," ucapnya.


Pada kesempatan itu Jokowi yang mengenakan kemeja putih baru saja selesai melakukan pertemuan dengan para petinggi Koalisi Indonesia Hebat di Loji Gandrung Rumah Dinas Wali Kota Solo.

Terkait rencana penurunan kembali harga BBM jenis premium dan solar, sebelumnya pemerintah berencana melakukan penurunan kembali harga BBM pada 15 Februari 2015.

Kebijakan itu akan diambil mempertimbangkan tren harga minyak dunia yang terus turun meski dalam beberapa hari terakhir, harga minyak dunia sempat mengalami kenaikan.

Penguatan harga minyak dunia diperkirakan hanya bersifat sementara, akibat pengaruh kondisi politik di Yunani dan Timur Tengah.
Namun, banyak pakar memperkirakan harga minyak dunia akan terus menurun.

Menguat
Awalnya pemerintah berencana akan menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dan solar, mengingat harga minyak dunia saat ini memiliki tren penurunan.

Namun pada Jumat (13/2) sore, harga minyak mentah dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat 4,63 persen menjadi 51,21 dolar AS per barel. Sementara, Brent naik 4,19 persen menjadi 57,05 dolar AS per barel.

Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofjan Wanandi, menilai penguatan harga minyak dunia hanya bersifat sementara mengingat kondisi politik di Yunani dan Timur Tengah yang sedang memanas. Atas kondisi tersebut, membuat harga minyak dunia kembali terkerek dari pelemahannya.

"Tren (harga minyak dunia turun), volatilitas tinggi bukan karena produksi dan permintaan, tapi karena politik," kata Sofjan, Jakarta, Jumat (13/2).

Dengan melihat tren harga minyak dunia yang masih akan menurun, Sofjan mengungkapkan, akan ada penyesuaian harga untuk premium dan solar dengan menurunkan harga jualnya.

"Harga jual BBM pada 15 Februari (2015) akan berubah lagi, turun (harganya). Kita masih menghitung (penurunan harganya)," ujarnya.

Bila benar harga BBM jenis premium dan solar turun, maka pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah menurunkan harga tersebut sebanyak tiga kali, setelah harga BBM jenis premium dan solar naik Rp 2.000 per liter pada 18 November 2014.

Namun, pada 1 Januari 2015, pemerintah menurunkan harga bensin dari Rp 8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter, dan solar dari Rp 7.500 per liter menjadi Rp 7.250 per liter. Kemudian, pada 19 Januari 2015, harga jual BBM kembali turun, premium dari Rp 7.600 per liter menjadi Rp 6.600 per liter, dan solar dari Rp 7.250 menjadi Rp 6.400 per liter.

Bocoran Harga
Pergerakan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar dikaji setiap dua minggu sekali oleh pemerintah. Setelah pada tanggal 1 Februari 2015, harga BBM stagnasi alias tidak naik maupun turun. Lalu bagaimana untuk tanggal 15 Februari 2015?

Namun, sudah ada permintaan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk menurunkan harga BBM jenis Solar menjadi Rp6.000 per liter dari harga yang saat ini Rp6.400 per liter.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto angkat bicara mengenai perhitungan harga BBM. Menurut dia, harga BBM, khususnya Solar pada saat ini tidak perlu lagi adanya penurunan harga.

"Posisi harga sekarang yang menurut saya, ini menurut saya lho, posisi yang cukup optimium karena pergerakan harga minyak dunia ada rebound ke atas," ucap Dwi, Jumat (13/2).

Menurut Dwi, saat ini pemerintah memang harus mempertimbangkan pergerakan harga minyak dunia. Pasalnya, lebih mudah menurunkan harga BBM tetapi akan sulit menaikkan kembali jika harga minyak dunia naik.

"Jangan sampai nanti harga mau turun lagi, tapi setelah itu ada kenaikan lagi. Kan pada saat naik itu yang lebih ribet lagi," jelasnya.

Disisi lain, dengan posisi harga BBM saat ini, Pertamina lanjut Dwi mengatakan, sebagai badan penyalur BBM pun tidak mendapatkan keuntungan yang besar.

"Sekarang posisi Pertamina pun enggak profit besar, paling 2-3 persen saja. Jadi karena itu posisi harga minyak yang berlaku khususnya Solar diposisi yang sangat efektif di Pertamina juga tidak untung terlalu besar, mungkin sangat kecil lah," imbuhnya.

Saat ini kata Dwi, Pertamina dengan pemerintah terus berkomunikasi mengenai penetapan harga BBM yang dievaluasi secara dua minggu.

"Itu kita sudah hitung dengan pemerintah, tapi kita terus koordinasi dengan pemerintah, sehingga mengantisipasi harga minyak keatas, saya pikir saat ini sudah cukup optimium. Tapi apapun yang ditentukan pemerintah, Pertamina akan siap saja untuk jalankan," tukasnya.(ant/okz/mdk/tbn/yuk)