Khasanah Suku Petalangan, Arak-Arakan Pengantin Era 70-an

Khasanah Suku Petalangan, Arak-Arakan Pengantin Era 70-an
BANDAR PETALANGAN (RIAUMANDIRI.co) - Suku Petalangan kaya akan aneka khasanah seni dan budaya. Segala tindak tanduk kehidupan masyarakat tertuang dan menjadi ico pakaian masyarakat dalam berinteraksi sosial. Semisal, arak-arakan mengantar pengantin (mempelai) pria menuju ke pelaminan calon sang istri, adalah bagian dari khasanah yang kental dengan nuansa seni, adat dan budaya khas Petalangan. 
 
Konon, dalam arak-arakan pengantin pria tersebut terdapat berbagai filosofi hidup dan menjadi modal penting dalam membina dan mengarungi bahtera rumah tangga bagi kedua mempelai.
 
"Pada era tahun 70-an lampau, mengantar calon mempelai laki-laki ke pelaminan di kediaman sang calon isteri‎, semua komponen masyarakat berhimpun-pepat turut serta mengantar dengan menggelar arak-arakan berjalan kaki. Banyak filosofi dan makna hidup terselip dari kegiatan arak-arakan ini," jelas Tokoh Adat Petalangan yang menyandang gelar Batin Bunut, Arifin, Selasa (4/10).
 
Semangat kebersamaan adalah bagian makna yang bisa diambil dari seni menghantar pengantin laki-laki ke kediaman mempelai perempuan. Tatkala‎, arak-arakan pengantin ini, maka tua muda, kecil besar, yang buta ditintin, yang patah bertongkat, maka segenap komponen masyarakat di desa tersebut akan turut serta menghantar mempelai laki-laki ini. Semasa itu, semua aktivitas komponen masyarakat terhenti sesaat, demi kebersamaan turut menghantar dan mendoakan agar si pengantin laki-laki sukses dalam membina bahtera rumah tangga.
 
"Semasa itu, era 70-an, satu kampung akan ikut menghantar pengantin laki-laki ke kediaman mempelai perempuan. Semangat kebersamaan itulah yang saban tahun mulai tergerus oleh zaman. Kini, nilai-nilai kekerabatan itu kian pudar di seret masa. Dalam parade sempena memeriahkan hari jadi kecamatan Bandar Petalangan ke-11 yang digelar pada Senin lalu (3/10) yang turut dihadiri oleh Bupati Pelalawan, HM Harris, serangkaian khasanah khas Petalangan itu kita hadirkan kembali, agar semangat gotong tersebut yang menjadi tradisi kita kembali membumi dan mendarah daging," ungkap Tokoh Adat ini.
 
Namun, khasanah adat istiadat dan budaya ini, seyogyanya adalah gawenya Lembaga Adat Petalangan (LAP). Melalaui lembaga inilah baik dari sisi pembinaan hingga kukuh dalam bersosialisasi agar khasanah ini tak tergerus oleh zaman. Namun, bukti dilapangan, lembaga adat ini terkesan vakum alias tak konsisten melakukan pembinaan.
 
"Sejujurnya ini kerjanya LAP. Mesti gencar bersosialisasi, melakukan pembinaan agar khasanah ini terus mengakar dan generasi muda memiliki warisan para leluhur ini. LAP mesti berperan maksimal, agar tradisi suku Petalangan ini tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan," harap Batin Bunut, Arifin. (pen)
 
Editor: Nandra F Piliang