Berasal dari Pengikutnya

Dimas Kanjeng Akui Kumpulkan Uang Rp1 T

Dimas Kanjeng Akui Kumpulkan Uang Rp1 T

SURABAYA (RIAUMANDIRI.co) - Cerita tentang Dimas Kanjung Taat Pribadi, 'orang sakti' di Jawa Timur yang disebut-sebut mempu menggandakan uang secara spritual, terus terkuak satu demi satu. Kepada anggota Komisi III DPR RI yang sempat menemuinya, pria itu mengakui uang yang dikumpulkan dari pengikutnya mencapai Rp1 triliun.

"Pembicaraannya (Dimas Kanjeng) tidak jelas. Saat ditanya Komisi III DPR RI, (dana) yang sudah dikumpulkan antara Rp500 miliar sampai Rp1 triliun," ungkap Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono, Minggu (2/10).

Sebelum ke Mapolda Jatim, rombongan Komisi III DPR RI terlebih dahulu mengunjungi Padepokan Dimas Kanjeng di Wangkal, Kabupaten Probolinggo. Ikut di antaranya Benny K Harman, Akbar Faizal dan lain-lain. Dari Probolinggo, anggota Dewan bidang hukum, keamanan dan HAM tersebut dipertemukan dengan Dimas Kanjeng yang masih ditahan di Mapolda Jawa Timur.


Dalam pertemuan itu, anggota Komisi III juga sempat menanyakan, di mana uang tersebut disimpan. Menurut Dimas, uang itu disimpan di orang terdekatnya di Pasuruan. "Ngomongnya disimpan di salah satu sultan, orang kepercayaannya dia," terangnya.

Sultan adalah istilah Dimas Kanjeng menyebut koordinator pengumpul mahar. Apakah ada uang Dimas Kanjeng di bungker atau ruangan khusus di padepokannya? "Ya kita lihat nanti. Ada bungker atau tidak ada, akan kita sampaikan," ujar Argo Yuwono.

Penyidik akan terus menggali informasi, mengumpulkan bahan keterangan. Termasuk akan meneliti pengakuan Dimas Kanjeng, termasuk dana ratusan miliar sampai triliunan dari korban. "Penyidik akan meneliti pelan-pelan ke semua lini, dan akan kita gali informasinya," tandasnya.

Seperti diketahui, 'manusia sakti' itu telah ditetapkan sebagai tersangka, dalam kasus dugaan pembunuhan terhadap dua mantan pengikutnya. Sejak saat ini, cerita tentang aktivitas Dimas Kanjeng terus merebak. Belakangan diketahui, mulai dari pejabat hingga TNI, ternyata ada yang menjadi pengikut Dimas Kanjeng. Salah satunya, adalah Profesor Marwah Daud.

Marwah sendiri sempat menyambut rombongan Komisi III DPR, saat mendatangi padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Sabtu akhir pekan kemarin.
Daud Ibrahim menepis cerita eks pengikut Dimas Kanjeng soal uang kiriman 2 koper. Dia mengaku tidak pernah menerima kiriman uang ke rumah.

Pernyataan ini merespons cerita Junaidi (50), eks pengikut Dimas Kanjeng asal Situbondo, Jawa Timur. Junaidi mengaku mendapat cerita dari Ismail Hidayah, eks pengikut yang ditemukan tewas pada Februari 2015 lalu, bahwa uang dua koper dikirimkan ke rumah Marwah pada malam hari. Uang itu asli, nominalnya miliaran. Setelah uang terkirim, Dimas Kanjeng menghubungi Marwah dan menyatakan ada kiriman uang gaib.

Pengiriman uang dilakukan agar Marwah percaya Dimas Kanjeng memiliki kekuatan gaib. Seolah-olah uang mendadak muncul di rumah Marwah. "Padahal uang itu dikirimkan secara sembunyi-sembunyi oleh Ismail," kata Junaidi di Mapolres Probolinggo.

Marwah dalam sesi wawancara pekan lalu, bercerita uang yang dikeluarkan Dimas Kanjeng bukan sembarang barang. Tak bisa dipakai transaksi. Hanya bisa untuk donasi ke masyarakat secara tidak langsung. "Kalau dipakai belanja, (pemakai) bisa sakit," kata Marwah saat itu. Marwah adalah ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng.

Menurut perempuan bergelar profesor yang jadi pengurus MUI dan ICMI ini, uang yang dihasilkan Dimas Kanjeng rencananya akan digunakan untuk membantu orang tidak mampu, terutama di bidang pendidikan dan fasilitas umum. Rencana belum sempat terwujud, Dimas Kanjeng ditangkap polisi pada 22 September 2016 lalu. Pria bernama asli Taat Pribadi itu kini jadi tersangka kasus pembunuhan eks pengikut, Abdul Gani, dan kasus penipuan. (dtc, sis)