Memaknai Tugu di Luhak Kepenuhan

Memaknai Tugu di Luhak Kepenuhan

KEPENUHAN (HR)-  Memaknai soal tugu yang dibangun di Luhak Kepenuhan, merupakan salah satu simbol dan suatu ikatan yang tak terpisahkan di Luhak Kepenuhan. Tugu ini melambangkan masyarakat Luhak kepenuhan, Saciok bak ayam sadonciang bak bosi.

Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Kerapatan Adat (LKA) Luhak Kepenuhan, Bakhtiar AH, Kamis (12/2) menyikapi bangunan tugu nan megah yang dibangun melalui dana APBD Rohul tahun 2006 di perempatan jalan Kota Tengah, Kecamatan Kepenuhan. Tugu ini melambangkan masyarakat Luhak kepenuhan memiliki motto atau jati diri untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Tiga tiang yang dibangun pada tugu, melambangkan tiga buah tungku (tigo tunggu sojorangan, tali bopilin tigo). Ini mengartikan adanya unsur adat, agama dan pemerintah. Ketiganya saling menyokong dan menguatkan dalam mengelola tatanan kehidupan masyarakat Luhak Kepenuhan yang dikenal dengan negeri beradat,” terang Ketua LKA Luhak Kepenuhan.

Dilanjutkan Ketua LKA Luhak Kepenuhan, pada bagian sudut juga dibangun tangga persegi empat yang terletak di atas tiga tiang tungku tigo sojorangan tali bopilin tigo dengan beberapa warna. Hal itu melambangkan bendera suku nan sepuluh. Dimana warna hitam melambangkan suku nan tujuh, warna kuning melambangkan suku nan tigo piak, warna putih melambangkan imam nan ampek dan merah melambangkan dubalang nan ompek.

"Selanjutnya bangunan yang berbentuk buku yang terletak pada bagian atas melambangkan Alquran. Karena warga Luhak Kepenuhan adalah masyarakat agamis. Dengan artian adat bersendikan syara’ dan syara bersendikan kitabullah. Tugu ini menjadi simbol keberadaan Luhak Kepenuhan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam adat istiadat untuk di implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat,” harap Bakhtiar AH. (gus)