LAMR-Paguyuban Etnis taja Pertemuan

Al Azhar: Bangun Riau dengan Pendekatan Kultur Etnis

Al Azhar: Bangun Riau dengan Pendekatan Kultur Etnis

PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian Lembaga Adat Melayu Riau, Al Azhar, mengatakan, untuk membangun Riau yang lebih baik di masa datang, Al Azhar perlu dilakukan dengan pendekatan budaya etnis yang memiliki nilai-nilai luhur dan universal.

"Budaya etnis ini merupakan modal kultural untuk membangun Riau yang lebih baik ke depannya," ujar Al Azhar saat dimintai Al Azhar tanggapannya, Rabu (21/9), terkait pertemuan antara LAM Riau dengan sejumlah pengurus organisasi paguyuban etnis yang ada di Riau. Pertemuan ini sudah digelar sebanyak tiga kali.

Hadir dalam pertemuan yang difasilitasi LAM Riau ini, di antaranya, Sekretaris Umum Ikatan Keluarga Minang Riau (IKMR) H Marjoni Hendri yang mewakili Ketua Umum IKMR H Basrizal Koto, pengurus Ikatan Keluarga Batak Riau (IKBR), Ikatan Keluarga Jawa Riau (IKJR), Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), etnis Bugis (IKSS), Nias (IKNR), Sunda (MISURI) dan sejumlah paguyuban etnis lainnya.

Dijelaskan Al Azhar, digelarnya pertemuan lintas ini yang nantinya akan tergabung dalam sebuah Forum Silaturahmi Lintas Etnis Riau (Forseri), didasari oleh persoalan masa kini di Bumi Lancang Kuning.

Saat ini, katanya, banyak persoalan di Riau yang belum teratasi, dan itu perlu diselesaikan dengan perspektif budaya dan kearifan lokal, bukan dengan pendekatan geografis atau kedaerahan. Sebab, setiap etnis memiliki nilai-nilai luhur dan universal yang bisa menjadi modal untuk bersatu dalam menghadapi tantangan ke depan.

"Misalnya, di Riau saat ini, ada orang yang minta ampun kayanya, dan ada orang yang minta ampun miskinnya. Terus soal Karhutla, ada dua kelompok. Pertama, orang yang cari makan untuk bisa hidup, tidak ada jalan lain, buka lahan dengan membakar. Kelompok satu lagi, cukong-cukong yang cari kaya raya yang bakar hutan untuk membuka lahan baru. Makanya, kita coba satukan persepsi agar persoalan sosial ini bisa diminimalkan. Tentu melalui pendekatan nilai-nilai budaya luhur tersebut. Ibaratnya, kalau makan jangan menghabisi, kalau minum jangan mengeringkan," jelasnya.

Untuk itu ke depannya, kata Al Azhar, semua eleman harus mengampanyekan nilai-nilai luhur budaya tersebut. (ral, sis