Asap Tebal, Pesawat Terganggu

Asap Tebal, Pesawat Terganggu

DUMAI (riaumandiri.co)-Hingga saat ini, belum tampak tanda-tanda kebakaran hutan dan lahan di Riau bakal berkurang. Malah sebaliknya, kabut asap kian hari semakin parah. Kabut asap juga mulai mengganggu aktivitas penerbangan, seperti mengulang kejadian pada tahun lalu.
 

Kondisi itu terjadi di Bandara Pinang Kampai, Kota Dumai, Minggu (28/8). Akibat kabut asap yang kian menebal, jarak pandang di bandara itu jadi terganggu sehingga tidak mencapai 1.000 meter. Sementara jarak ideal untuk mendarat di bandara tersebut adalah 6 kilometer.
Akibatnya, penerbangan maskapai Pelita Air rute Jakarta-Dumai, terpaksa dialihkan ke Bandara SSK II Pekanbaru.


"Kondisi jarak pandang memang cukup parah, jadi kita alihkan lokasi pendaratan ke Pekanbaru," ungkap Kepala UPT Bandara

Asap Pinang Kampai Dumai, Catur Hargowo. Menurut Catur, awalnya pesawat Trans Nusa masih bisa mendarat di Bandara Pinang Kampai pada pukul 08.00 WIB. Saat itu jarak pandang masih berkisar dua kilometer sehingga pendaratan masih bisa dilakukan.

Namun ketika Pelita Air hendak mendarat di Bandara Pinang Kampai sekitar pukul 08.50 WIB, jarak pandang mendadak berkurang dan tidak sampai 1 kilometer. Akibatnya, pesawat tersebut tidak bisa mendarat dan dialihkan ke Bandara SSK Pekanbaru.

"Kabut asap makin siang tambah tebal menyebabkan jarak pandang kian berkurang," tambahnya.

Dari pantauan di Kota Dumai, hingga Minggu sore kemarin, kabut asap tebal masih tampak menaungi kota pelabuhan itu. Tidak hanya itu, bau sengit aroma kebakaran lahan, juga sangat kentara. Tidak sedikit warga Dumai yang disebutkan mulai terserang penyakit sesak nafas dan flu.

Jarak Pandang Menurun Makin parahnya kabut asap di Riau, juga dipantau Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru. Kabut asap juga membuat jarak padang di beberapa daerah mulai menurun.

"Dumai dan Pekanbaru mulai terganggu jarak pandangnya terutama di pagi hari karena tertutup kabut asap," ungkap Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi.

Ia mencontohkan, seperti hari Minggu ini, jarak pandang pukul 07.00 WIB terpantau di Kota Dumai cuma satu kilometer, Kota Pekanbaru 2,1 km, Rengat 5 km, dan Pangkalan Kerinci 6 km.

Sehari sebelumnya, jarak pandang di Dumai tercatat hanya 1,5 km, dan Pekanbaru 2,5 km. Sedangkan Rengat 5 km dan Pangkalan Kerinci 7 km.

"Bila kondisi cuaca normal, maka jarak pandang pada berbagai wilayah di Riau terutama pukul 07.00 WIB tersebut bisa lebih dari 5 km seperti Jumat (26/8) rata-rata 6 km," terangnya.

Ditambahkannya, penurunan jarak pandang biasanya mulai terjadi pada pagi hari. Kemudian mulai pukul 12.00 WIB, jarak pandang kembali membaik setelah kabut asap mulai menipis dan hilang.

"Ini terjadi karena bercampur partikel-partikel air yang sangat kecil terutama terjadi di waktu dini hari atau kita sebut embun, dengan asap diduga dari karhutla pada waktu malam hari," katanya lagi.

Bantu Tim Satgas Sementara itu, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, telah menginstruksikan kepada 12 satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan Pemprov Riau, untuk ikut turun langsung ke lapangan membantu tim Satuan tugas (Satgas) Karhutla.

Kebijakan itu ditempuh, setelah pihaknya banyak menerima keluhan tentang masih minimnya bantuan SKPD Pemprov Riau dalam menangani kebakaran lahan.

Sebagai langkah awal, ke-12 SKPD tersebut diinstruksikan langsung turun ke lapangan dan berkoordinasi bersama tim Satgas Karhutla Provinsi Riau dan seluruh Kab/Kota di Riau.

"Prioritas kita adalah menyelamatkan masyarakat. Harus dilakukan langkah awal mengantisipasi penanganan dampak, sehingga upaya menjaga rakyat dapat terlaksana," tegas Gubri.

Terpisah Sekdaprov Riau, Ahmad Hijazi, langsung menjalankan instruksi Gubernur tersebut. "Di ujung Agustus ini kita merasakan ada asap. Jadi SKPD sudah punya fungsi masing-masing, ini perlu dikoordinasikan," ujarnya.

"Yang tidak patuh akan dievaluasi. Begitu juga BPBD, dari kesehatan dan pendidikan juga harus turun dan memulai koordinasi dengan Kabupaten Kota," tegasnya.

Ditambahkannya, sesuai instruksi Gubri,  BPBD tetap diminta melaksanakan Tupoksinya selaku komando Satgas. Kemudian berkoordinasi dari penanganan dampak mulai Dinkes, Dinsos, Disdik, RSUD Arifin Ahmad, RSJ Tampan, RSUD Petala Bumi dan Satker lainnya.

Dari sisi kesehatan, Diskes Riau sudah berkirim surat ke kab/kota tentang penanganan dampak. Untuk kemudian akan terus berkoordinasi dengan dinas-dinas kab/kota di daerah.

Sementara itu buffer stock masker juga sudah didistribusikan. Sekda mengimbau bagi kab/kota yang kekosongan Stok sudah bisa mendapatkan Stok. Seperti Bengkalis sudah mengambil 12 ribu masker, demikian juga Dumai. Total sekarang Pemprov memiliki stok masker sampai 375 ribu Pieces di gudang farmasi, kemudian 16 ribu pieces N95, dan Oksigen 480 tabung.

Lebih lanjut kata Sekda, Diskes juga menginisiasi posko, dengan harapan agar dapat benar-benar membantu masyarakat terdampak. Di mana mulai tahun ini posko-posko kesehatan disiapkan di gedung tertutup.



Diskes bersama kab/kota menginventarisasi posko-posko tertutup yang memungkinkan, begitu pula Puskesmas bisa dijadikan sebagai posko utama. Kemudian Klinik Mobile Diskes juga disiapkan, jika terjadi kekurangan kebutuhan.

Sedangkan Dinsos juga dituntut harus siap dengan logistik. Mulai mempersiapkan tenda, dapur umum harus disiapkan. Sehingga apapun yang terjadi harus dilakukan. Karena Dinsos sendiri dengan sukarelawan 450-an orang tiap kab/kota, juga harus siap digerakkan. (zul, nur, ant)