Jarak Pandang di Dumai Menurun

Lahan TNTN Membara

Lahan TNTN Membara

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Hingga Kamis (18/8), kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Bumi Lancang Kuning, belum menunjukkan adanya penurunan. Yang terbaru, kebakaran juga terjadi di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Hanya dalam waktu enam jam, lahan seluas 20 hektare membara akibat dilalap si jago merah.

Tak hanya itu, kabut asap yang muncul akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga masih terus bertahan. Bahkan di Kota Dumai, jarak pandang hanya bisa mencapai lima kilometer, akibat terganggu kabut asap.

Lahan Kebakaran lahan yang terjadi di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), langsung dipantau Kapolda Riau Brigjen Pol Supriyanto, Kamis kemarin. Sedangkan Danrem 031/WB Brigjen Nurendi, masih memantau upaya pemamdaman di Rokan Hilir.  

Dari pantauan lapangan di kawasan TNTN, Kamis sore kemarin, api masih tampak menyala. Segenap petugas, baik dari jajaran kepolisian dari Polsek Ukui, Polres Pelalawan, Fire Fighter PT Riau Andalan Pulp and Paper, Manggala Agni, dan Balai TNTN, tampak berjibaku memadamkan api.

Informasi yang berhasil dihimpun, lokasi yang terbakar ini terletak di Desa Lubuk Kembang Bunga Kecamatan Ukui, dengan koordinat S 00 11' 34.26", E 101 58' 39.90", Rad 139, dan Dist 48 nm. Adapun lokasi ini merupakan eks lahan yang sebelumnya dikelola RAPP, dan telah dilepas ke TNTN pada 2014 lalu.

Petugas tampak kesulitan memadamkan api yang mulai terlihat sejak pukul 11.00 WIB. Mengingat minimnya sumber air, dan peralatan yang terbatas. Ditambah, lokasi mobil tanki air yang tidak bisa mendekat karena kondisi hutan yang dipenuhi belukar dengan pepohonan yang tinggi.

Sesampai di lokasi, Kapolda Riau Brigjen Pol Supriyanto, yang didampingi Dansat Brimobda Riau, Kombes Pol Pradah Pinunjul dan Kabid Humas AKBP Guntur Aryo Tejo, langsung melakukan langkah-langkah strategis untuk pemadaman api.

"Ini jangan sampai meluas. Jangan sampai dunia ribut. Padamkan segera," perintah Kapolda Riau.

Dikatakan Kapolda, pencegahan dan pemadaman lahan yang terbakar merupakan tanggungjawab semua. Baik pihak kepolisian, pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. "Makanya tadi saya menghubungi pemerintah meminta bantuan, agar ini tidak meluas," ungkap Supriyanto.

Dari Rokan Hilir, Danrem 031/WB Brigjen Nurendi, meninjau kebakaran lahan di Kepenghuluan Sei Segajah Makmur, Kecamatan Kubu. Lokasi ini sudah berulang kali terbakar.

Menurut Danrem, dirinya sengaja mengunjungi kawasan itu, karena kerap dilanda Karhutla.Setelah dirinya datang kelokasi yang sulit dicapai, dua jam menggunakan speed ditambah satu jam lewat jalur darat, ada hamparan yang luas dibakar.

"Pastilah orang itu ingin sekali memanfaatkan lahan yang katanya ini open access, belum ada yang menggarap, tapi terbengkalai," ujarnya.

Kalau semua pihak ingin memiliki, pihaknya menyarankan ke pemerintah pusat, dicari bapak angkat, agar  terkoordinir secara baik dan akhirnya terjaga, tidak ada lagi yang membakar.

"Sekarang coba lihat, udah rusak ini, sudah rusak ekosistem disini, kan harus dibuat lagi, tumbuhan apa yang cocok disini tetapi tidak merusak lingkungan tapi bisa dimanfaatkan masyarakat," katanya.

Menurun Sementara itu kabut asap di Kota Dumai, telah membuat jarak pandang jadi menurun. "Pagi ini (kemarin, red) terpantau jarak pandang di Dumai turun menjadi hanya berkisar lima kilometer, dari biasanya tujuh sampai delapan kilometer," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru Slamet Riyadi.

Pada daerah lain di provinsi ini, lanjutnya, jarak pandang masih tergolong relatif aman dari kabut asap sebagai imbas bahaya karhutla seperti Pekanbaru dengan jarak pandang sembilan kilometer, Rengat enam kilometer, dan Pelalawan 10 kilometer.


Menurutnya, timbul kabut asap di Dumai tak terlepas kondisi lonjakan titik panas di Kabupaten Rokan Hilir dan merupakan wilayah konsentrasi karhutla di Riau, karena mayoritas titik panas serta titik api terdeteksi berada di daerah ini dalam sepekan terakhir.

Mendarat darurat Sementara itu, aktivitas bom air helikopter MI-171 milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sempat ditunda pada Kamis kemarin. Heli tersebut terpaksa mendarat lantaran kemunculan seekor ular di pedal helikopter. Tentunya ini sangat membahayakan bagi pilot dan kru, jika dipaksakan untuk mengudara.

Kejadian langka ini dibenarkan oleh Kadisops Lanud TNI AU Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb Yani Amirullah. "Kita belum tahu sebesar apa ular ini dan apakah berbisa. Ularnya masih kita cari, jadi belum bisa dianalisis," ujarnya.

Terpisah, Kepala BPBD Riau, Edward Sanger menyebutkan, kemungkinan ular ini masuk (naik, red) dari tali atau sling keranjang waterbombing yang biasanya difungsikan untuk menampung air yang digunakan menyiram lahan yang terbakar dari udara. (dod, jon, ant, grc)