Hampir Tiap Hari Sinabung Erupsi

Hampir Tiap Hari Sinabung Erupsi

JAKARTA (riaumandiri.co)-Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda aktivitas vulkanis Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, bakal segera normal kembali. Sejauh ini, aktivitas gunung yang sempat mati itu, masih sangat tinggi. Erupsi juga terjadi hampir setiap hari. Karena itu, statusnya masih tetap Awas.

Hampir
Demikian diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (31/7).

"Sinabung masih tinggi aktivitas vulkaniknya, hampir setiap hari ada erupsi dan guguran," terangnya.

Berdasarkan data seismik daripagi hingga Minggu siang kemarin, telah terjadi 25 kali guguran lava, serta ada indikator lain yang menunjukkan aktivitas vulkanik tinggi. Status Awas pun masih berada pada level IV.

"Hingga saat ini masih tampak asap putih tipis setinggi 150 meter, serta teramati guguran lava pijar sejauh 1.500 meter ke arah Tenggara-Timur, dan 1.000 meter ke arah Selatan-Tenggara," jelasnya lagi.

Mengingat kondisi itu, Sutopo mengimbau masyarakat dan pengunjung tetap mematuhi semua imbauan yang diberikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), terkait aktivitas Gunung Sinabung.

"Meski aktivitas vulkanik masih sering tapi tidak membahayakan selama masyarakat menaati semua rekomendasi PVMBG," tambah Sutopo.


Rusuh di Relokasi
Sementara itu dari Kabupaten Karo, dilaporkan terjadi kerusuhan di
di lokasi relokasi mandiri pengungsi Sinabung, yang menewaskan satu orang warga. Rusuh itu dipicu akibat adanya penolakan warga Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, atas rencana pembangunan rumah bagi korban erupsi Sinabung di lahan dekat desa mereka.

Terkait hal ini, Sutopo menjelaskan, sebenarnya rusuh itu tidak perlu terjadi jika rencana relokasi tidak berubah. Sebenarnya relokasi 1.683 keluarga korban erupsi Gunung Sinabung Tahap II dilakukan di Desa Siosar dengan menggunakan Lahan APL (Areal Pengguna lain). Lahan yang tersedia seluas 250 hektare awalnya cukup untuk menampung korban erupsi, yakni untuk relokasi Tahap I sebanyak 370 KK dan dan Tahap II, 1.683 KK.

Belakangan, lahan di Siosar ternyata tak cukup. Karena selain dibutuhkan untuk areal perumahan, mereka juga harus menyediakan lahan untuk pertanian (livelihood). Untuk keperluan lahan pertanian relokasi tahap I sudah keluar izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) seluas 416 hektare.
“Sehingga untuk tahap I sudah terpenuhi bantuan rumah dan bantuan lahan pertanian,” kata Sutopo dalam pesan tertulisnya, Sabtu, 30 Juli 2016.

Sedangkan untuk relokasi tahap ke II (1683 KK) sesuai usul Bupati Karo ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dibutuhkan lahan untuk pertanian seluas 975 hektare. Namun sampai saat ini, izin pinjam pakai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan belum keluar.

Sehingga pilihan relokasi tahap II yang disepakati adalah relokasi mandiri, di mana masyarakat mencari lahan sendiri di luar daerah merah sesuai rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Namun pada saat pengembang membangun tempat relokasi mandiri tahap II, terjadi penolakan dari masyarakat Desa Lingga. Amukan massa terhadap Polres Tanah Karo tak terbendung saat mereka mendapati pengembang  menggunakan alat berat, membongkar pagar yang mereka bangun.

Saat ini, menurut Sutopo, keadaan sudah terkendali, namun sebanyak 200 personil tetap disiagakan di lokasi.

BNPB sudah menyalurkan dana hibah sebesar 190,6 miliar untuk APBD Kabupaten Karo sejak Desember 2015 untuk penanganan pengungsi. Masing-masing Kepala Keluarga korban erupsi Sinabung mendapat bantuan sebesar Rp110 juta yaitu untuk dana rumah sebesar Rp59,4 juta dan dana untuk usaha pertanian Rp50,6 juta.

Karena dana tersebut masuk ke APBD Karo, maka mekanisme penganggaran dan pelaksanaan sepenuhnya menjadi kewenangan Pemkab Karo, dan BNPB memberikan pendampingan yang diperlukan pemda.

Terpisah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga membenarkan terjadinya kerusuhan itu. "Mereka (warga) memberikan saran agar relokasi pengungsi Gunung Sinabung, yang empat desa tadi, itu ditempatkan di tempat lain," ujarnya.

Tito mengatakan keinginan warga Desa Lingga akan dibicarakan lebih lanjut dengan pemerintah daerah dan pusat untuk mencari solusi relokasi empat desa pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung.
"Diharapkan ada titik temu, ada solusi," ucap Tito.

Tito menilai kerusuhan yang terjadi akibat belum selesainya proses komunikasi dengan berbagai pihak. Sehingga warga Desa Lingga menolak pembangunan relokasi tahap dua itu.

"Mungkin dialognya belum matang di sana. Sehingga ketika ada pengembang yang akan membangun tempat pengungsian disana, warga memasang pagar. Pagar itu menghalangi jalan," ucap Tito.

Kerusuhan terjadi saat program relokasi pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Jumat (29/7. Dalam peristiwa itu, satu orang tewas. (bbs, dtc, temp, kom, ral, sis)