Menristekdikti: Dosen Minimal Bergelar Doktor

Menristekdikti: Dosen Minimal Bergelar Doktor

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menegaskan, perguruan tinggi di Indonesia diharapkan bisa meningkatkan kualitasnya ke depan. Sebab, saat ini Indonesia harus menghadapi persaingan cukup berat di era MEA ini.
"Kualitas perlu ditingkatkan dan itu harus dimulai dari sumber dayanya. Salah satunya dosen minimal bergelar doktor," ujar Nasir saat dialog pendidikan bersama civitas akademik Universitas Riau (Unri) di Gedung Rektorat Unri, Pekanbaru, Riau, Sabtu (23/7).
Untuk mendapatkan gelar ini, Nasir tidak menampik akan ada sejumlah dosen yang mempermasalahkan biayanya. Menurut Nasir, saat ini pihaknya telah menyediakan 2.300 beasiswa dalam maupun luar negeri bagi para dosen. Angka ini cukup besar apalagi Taiwan telah menawarkan 1.000 beasiswa bagi dosen yang berminat.
Menristekdikti
Selain Taiwan, Arab Saudi juga telah memberikan 250 beasiswa di program non agama. Bahkan pada September mendatang akan ada kerja sama termasuk kemungkinan tawaran beasiswa dengan Jeman dan Inggris. Akhir Juli pun, pihaknya akan berkerja sama pula dengan Cina dalam rangka penawaran beasiswa. "Ini peluang luar biasa dan perguruan tinggi swasta juga bisa manfaatkan ini," kata Nasir.
    Beasiswa yang ditawarkan pemerintah dan negara lain cukup besar. Oleh sebab itu, Nasir meminta dosen agar tidak ada alasan lagi untuk tidak melanjutkan kuliah hanya karena masalah biaya. Para dosen hanya perlu menyiapkan diri sebaik mungkin agar bisa mendapatkannya.
    Kalau sudah menjadi doktor, Nasir mendorong mereka untuk berkontribusi dalam meningkatan universitas. Dalam hal ini termasuk mendorong publikasi riset di tingkat internasional.
    Berkaitan publikasi riset, Nasir mengingatkan, para rektor dan dekan untuk menargetkan jumlah publikasi riset doser per jangka waktu tertentu. "Misalnya dosen diwajibkan hasilkan 15 publikasi internasional. Kalau tidak ditarget, nanti berjalan begitu saja. Kalau ini berjalan masif, reputasi perguruan tinggi tentu dapat lebih baik," jelas dia.
    Menristekdikti juga menjelaskan, untuk bisa bersaing secara global, Perguruan Tinggi harus melakukan pengembangan teknologi. Serta melakukan berbagai inovasi, agar Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan memiliki daya saing tinggi.
    Untuk melakukan pengembangan tersebut tentunya tidak tergantung dari mahasiswa, tetapi kualitas dosen harus ditingkatkan. Agar SDM bisa ikut bersaing di era MEA saat ini.

Kesempatan ke Inggris
    Ditempat terpisah, Organisasi internasional asal Inggris yang bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan British Council melepas 300 mahasiswa asal Indonesia untuk belajar di Inggris. Semua mahasiswa tersebut mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke negara kerajaan tersebut.
    Sebelum berangkat, 300 mahasiswa tersebut menghadiri sesi pengarahan yang dilakukan oleh British Council. Duta besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengaku senang dengan banyaknya mahasiswa asal Indonesia yang pergi untuk mencari ilmu di Inggris.
    "Saya senang melihat begitu banyak mahasiswa Indonesia yang pergi ke Inggris untuk menerima pendidikan, tentunya bakal hadir pemimpin baru yang akan memimpin masa depan," kata Moazzam di Jakarta, Sabtu 23 Juli 2016.
    Ia menjelaskan, siswa yang terpilih ini nantinya akan belajar di beberapa universitas dengan berbagai jurusan teknik, bisnis, dan pelayanan publik yang ada di Inggris dengan mendapatkan pengalaman yang berharga.
    "Mereka akan datang kembali dari Inggris ke Indonesia dengan bekal dan pengalaman yang didapatkan di sana. Mereka akan membantu Indonesia mendapatkan potensinya di abad ke-21," ujar dia.
    Sementara itu, Paul Smith, direktur British Council Indonesia berharap, sesi pengarahan pra-keberangkatan memberikan manfaat bagi calon mahasiswa. "Saya berharap, pre-departure briefing ini memberikan manfaat dan pengetahuan bagi calon mahasiswa untuk lebih siap belajar di Inggris," katanya.(nie/ant/vvc)