6 Ton Garam Sudah Disemai

Titik Panas Masih Saja Muncul

Titik Panas Masih Saja Muncul

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Hingga saat ini, sejumlah titik panas yang diduga akibat kebakaran hutan dan lahan, masih saja terpantau di Bumi Lancang Kuning. Beberapa di antaranya diyakini sebagai titik api.


Sementara itu, proses teknologi modifikasi teknologi cuaca (MTS) masih terus dilakukan. Sejauh ini, sudah enam ton garam yang disemai di udara Riau. Diharapkan, dengan proses itu dapat memicu turunnya hujan.


Titik
Terkait titik panas tersebut, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin, menuturkan, hingga pukul 16.00 WIB pada Senin (18/7) kemarin, titik panas yang terpantau mencapai 11 titik, yang tersebar enam kabupaten di Riau.

Keenam kabupaten tersebut, yakni Kabupaten Kampar dan Pelalawan masing-masing tiga titik panas. Di wilayah Kampar, titik panas terpantau di Kecamatan Kampar Kiri sebanyak dua titik dan satu di Bangkinang. Sementara di Pelalawan, titik panas tersebar di Ukui dan Pelalawan.
     
Selanjutnya, lima titik panas sebagai indikasi Karhutla dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen, terpantau berada di Kuantan Singingi sebanyak dua titik serta di Siak, Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu masing-masing satu titik.



     
Lebih lanjut, Sugarin mengatakan, pada Senin sore kemarin, sejumlah daerah akan diguyur hujan dengan intensitas ringan. Hujan tersebut diperkirakan akan disertai dengan petir dan angin kencang.



Beberapa wilayah yang diprediksi diguyur hujan tersebut adalah Rokan Hulu, Kepulauan Meranti, Bengkalis, Kampar, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Kuansing, Pelalawan dan Siak.
     
"Hujan diprediksi berlangsung hingga pukul 19.45 WIB dapat meluas ke wilayah Kota Pekanbaru," sebutnya.

6 Ton
Sementara itu, Satuan Tugas Karhutla Riau terus berupaya agar titik panas yang ada tidak meluas, yang dapat menimbulkan kabut asap. Upaya pencegahan dilakukan dengan cara menjaga lahan gambut tetap dingin.

Selain dengan upaya pengeboman air atau water bombing, juga dilakukan dengan cara pembuatan hujan buatan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC), yang bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Dikatakan anggota Satgas Udara Karhutla Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Lettu Sherif Yanuardi, penyemaian garam yang dilaksanakan Senin (18/7), dilakukan dengan menghabiskan satu ton garam. Garam tersebut disebar di beberapa wilayah yakni Bengkalis, Siak, dan Pelalawan.

"Hari ini (kemarin,red) dilakukan satu kali penerbangan menggunakan pesawat Cassa bantuan BNPB untuk satu ton garam bahan semai," terang Sheriff, Senin sore.

Pembuatan hujan buatan melalui TMC di Riau telah berlangsung sejak Jumat (15/7) lalu. Sampai Senin kemarin, total garam yang telah disemai mencapai enam ton. Seluruhnya digunakan sebagai bahan pembuatan hujan buatan.

Upaya ini termasuk upaya pencegahan yang berkolaborasi dengan pemadaman titik api dari tim udara, dan tim darat. Pemadaman udara dilakukan dengan menyiagakan dua helikopter BNPB, dan dua unit pesawat Air Tractor.

Terpisah, Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, mengatakan, TMC ini perlu dibuat untuk membuat hujan yang bisa menyirami lahan-lahan gambut yang ada di wilayah Riau. Sejauh ini proses TMC sudah jalan dan mulai menghasilkan hujan.

"Sudah beberapa kali dilakukan TMC, Satgas sudah menyiapkan NaCL untuk penyemaian garam. Saat ini cadangan garam yang dimiliki 35.000 kilo," terangnya.


Dengan seringnya terjadi hujan baik melalui TMC maupun hujan alami, diharapkan karhutla dapat diatasi, dan tidak ada lagi kebakaran hutan dan lahan. Selain itu proses pemadaman dengan menggunakan water bombing tetap dilakukan, begitu juga Satgas darat, sampai karhutla benar-benar habis. (dod, nur)