EKONOMI LESU

Banyak Usaha Masyarakat Gulung Tikar

Banyak Usaha Masyarakat Gulung Tikar

SELATPANJANG (riaumandiri.co)-Kelesuan ekonomi dunia yang terjadi akhir-akhir ini, berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tidak terkecuali di Selatpanjang, banyak jenis usaha terpaksa tutup karena bangkrut. Perputaran uang tidak sesuai dengan diharapkan.

Seperti salah satu usaha restoran dan rumah makan kelas menengah ke atas yang dibangun di pusat Kota Selatpanjang, belum lama setelah diresmikan harus tutup karena kelesuan ekonomi.

Tidak hanya restoran dan rumah makan tersebut layu sebelum berkembang, tapi juga usaha lainnya yang bahkan tidak mampu hanya untuk sekadar bertahan hidup.

Hampir di semua sektor ekonomi di tengah masyarakat mengalami kelesuan. Sebagaimana yang terjadi sejak jelang akhir tahun 2015 lalu, hingga saat ini umumnya pedagang hanya membuka usahanya sepanjang hari, tapi pembelinya sangat jarang.

"Entahlah, kenapa ekonomi belakangan ini menjadi sangat lesu. Semua pedagang mengeluh, tidak ada pembeli. Tampaknya masyarakat umum hanya membelanjakan kebutuhan keluarga untuk kebutuhan harian saja. Seperti perabotan dan fasilitas rumah lainnya untuk saat ini ditunda dulu," aku Mery, warga Kota Selatpanjang, kepada Haluan Riau kemarin.

Ibu ini mengungkapkan, para penjual pakaian bekas di Pasar Sandang Pangan, justru yang paling merasakan dampaknya saat ini. Biasanya para ibu-ibu sepulang belanja sembako singgah dulu ke pasar loak untuk membeli satu atau  dua potong pakaian bekas yang memang masih berkualitas itu.

Tapi akhir-akhir ini seiring dengan resesi ekonomi yang dialami negara, hingga berimbas pada penerimaan pemerintah kabupaten kita, berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat," kata Mery.

Minar, seorang ibu rumah tangga yang berjualan pakaian bekas di Pasar Sandang Pangan mengaku kadang berhari-hari mereka jualan tanpa ada jual beli."Jangankan barang dagangan mereka laku, bahkan manusiapun tidak ada yang lewat gang ini lagi. Jadi kami hanya bisa berpandang-pandangan antara lapak yang satu dengan lapak lainnya. Mulai pagi dagangan dibuka, hingga sore hari dikumpulkan kembali tanpa ada pelaris,"aku ibu paruh baya ini resah.

Sementara kebutuhan hidup tidak bisa ditunda-tunda. Perut harus diisi, listrik harus dibayar dan dan anak-anak harus sekolah. Kemanalah kami mengadu persoalan ini,”tanya ibu ini penasaran. Ibu ini hanya berharap kuasa Tuhan yang dapat merubah keadaan menjadi lebih baik.

Selain itu juga terbesit harapannya agar pemerintah mampu membuka lapangan kerja. Sehingga baik ibu rumah tangga tentu akan bisa menjadi karyawan untuk menghidupi rumah tangga kelak.(jos)