Jalan Kaki 8 Km Untuk Mengenyam Pendidikan

Arus Sungai Membahayakan Keselamatan 32 Pelajar

Arus Sungai Membahayakan Keselamatan 32 Pelajar

Perjuangan 32 Pelajar SDN 05 Muara Bungkal, Kecamatan Sungai Mandau cukup berat. Setiap hari mereka harus berjalan kaki sejauh 8 Km dan menyeberangi sungai menggunakan sampan, bergantian mendayung sampan, sementara laju arus sungai selalu mengancam keselamatan mereka.

Pengalaman ini diceritakan Wahyu, Wahyu Arianto, Wahyu Ramadhan dan Hadad saat berjalan kaki pulang dari sekolah, Senin (2/5). Sembari menyisiri jalan semenisasi selebar 2 meter melintasi perkebunan karet dan pemukiman masyarakat ke empatnya bercerita pada Haluan Riau, setiap hari mereka menempuh jalan semenisasi sepanjang 3 Km menyisiri dusun 1 dan dusun 2 Kampung Muara Bungkal, setelah menyeberang sungai, mereka kembali harus jalan kaki sepanjang 5 Km baru sampai ke rumah.

Meski sampan yang tersedia kecil, namun tidak menyurutkan nyali mereka untuk ramai-ramai menyeberang, terlihat jarak air dengan atas dinding sampan hanya hitungan centimeter, namun anak-anak itu terlihat santai mendayungnya hinga ke seberang.

"Jauh jalan kaki di seberang sini, lebih jauh kami jalan di sebrang sana om, 2 kali lipat dari sini. Setiap hari kami berangkat jam 6, sampai sekolah jam 7 lewat," kata Wahyu sembari berjalan.

Mereka dihukum oleh alam, jika pagi hari hujan, terpaksa mengurungkan niat untuk ke sekolah. Karena tidak mungkin hujan-hujanan berjalan kaki ke sekolah.

"Kalau hujannya pagi, kita terpaksa tidak sekolah," katanya.

Namun demikian mereka tetap semangat, bukan hanya mengikuti pelajaran reguler, kegiatan ekstra kulikuler juga diikuti, seperti halnya Pramuka.

"Kalau jadwal Pramuka, kami bawa bekal dari rumah, pulangnya petang. Seminggu satu kali bawa bekal," ujar Wahyu.
Sebagian besar anak-anak itu tinggal di perumahan komplek 88 dusun 3 Kampung Muara Bungkal, keluarga mereka diungsikan dari lokasi yang rawan banjir oleh pemerintah Kabupaten Siak tahun lalu. Inilah sisi keberuntungan yang mereka dapatkan dibanding bertahan di dusun I Muara Bungkal yang setiap tahun terendam banjir.

"Kami tinggal di Komplek 88, memang sekolah jauh jalan kaki, namun kalau malam di rumah sudah terang, ada lampu tenaga surya di rumah kami," kata Wahyu menjelaskan kondisi menyenangkan di perumahan bantuan Pemkab Siak itu.

Kepala Sekolah SDN 05 Muara Bungkal Zulkarnain menyampaikan, jumlah siswa dari dusun 3 sebanyak 32 orang, sisanya pelajar dari dusun 1 dan 2 yang satu daratan dengan bangunan sekolah.

"Jumlah siswa kami 104, yang tinggal di dusun 3 sebanyak 32 Pelajar atau 30 persen dari total murid kami," terang Zulkarnain.

Cemas
Ia mengaku, cemas akan keselamatan pelajar saat menyebrang dengan sampan, selain sampannya kecil, arus sungai cukup deras, apalagi kalau sudah memasuki bulan Desember.

"Yang kita khawatirkan waktu musim pasang besar, arusnya deras. Kami berharap ada bantuan sarana transportasi untuk anak-anak, baik itu pompong atau speedboad," ujar Zulkarnain.

Zulkarnain mengaku, tidak keberatan jika dibuat kelas jauh di dusun 3 untuk memfasilitasi anak-anak agar tidak perlu menyeberang, jumlah SDM yang ada cukup memadai untuk membuat kelas jauh.

 "Memang saat ini jumlah siswa dari seberang baru 32, namun kalau 3 atau 4 tahun lagi kemungkinan akan banyak, melihat pertumbuhan penduduk dan anak masa usia dini di sana cukup banyak," terang Zulkarnain.

Usulkan Jembatan Gantung
Senada disampaikan Penghulu Kampung Muara Bungkal Asril Amran. Dia menghawatirkan selamatan anak-anak saat menyeberangi Sungai Mandau, meski sungai itu tidak begitu lebar, namun kedalamannya mencapai 40 meter dan arusnya deras. "Tahun lalu pas Idul Fitri ada orang tua sampanya terbalik karena diterjang arus. Beruntung ada yang napak dan cepat terjun ke sungai menolongnya. Ini anak-anak sering tidak terpantau, kebanyakan mereka tidak pandai berenang," kata Asril Amran.

Menurut Asril Amran, jembatan penyebErangan anak-anak itu lokasinya di lokasi rawan banjir, saat musim pasang arusnya sangat deras.     "Sekarang kondisi air normal kita khawatir, apalagi waktu musim pasang besar," imbuh Asril Amran.

Penghulu dua periode di kampung langganan banjir ini mengaku sudah mengusulkan jembatan gantung agar siswa terhindar dari ancaman arus sungai.

 "Kami berharap pemerintah bisa membuat jembatan gantung, selain untuk jalan anak sekolah, banyak masyarakat yang tinggal di komplek 88 kebun karetnya di dusun 1 dan 2, mereka juga membutuhkan jembatan gantung. Sebaliknya masyarakat dusun 1 dan 2 sawahnya di dusun 3, mereka menggunakan sampan pergi ke sawah,kalau ada jembatan tentu terbantu," kata Asril Amran.***