Riau Autism Awareness Day 2016

PRO ABK Riau Gelar Walk For Autism

PRO ABK Riau Gelar Walk For Autism

PEKANBARU (HR)-Sejak ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2007 silam 2 April sebagai Hari Kepedulian Autisme sedunia, beberapa negara memperingatinya secara berkala. Tujuannya tak semata melindungi hak dasar mereka, lebih jauh  penyandang autis semestinya juga bisa berkontribusi positif pada lingkungan sosialnya. Sayangnya, keberadaan anak dengan gangguan mental ini di tengah masyarakat kerap dipandang sebelah mata.Mereka kerap terabai ulah dinilai tak bakal memberi sumbangsih pada kehidupan. Sementara penelitian membuktikan,
penanganan kontinyu dan tepat, membuat kemampuan mereka yang sulit bersosialisasi dan berkomunikasi tersebut, justru melampaui manusia normal.


Tengok saja banyak tokoh dunia dengan karya dan teori luar biasa, meski mereka memiliki riwayat autis. Albert Einstein, Thomas Alva Edison, dan Isaac Newton, Michelangelo hingga Mozart, hanyalah sekian dari sederet tokoh dunia yang berbalut autis dalam hidup.  Di beberapa kota di tanah air, juga memperingatinya dalam kemasan acara beraneka. Dan, di Pekanbaru peringatan salah satu gangguan pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tersebut, bakal bergulir hari ini, Minggu (17/4) di kawasan Car Free, Jalan Diponegoro Pekanbaru, yang diprakarsai oleh Perkumpulan Organisasi Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (PRO ABK), Provinsi Riau.


Terkait hal itu, Ketua PRO ABK Provinsi Riau Rovanita Rama, mengatakan peringatan Hari Autis tahun ini dikemas dalam "Riau Autism Awareness Day 2016"   berisikan beragam agenda. Diharapkan tak sebatas mempererat persatuan lembaga terapi, sekolah khusus dan inklusi, organisasi profesi dan organisasi  terkait dalam peningkatan pelayanan anak berkebutuhan khusus di  Provinsi Riau, namun
lebih utama mensosialisasikan prihal ABK kepada khalayak luas, seperti autis, down sindrome, disabilitas serta gangguan tumbuh kembang lainnya.  

"Memperingati Hari Autis tahun ini, PRO ABK mengadakan beberapa kegiatan. Diantaranya,donasi dalam bentuk pengadaan kaos bertema  autis yang pendanaannya dihimpun secara swadaya, dimana hasil dari penjualannya disalurkan bagi anak autis. Kemudian ada walk for autism atau jalan bersama anak autis di car free day, pameran hasil karya anak autis, seperti seni lukis. Lalu ada pertunjukan seni yang menampilkan permainan alat musik dan menyanyi para anak autis," papar   perempuan enerjik yang juga pendiri klinik terapi dan Sekolah Anak Mandiri bagi
para ABK ini.


Menggarap iven dengan suguhan utama para ABK jelas bukan hal biasa. Hal tak diinginkan potensi terjadi barangkali cukup tinggi. Guna mengantisipasinya Rovanita membagi tim PRO ABK per divisi. "Guna memudahkan dalam pembagian job desk masing-masing, maka dibuatlah beberapa divisi dalam organisasi ini.Diantaranya,divisi sekolah khsusus dan inklusi, divisi lembaga terapi, divisi guru, divisi organisasi terapi wicara, organisasi fisoterapis, divisi psikologi, divisi organisasi terapis okupasi, divisi orangtua, divisi pemerhati dan divisi relawan. Semua divisi saling berintegrasi. Tujuannya agar memudahkan PRO ABK dalam melakukan pekerjaan, khususnya saat menggalang kegiatan pada momen-momen tertentu," urainya, sembari menambahkan, PRO ABK juga membuka kesempatan kepada masyarakat  dari berbagai profesi untuk bergabung menjadi relawan.
 

Layaknya organisasi, persoalan dana meski digalang secara swadaya, namun dalam mempertanggungjawabkan kepada publik, PRO ABK kiranya tak hendak tanggung-tanggung. Mereka pun menggandeng salah satu konsultan akuntan publik. "Dana yang terkumpul diperuntukkan, pertama kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), kemudian untuk jalannya organisasi, peningkatan skill sumber daya manusia organisasi,juga untuk edukasi masyarakat. Artinya dari, oleh, dan untuk masyarakat. Laporan keuangan kita dikelola secara transparan dan kita memakai jasa akuntan publik," tegas perempuan yang juga berkecimpung di dunia akademisi tersebut.


Kepala Sekolah Pekanbaru Lab School(PLS) Widi, salah satu panitia, menambahkan, peringatan Hari Autis, di samping meningkatkan kepedulian masyarakat kepada para ABK, hal tak kalah penting, menunjukkan segenap kreativitas dan potensi ABK kepada lingkugan dan masyarakat. Widi hendak menegaskan, gangguan, keterbelakangan yang mendera ABK, bukan halangan untuk  merajut masa depan. Ini bakal dibuktikan unjuk kebolehan ABK pada iven nanti. "Pada pertunjukan seni, akan ada performance dari  dari beberapa sekolah ABK dan tempat terapi se-Pekanbaru. Mereka akan ada yang menari, baik tari tradisional maupu tari modern. Kemudian ada perkusi, menyanyi diiringi Riau  Musik Exibition (Rimex). "Selain itu, juga ada kegiatan senam massal, seperti  senam penguin, senam zumba, pembagian door prize dan beasiswa secara simbolis," paparnya.

Josepta Sebayang, pengelola sekolah ABK di Kota Bertuah, yang juga menjadi bagian dalam hajatan tersebut, memandang Hari Autis tak akan sebatas interaksi ABK dengan lingkungan lebih luas, namun juga sebagai upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada mereka yang mengalami berbagai gangguan mental.  

Harapan serupa dipungkasi Rovanita, bahwasanya autis dan  bentuk disabilitas lainnya merupakan bagian dari pengalaman manusia yang  dapat berkontribusi pada keberagaman dunia. "Untuk itu, setiap tahunnya World Autism Awareness Day memiliki agenda untuk menjadikan disabilitas sebagai hal yang dapat diterima dan menjadi bagian yang penting dalam kehidupan bermasyarakat," tuturnya. (aag)