Kerja Sama Guru Tingkatkan Profesionalisme

Kerja Sama Guru  Tingkatkan Profesionalisme

 

Oleh Suhendri Yamaha Putra

 


Seperti kesebelasan bola kaki, seorang pemain dengan keterampilan bagus, namun dia bermain secara individual, akan sukar menjaringkan bola ke gawang lawan. Sebaliknya pemain bola kaki dengan keterampilan keterampilan individu  sedang, memiliki tujuan yang jelas untuk mencapai gol, maka mereka akan  mudah memenangkan pertandingan.
Guru yang membelajarkan peserta didik dengan kemampuan yang bagus, tanpa bekerja sama dengan guru-guru atau komponen lain yang saling terkait, maka tujuan pembelajaran sukar untuk dicapai  Sebaliknya, guru dengan kemampuan sedang dan bekerja sama dengan guru guru lain, mau memperbaiki kesalahan, mau belajar dari kekurangan maka tujuan pembelajaran akan mudah dicapai.
Sekolah merupakan suatu sistem, di dalamnya terdapat kepala sekolah, dan para guru yang mempunyai pengaruh dan memiliki peran penting, juga merupakan kunci pokok keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan. Dan sub bagian dan komponen yang saling mendukung antaralain  pegawai tata usaha, peserta didik, pemerintah, orang tua dan masyarakat yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional.
Kerja sama dalam kebersamaan dan saling menjaga kekompakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mutlak dilakukan oleh guru. Karena setiap saat ilmu itu berkembang dengan pesatnya, jika terlambat pasti sulit untuk mengejar dan sukar bangkit kembali. Jadi setiap guru hendaknya  senantiasa menjalin komunikasi dan memiliki wadah/ forum diskusi antarsesama guru, bisa juga lintas sekolah, terutama guru yang memiliki mata pelajaran sejenis atau sesama guru kelas dan sebaiknya permanen bukan musiman.
Banyak manfaat dari kerja sama ini terutama dalam hal bertukar pikiran, membuat perangkat dan perencanaan pengajaran, memunculkan ide-ide cemerlang dan saling berbagi antara guru senior dengan junior, antara yang sudah punya pengalaman dengan yang belum, saling mengisi  kegiatan sosial, mengadakan seminar, mendatangkan pakar pendidikan untuk menambah ilmu dan meningkatkan motivasi guru.
Kegiatan ini bukan mencari-cari kelemahan teman, setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan, sebagai imbasnya nanti adalah meningkatnya motivasi  peserta didik, meningkatnya kepercayaan diri peserta didik, meningkatnya kepercayaan orang tua dan masyarakat terhadap sekolah. Salah satu  masalah  yang sering kita jumpai  pada sebagian besar peserta didik saat ini adalah budaya nyontek ketika ujian, artinya kurangnya kepercayaan diri mereka pada diri sendiri ketika ujian, apalagi jika ujian nasional tiba, masih banyak para peserta didik yang percaya pada kunci jawaban yang beredar.
Contoh di atas merupakan salah satu masalah yang perlu solusi. Komunitas guru secara berkolaborasi punya peran strategisi untuk mencari jalan keluar dan terobosan guna perbaikan pengajaran untuk mengatasi  persoalan tadi. Usaha yang dilakukan secara rutinitas, disertai dengan niat yang ikhlas dan sungguh sungguh dari peserta,  suatu saat pasti akan terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
Kegiatan ini bisa didanai dengan swadana masing masing guru dengan membuat suatu kesepakatan, kegiatan bisa dilaksanakan seminggu sekali, tidak akan dilanggar oleh masing masing peserta. Untuk menentukan, kapan, tempat serta agenda pertemuan perlu  disepakati bersama sehingga setiap pertemuan akan  diperoleh ilmu baru.
Guru itu adalah pelayan, jika pelayan tadi mampu melayani pelanggan dengan sebaik dan sepenuh hati, maka  kepercayaan terhadap pelayan itu tentu juga tinggi, jika pelayan dalam menjalankan tugasnya hanya biasa biasa saja, maka kepercayaan terhadap pelayan itu juga biasa biasa saja.  Seperti yang terjadi saat ini, seharusnya yang membuat buku pegangan, buku LKS, bahan ajar, RPP yang dipakai di kelas adalah hasil ciptaan guru yang bersangkutan agar guru tersebut mengetahui dengan jelas urutan materi pelajaran yang prioritas sesuai dengan situasi dan  kondisi peserta didik. Jika yang membuat buku guru yang bersangkutan pasti dengan mudah isi buku bisa dipahami, dibandingkan orang lain yang membuat dan mencetak buku itu, tentu kita belajar dulu  memahami  buku itu.
Jika kita guru sudah bisa  membuat buku, tentu pihak luar tidak bisa memasukkan bukunya lagi. Dengan kerja sama, tidak ada suatu pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan, perlu satu niat, satu tujuan dan satu kesepakatan yang harus dijunjung tinggi dari masing masing anggota. Apabila kita bisa mengatasi kelemahan rekan sendiri merupakan sesuatu hal yang tinggi nilainya baik di dunia maupun di akhirat nanti. Kelebihan itu untuk dibagi bagi sedangkan kekurangan dan kelemahan itu untuk diperbaiki.
Banyak wadah resmi  atau tempat guru melakukan musyawarah  seperti MGMP (musyawarah guru mata pelajaran), PKG (Pelatihan Kerja Guru) IGS (Ikatan Guru Sejenis) agendanya, membuat perencanaan pengajaran, peer teaching, melaksanakan on servis, membuat perangkat pengajaran. Namun kegiatan tersebut setiap tahun hanya 10 x pertemuan, kemudian bubar.
Yang sering terjadi selama ini adalah, ketika seorang guru sedang melaksanakan pelatihan, MGMP, workshop, setiap peserta guru  pada umumnya melaksanakan proses belajar di kelas sesuai dengan ilmu yang diperoleh ketika pelatihan itu, seperti menggunakan alat bantu, menggunakan fasilitas laboratorium, melengkapi bahan ajar, RPP, silabus, LKS. Demonstrasi, kuis, memberikan hadiah/penghargaan dan menggunakan alat, bantu  lainnya, namun dengan berakhirnya kegiatan, kecendrungan guru mengajar kembali seperti semula.
Bentuk aslinya mengajar tidak lagi menggunakan alat bantu dan lebih banyak ceramah, dan terkesan monoton, sehingga menyebabkan peserta didik kurang tertarik. Kenapa hal ini bisa terjadi?  Jawabnya adalah karena pelatihan tadi tidak berkelanjutan, tidak rutinitas, guru belum membiasakan diri setiap mengajar di kelas menggunakan alat bantu, guru belum membiasakan diri setiap mengajar menggunakan laboratorim, padahal setiap aksi guru di depan kelas perlu dievaluasi, begitu seterusnya. ***