HIPMAWAN Galang Aksi

Tuntut Pengaspalan Jalan

Tuntut Pengaspalan Jalan

PANGKALAN KURAS (riaumandiri.co)-Akses jalan tiga desa dan kelurahan di Kecamatan Pangkalan Kuras, yakni Desa Batang Kulim, Betung, Kesuma dan Kelurahan Sorek Satu, hingga kini belum terjamah pengaspalan.

Padahal, akses jalan dari Simpang Beringin hingga desa Betung sepanjang 18 kilometer ini amat vital dan saban waktu dilewati oleh masyarakat ketika menuju ibukota kecamatan, Sorek Satu. Namun, sejak berpuluh-puluh tahun akses ini tak pernah tersentuh oleh program pengaspalan jalan.

Akses jalan ini, juga dilalui oleh perusahaan Hutan Tanaman Industri milik PT Arara Abadi. Dalam waktu dekat ini, dimotori oleh Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Pelalawan Pekanbaru akan menggalang aksi solidaritas terhadap masyarakat tiga desa mendesak PT Arara Abadi agar sharing budget dengan Pemdakab Pelalawan menuntaskan pengaspalan ruas jalan vital tersebut.

Abdul Wadut, Ketua HIPMAWAN Pekanbaru, didampingi Andi Sulaiman, Wakil Ketua HIPMAWAN, Senin (15/2) menegaskan, akses vital dengan kondis berdebu tebal sudah menjadi santapan sehari-hari oleh masyarakat setempat. Selain itu, di desa Betung sebagai pusat Budaya Petalangan, menjadi ikon bagi Kabupaten Pelalawan dan Pangkalan Kuras, namun akses jalan yang tak pernah dibenahi ole Pemkab dan sejumlah perusahaan besar ini, membuat Pusat Budaya Petalangan ini perlahan mulai dilupakan.

"Akses yang dilewati oleh masyarakat tiga desa ini sudah pernah ada berpuluh-puluh tahun silam, yang masih belum diaspal sekitar 13 kilometer. Selain itu, pusat budaya di Betung, namun tak didukung oleh akses yang maksimal, akibatnya secara perlahan pusat adat dan tradisi Petalangan ini mulai terlupakan. Sebab itu, kita akan galang aksi solidaritas bersama masyarakat tiga desa ini mendesak perusahaan Arara Abadi dan Pemkab agar melakukan pengaspalan ruas jalan tersebut," ungkap Abdul Wadut, mahasiswa asal Bandar Petalangan ini.

Akses vital ini, sambung mahasiswa Universitas Riau fakultas Ekonomi Manajemen ini, sama sekali tidak ada wujud kepedulian pihak Arara Abadi. Bukti nyata di lapangan, sejumlah jembatan yang berada di akses tersebut, belum ada yang permanen alias hanya terbuat dari kayu gelondongan. Bahkan, tak jarang dengan akses yang seadanya tersebut, menimbulkan celaka bagi masyarakat pengguna jalan.

"Kita merasa prihatin dengan akses vital ini sama sekali tak ada niat baik dan Pemkab Pelalawan untuk melakukan pembenahan. Kita berharap, Arara Abadi dan Pemkab bisa sharing dana untuk memuluskan akses vital masyarakat ini," pungkas Wadut.

Aksi solidaritas yang akan dilakukan HIPMAWAN, secara serentak mahasiswa bereaksi di jalan sembari jalan kaki dan menemui pemuka masyarakat di tiga desa untuk membubuhkan tandantangan sebagai bentuk dukungan solidaritas agar perusahaan dan Pemkab segera melakukan pembenahan akses vital.

Manajemen Arara Abadi, mulai dari Musherizal Yatim, Jailun dan Undang, dikonfirmasi terkait wacana perusahaan sharing budget dengan Pemkab Pelalawan untuk pengaspalan ruas jalan, mengaku belum mengetahui secara rinci. Kendati demikian, manajemen akan berupaya mengumpulkan informasi dari segenap manajemen.

"Saya belum mengetahui secara persis, karena kebetulan bukan saya yang menanganinya secara langsung. Namun, memang saya pernah mendengar wacana sharing budget tersebut. Nantilah akan kami bicarakan lebih lanjut," ungkap manajemen Undang, bagian Commonitiy Development (CD) PT Arara Abadi. (zol)