Kampar Kiri Hilir Terancam Krisis Pangan

Pangkalan Kerinci-Langgam Terputus

Pangkalan Kerinci-Langgam Terputus

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Banjir terus meluas di Kabupaten Pelalawan. Saat ini, banjir juga membuat transportasi dari Pangkalan Kerinci menuju Langgam terputus.

Hal itu setelah permukaan air Sungai Kampar terus naik dan akhirnya merendam sejumlah titik di ruas jalan koridor yang dibangun PT RAPP.
Kondisi itu diungkapkan Occupational Health dan Safety (OHS) Manager RAPP, Divisi Riaufiber, Rahmat Imam Santosa, saat sosialisasi bersama jajaran Polres Pelalawan, Senin (15/2).

Dikatakan, genangan air mulai terjadi di jalan koridor tersebut sejak Senin dini hari kemarin. Bagi pengguna kendaraan kecil dan sepeda motor, diimbau tidak melewati jalan koridor tersebut,

Pangkalan
 mengingat banjir sudah semakin tinggi dan membahayakan.
"Untuk kendaraan kecil sudah sangat berbahaya sekali untuk melewati jalan koridor ini. Karena di beberapa titik airnya cukup dalam dan deras," katanya.

Sejauh ini, ada sejumlah titik yang harus diwaspadai para pengguna jalan di sepanjang jalan koridor. Pasalnya, ada titik yang genangan airnya cukup dalam. Seperti di Km 22, 19, 18, 17 dan Km 14.

"Dengan kondisi ini, jalan koridor untuk sementara ditutup bagi kendaraan kecil dan sepeda motor," terangnya.

Sementara itu, Katimpos Lantas Kecamatan Langgam, Aiptu F Purba mengimbau warga yang melintas untuk berhati-hati mengingat kondisi jalan yang tergenang banjir mulai membahayakan pengendara.

“Kita melihat kondisi air semakin meninggi, jika terus seperti ini jangan dilewati dulu, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Sejauh ini sudah banyak kendaraan yang mogok karena nekat menerobos banjir, khususnya sepeda motor," terangnya.

Krisis Pangan
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar, Santoso, mengatakan, banjir membuat empat desa di Kampar Kiri Hilir terancam krisis pangan. Keempat desa itu adalah Lubuk Bigau, Tanjung Permai, Pangkalan Kuras dan Kebun Tinggi.

"Jalan menuju empat desa itu sulit ditempuh. Warga juga kesulitan menjual karet mereka. Penduduk di empat desa itu ada sekitar tiga ribu warga," ujarnya.

Selain kesulitan menyalurkan bantuan, Santoso juga mengakui stok logistik untuk korban banjir juga mulai menipis. Namun Pemkab Kampar terus berupaya agar penyaluran bantuan berjalan dengan lancar.

Sebelumnya, Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger mengungkapkan, jumlah korban banjir Riau dan rumah yang tenggelam, sejauh ini terus bertambah. Pihaknya mencatat ada sekitar 150 ribu warga terpaksa dievakuasi. Selain itu, sebanyak 35.678 rumah di Kabupaten Kampar, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi telah terendam banjir.

Angka ini bertambah dari satu hari sebelumnya yang hanya 26.614 rumah dan 130.000 korban. "Banjir meluas karena curah hujan masih tinggi di wilayah hulu sungai atau di bagian Sumatra Barat," ujarnya.

Pemprov Riau telah menetapkan status Siaga Darurat Bencana Banjir untuk meminta bantuan pemerintah pusat, mengingat bantuan logistik untuk korban banjir mulai menipis.

Terpisah, Kepala BPBD Rohul, Aceng Herdiana mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat, untuk menangani sejumlah permasalahan yang muncul akibat banjir di Rohul.

Di antaranya terkait pembangunan kembail jembatan yang putus, hingga penanganan warga korban banjir. "Kita akan upayakan bangun kembali. Kita akan lihat, apakah nanti bisa bisa dibangun permanen dengan dana dari pusat, atau dari tanggap darurat,” ujarnya.

“Artinya, jembatan itu nantinya diharapkan ada bantuan kementrian bisa dibangun permenan. Sehingga akses jalan masyarakat bisa normal kembali," tambahnya. (pen, bbs, grc, rot)