Warga Rohul Bangun Jembatan Darurat

Banjir di Inhu Tewaskan 1 Warga

Banjir di Inhu Tewaskan 1 Warga

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Hingga Minggu (14/2), banjir yang menerjang sejumlah daerah di Bumi Lancang Kuning, terus meluas. Khususnya di dua kabupaten, Indragiri Hulu dan Pelalawan. Sedangkan di Kampar, banjir sebelum sepenuhnya surut.

Sedangkan di Rokan Hulu, warga di Kecamatan Kunto Darussalam membangun jembatan darurat, setelah tiga jembatan di kecamatan itu putus akibat dihantam banjir. Meski sederhana,

Banjir
namun jembatan darurat itu sangat besar fungsinya, khususnya untuk transportasi sembako kepada warga yang sebelumnya terisolir.
Untuk Kabupaten Indragiri Hulu, yang menerima limpahan banjir dari meluapnya Sungai Kuantan atau Indragiri, banjir telah memakan satu korban jiwa. Sebelumnya, banjir di Kampar terlebih dahulu memakan dua korban jiwa.

Dalam laporannya ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Minggu kemarin, Kepala BPBD Inhu, Arifwan, menyebutkan permukaan Sungai Indragiri terus meningkat. Banjir juga telah menimbulkan satu korban jiwa, yakni Abdul Kadir (65) warga Desa Semelinang Tebing, Kecamatan Peranap.

Ia diketahui menghilang saat buang hajat ke sungai, pada Sabtu malam kemarin sekitar pukul 23.30 WIB. "Korban terjatuh ke sungai. Sampai saat ini masih dilakukan pencarian. Kami sudah berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk membantu," jelas Arifwan.

Ditambahkannya, saat ini ada beberapa kecamatan yang mulai dirambah banjir. Setelah Kecamatan Peranap, Batang Peranap, Rakit Kulim dan Kelayang, air terus berpindah ke kecamatan lain seperti Sungai Lala, Pasir Penyu, Rengat dan Kuala Cenaku. Sedangkan ketinggian air bervariasi, mulai dari 15 centimeter hingga setinggi dada orang dewasa.


"Halaman rumah warga sudah banyak yang digenangi air. Namun hingga sekarang belum ada yang memutuskan untuk mengungsi," tambahnya.

Pinggang Orang Dewasa
Banjir yang lumayan parah juga masih terjadi di Pelalawan, sebagai buntut meluapnya aliran Sungai Kampar. Banjir terus meluas dan hingga Minggu kemarin merendam Kecamatan Langgam. Puluhan rumah warga terendam. Untuk Kelurahan Langgam, ketinggian air sudah mencapai pinggang orang dewasa.

Menurutnya Camat Langgam, Sugeng Wiharyadi, Kelurahan Langgam termasuk salah satu titik yang cukup parah mengalami banjir. "Ada 45 rumah dengan jumlah 54 KK dan 187 jiwa yang terkena banjir," paparnya.

Dikatakan, sebagian warga memang sudah mengungsi ke rumah kerabat atau keluarga. Namun tidak sedikit juga yang tetap bertahan di rumah masing-masing.

"Namun tim penanggulangan banjir kita tetap siaga. Jadi kalau dirasa sudah perlu dievakuasi, kita akan segera lakukan. Selain itu, banjir juga terus kita pantau perkembangannya, apalagi kalau hujan turun. tim kesehatan juga siaga di Puskesmas," ujarnya.

Sedangkan untuk lokasi penampungan, pihaknya menyiapkan tiga tempat. Yakni aula Kantor Camat, Gedung Wanita dan Balai Kecamatan.
Bangun Jembatan Darurat

Sementara itu, warga Kuntodarussalam, Rokan Hulu, akhirnya membangun jembatan darurat dengan inisiatif mereka sendiri. Ada tiga jembatan darurat yang dibangun dengan bantuan TNI tersebut, yakni jembatan Sungai singkolek, jembatan Boncah Ketapang dan jembatan Sungai Omang. Ketiga jembatan itu ambruk dihantam banjir pada 8 Februari lalu.

Dengan dibangunnya tiga jembatan darurat itu, saat ini akses Kecamatan Kuntodarussalam ke sejumlah desa sudah bisa terhubung, meski pun baru menggunakan kendaraan roda dua.


Menurut Rudianto, (33) salah seorang warga Kuntodarussalam, berdirinya jembatan darurat tersebut kata Rudianto, berkat dukungan masyarakat, upika kecamatan termasuk pihak ketiga.

Meski bahan material jembatan hanya dibuat dari pohon pinang dan kayu, namun jembatan itu bisa dilewati kendaraan roda dua pengangkut kebutuhan sembako untuk masyarakat.

“Memang untuk mobil belum bisa melintas. Namun setidaknya untuk pasokan sembako dan kebutuhan pentingnya lainnya sudah bisa dilakukan, meski dengan sepeda motor," ujarnya.

Dikatakan, masyarakat sangat berharap pemerintah segera membangun tiga jembatan yang ambruk tersebut. "Ini harus jadi prioritas, kalau tidak perekonomian masyarakat di sini bakal terancam," ujarnya.


Dikhawatirkan Puso

Dari Kuantan Singingi, dari total 9.433 hektare areal persawahan di Kuansing, seluas 8.008 hektare telah terendam banjir. Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan (Distangan) Kuansing, Maisir, bila melihat kondisi minggu lalu katanya, lahan persawahan yang sudah ditanami padi terancam puso atau gagal panen, berada di bagian hilir SUngai Kuantan. Hal itu disebabkan banjir cukup lama merendam kawasan tersebut.

"Kalau untuk Hulu Kuantan dan Kuantan Mudik mudah-mudahan selamat. Yang terendam cukup lama itu di bagian hiilr, mulai dari Guntor ke Cerenti," terangnya.

Di Guntor, banjir merendam habis lahan pertanian di Desa Pisang Berebus dan Siberobah. Namun ia mengakui belum bisa memastikan berapa jumlah tanaman padi yang terancam puso, karena dibagian hilir baru beberapa hari ini air mulai kering seperti di Kuantan Hilir, Inuman dan Cerenti. (gus, rob, pen, hrc)