Riau Siaga Darurat Banjir dan Longsor ,di Kampar, 2 warga tewas

Banjir Mulai Terjang Inhu dan Pelalawan

Banjir Mulai Terjang  Inhu dan Pelalawan

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Banjir yang melanda Bumi Lancang Kuning, terus meluas hingga Kamis (11/2). Banjir telah mulai melanda sejumlah kawasan di Kabupaten Indragiri Hulu dan Pelalawan.

Sementara itu, Pemprov Riau akhirnya menetapkan status Riau menjadi siaga darurat banjir dan longsor. Keputusan itu diambil Kamis kemarin, dalam rapat Pemprov Riau bersama sejumlah institusi. Di antaranya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar, Rokan Hulu dan dan Kuantan Singingi, Korem.
 
031/Wirabima, Lanud Roesmin Nurjadin dan Polda Riau. Sedangkan dari Pemprov Riau dihadiri Kepala BPBD Edwar Sanger, perwakilan Dinas Perkebunan, Badan Lingkungan Hidup dan unsur muspida lainnya.

Sebelumnya, penetapan status tanggap darurat telah terlebih dahulu ditetapkan tiga daerah yang dihantam banjir, yakni Kampar, Rohul dan Kuansing.

Banjir
Sejauh ini, Kampar termasuk daerah yang paling parah dilanda banjir. Musibah ini juga telah menimbulkan dua korban jiwa.

Terancam Lumpuh
Dari Indragiri Hulu, banjir sudah melanda dua kecamatan, yakni Batang Peranap dan Peranap. Banjir di daerah ini merupakan kiriman aliran Sungai Kuantan dari Kabupaten Kuansing, yang hingga kini juga belum sepenuhnya bebas dari banjir.

Kondisi itu dibenarkan Camat Batang Peranap, Suhadi. Dikatakan, saat ini banjir sudah merendam 170 rumah yang dihuni 719 jiwa di kecamatan itu. Bahkan di badan jalan, ketinggian air sudah mencapai 1,5 meter.
"Kita sudah siapkan Pasar Pematang untuk tempat penampungan, karena lokasinya lebih tinggi. Namun sejauh ini warga masih memilih bertahan di rumah," akunya.

Menurutnya, akses jalan menuju tiga desa yakni Selunak, Pematang dan Koto Tuo, sudah tidak bisa dilalui lagi sehingga mengakibatkan desa tersebut terisolir. Bahkan beberapa fasilitas ibadah seperti masjid juga sudah ada yang terendam air.

Selain itu juga siswa sekolah terpaksa diliburkan, meskipun sekolah mereka belum terendam, namun akses jalan menuju sekolah tersebut sudah tidak lagi bisa dilalui karena ketinggian air yang mencapai 1,5 meter.

Diungkapkannya, Batang Peranap bisa saja lumpuh, karena jalan utama menuju ibukota kecamatan Batang Peranap dari Peranap atau daerah lain, saat ini juga sudah digenangi air hingga 40 centimeter.
"Untuk sepeda motor sudah tidak lagi bisa melaluinya, karena jika dipaksanakan bisa saja mati mendadak ditengah perjalanan karena kemasukan air, ujarnya.

Tak hanya itu, banjir juga sudah melumpuhkan enam desa di Kecamatan Peranap. Seperti dituturkan Camat Peranap, Azwarno, desa yang terendam banjir itu adalah Kelurahan Baturizal Hulu, Baturizal Hilir, Desa Baturizal Hilir, Setako Raya Raya, Pauhranap dan Desa Ketipo Puro. "Untuk fasilitas umum, SD 013 Setako Raya sudah tidak lagi bisa lagi dijalankan aktivitas belajar, ungkapnya.

Sejauh ini, Pj Bupati Inhu Kasiarudin dan Sekda Inhu yang baru saja dilantik, Agusrianto, serta jajaran dan Forkopimda setempat, sudah mulai melakukan pemantauan lapangan. Hal itu sekaligus untuk menentukan langkah dalam menyikapi banjir tersebut.

Menurut Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah (KPBD) Inhu, Arifwan, sejauh ini pihaknya mendapatkan data pasti terkait banjir di Inhu. "Sudah ada laporan banjir dari beberapa daerah. Kita akan langsung melakukan pendataan dilapangan, untuk bisa mengambil langkah-langkah selanjutnya, ungkap Arif.

Capai 1 Meter
Tidak hanya Inhu, banjir juga mulai melanda sejumlah kawasan di Pelalawan. Salah satunya di Teluk Meranti. Hingga Kamis kemarin, ketinggian air di pemukiman warga sudah mencapai satu meter. Sama halnya dengan Inhu, banjir di Pelalawan juga merupakan limpahan dari meluapnya Sungai Kampar dari Kabupaten Kampar.

Tidak hanya merendam pemukiman, banjir di Teluk Meranti juga telah memakan korban ternak warga. Namun hingga Kamis kemarin, masyarakat korban banjir belum menerima bantuan apa pun dari pemerintah. Namun belajar dari kejadian sebelumnya, biasanya pemerintah setempat selalu memberikan bantuan bila daerah itu dilanda banjir.

"Ketinggian air telah mencapai satu meter bila dirata-ratakan di pemukiman penduduk. Kami sudah mewanti-wanti jauh-jauh hari dengan mengevakuasi barang-barang penting di ketinggian dalam rumah. Begitu pula, untuk kemana-mana harus menggunakan sampan," ungkap Buyung, selah seorang warga.

Dibantu Pusat
Dari Pekanbaru, Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger, mengatakan, dengan telah ditetapkannya status siaga darurat banjir dan longsor ini, daerah yang dilanda banjir akan mendapatkan bantuan langsung dari pemerintah pusat, baik berupa anggaran, logistik dan bantuan lainnya.

"Saat ini BNPB telah mengucurkan anggaran bantuan banjir bagi Kabupaten Rohul dan Kampar masing-masing menerima Rp250 juta. Jadi dengan status siaga darurat ini akan mempermudah kita meminta bantuan ke pusat, salah satu yang kita minta itu Heli yang akan kita gunakan untuk mengirimkan bantuan ke daerah terisolir," ujar Edwar Sanger.

Sementara itu, kepala seksi datandan informasi BMKG Pekanbaru, Slamet Riyadi, mengatakan, hujan akan terus mengguyur wilayah Riau namun dengan intensitas ringan, hingga beberapa hari kedepan. Begitu pula dengan wilayah Sumatra Barat juga masih akan terjadi hujan.

"Hujan dalam beberapa hari kedepan akan menurun, diperkiraakan sampai tanggal 20. Jadi kemungkinan banjir belum bisa kita prediksi sampai kapan," ujar Slamet.

Dijelaskan Slamet, musim panas diperkirakan akan masuk pada pertengahan Februari hingga Maret mendatang. Sedangkan pada bulan Juni mendatang hingga September masuk musim kemarau basah, tidak sepenuhnya kamarau.

"Pada tahun ini akan ada Lanina, sehingga musim kemarau tahun ini kemarau basah," jelasnya.

Dua Korban Jiwa
Sementara itu, Kepala BPBD Kampar, Santoso, menjelaskan, bencana banjir yang merendam 12 kecamatan di Kampar ini telah merenggut dua nyawa, yakni warga Desa Ranah dan Alam Panjang. Memasuki hari ketiga sejak dibukanya pintu waduk PLTA Koto Panjang, wilayah Kampar masih dilanda banjir.

"Korban sudah ada dua orang remaja, dan sudah diketemukan. Mudah-mudah tidak ada lagi korban yang bertambah, kita sudah melakukan upaya untuk membantu warga yang ada di 12 Kecamatan ini, dengan menyiapkan logistik dan makanan bagi warga yang terisolir," kata Santoso.

Dari data yang telah di terima BPBD Kampar, tercatat sebanyak 26.614 KK yang terendam banjir. Dan sebanyak 133.070 jiwa saat ini masih mengungsi ditempat-tempat yang aman dari banjir.

"Tenda-tenda sudah didirikan sebagai tempet pengungsian mereka. Rumah-rumah warga memang tidak bisa lagi dihuni. Kita masih butuh bantuna lainnya bagi masyarakat yang terisolir, seperti di empat desa dan Tambang," ungkapnya.

Sementara itu, kepala BPBD Kabupaten Rokan Hulu, Aceng Herdiana, mengatakan, untuk wilayah Kabupaten Rohul 7 Kecamatan direndam banjir, yakni, Kecamaan Rokan, Ujung Bantu, Pagran Tapai Darussalam, Kunto Darussalam, Rambaj, Kepenuhan dan Bonai.

"Ada sebanyak 3.272 KK yang rumah mereka terendam banjir. Dan 11.438 jiwa masih mengungsi di tempat-tempat yang tidak terkena banjir. Sejauh ini belum ada korban jiwa, kita berdoa tidak ada korban jiwa," kata Aceng.

Dijelaskan Aceng, selain rumah warga, infrsatruktur lainnya seperti jembatan juga ikut dibawa hanyut arus air sungai. Terdta sebanyak 5 jembatan yang putus.

"Jembatan yang putus itu, di Sungai Mentawai dan Sungai Kolek di Kunto Darussalam dan dua jembtan lainnya. Terputusnya jembatan ini memutuskan jalur masyarakat yang akan keluar dari desa mereka," jelasnya. (nur, eka, zol)