“Jangan Lagi Panggil Kami Gafatar”

“Jangan Lagi Panggil Kami Gafatar”

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Warga Riau eks anggota Gerakan Fajar Nusantara alias Gafatar, mengharapkan mereka tidak lagi dipanggil dengan nama organisasi itu. Sebab, saat ini telah resmi keluar dari organisasi Gafatar.

Selain itu, dengan menyebut anggota Gafatar, dikhawatirkan akan berdampak terhadap psikologis mereka, terutama dari kaum ibu.

"Kita yang ada di sini, sudah keluar dari Gafatar. Jadi kita berharap tidak lagi disebut-sebut seperti itu. Khususnya untuk ibu-ibu, mereka sangat sensitif," harap Sukino Hasdi, eks Gafatar asal Batam,

Jangan
ketika ditemui di kompleks Rusunawa Jalan Mekar Sari, Tangkerang, Rabu (10/2).  

Seperti dirilis sebelumnya, sebanyak 50 warga Riau eks Gafatar, telah berada di kompleks itu sejak Senin awal pekan lalu, setelah dibawa dari Jakarta. Setelah menjalani pembinaan dan penyuluhan, rencananya pada hari ini (Kamis, 11/2), mereka akan diserahkan ke kabupaten/kota asal mereka.

Selain itu, Sukino juga menambahkan, ia dan warga eks Gafatar Riau lainnya, benar-benar mengharapkan pemerintah dapat membantu mereka, saat kembali ke tengah masyarakat nanti.

 Khususnya terkait modal usaha dan kebutuhan hidup mereka. Hal itu pernah dijanjikan pemerintah daerah, sebelum mereka dibawa pulang dari Jakarta.

Pihaknya sendiri menilai positif semua bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada mereka selama berada di penampungan.

 Pihaknya juga berharap, warga Riau eks Gafatar bisa kembali berbaur dengan masyarakat, hingga memasukkan anak-anak mereka ke sekolah. Sehingga setelah keluar dari penampungan, mereka tidak lagi kebingungan melanjutkan hidup.

Harapan senada juga dilontarkan Madi, salah seorang eks Gafatar lainnya. "Saya dulunya merokok, sekarang sudah berhenti tapi tidak disebut sebagai mantan perokok sementara ini kami masih saja disebut eks Gafatar," pintanya.

Bimbing Anak-anak
Tidak hanya terhadap para orangtua, bimbingan juga diberikan kepada anak-anak selama berada di kompleks Rusunawa.

 Hal ini dilakukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Riau bekerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan Pekerja Sosial Provinsi Riau.

Menurut Ketua P2TP2A Riau, Risdayati, saat ini kondisi 20 anak-anak eks Gafatar tersebut, sudah mulai membaik. Mereka juga sudah bisa berbaur dengan sesama mereka.

 "Kita mencoba menanamkan kepada anak-anak bahwa mereka bagian dari NKRI, bahwa mereka adalah masa depan bangsa ini. Jadi jangan sampai mereka mengucilkan diri dan tak bergaul dengan anak-anak lain," ujarnya.

Selain itu, P2TP2A juga berupaya menanamkan rasa percaya diri kepada anak-anak bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat.

 Untuk anak yang memasuki usia sekolah, Risdayati mengatakan pihaknya akan merekomendasikan dan bersinergi bersama pemerintah daerah untuk mengusahakan agar anak-anak tersebut tidak ditolak masuk sekolah.

"Kita tidak melakukan pembinaan secara formal, tetapi kita melakukan dengan cara berbaur dan bermain bersama anak-anak. Kita selalu ada di sini bergantian menangani anak-anak untuk bermain.

 Kita juga membuka konseling untuk ibu, apa pun yang ingin disampaikan kita akan terima dan membuka wawasan mereka. Semoga setelah keluar dari sini mereka dapat bergaul dan diterima di masyarakat," ujarnya.


Hari Ini Diserahkan

Terpisah, Kepala Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, Chairani, mengatakan bahwa hari ini (Kamis, 11/2), sebanyak 41 orang warga Pekanbaru eks Gafatar, akan diserahkan ke Pemko Pekanbaru.

Sesuai arahan menteri, selanjutnya, pembinaan terhadap mereka akan menjadi tanggung jawab Pemko Pekanbaru. Terkait anggaran untuk pembinaan, Chairani mengatakan pihaknya masih terus mengupayakan.

"Dana bencana, tidak tersedia di kita (Dinsos, red). Soal konsumsi, nanti akan kita bicarakan ke bagian umum, kita masih koordinasi. Apakah ditampung dulu di Rusunawa, atau ditampung di shelter kita," tandas Chairani.

Sementara itu, Walikota Pekanbaru Dr Firdaus, menyampaikan, kepada tim yang ditunjuk, agar melakukan pembinaan yang menyeluruh, sehingga apa yang diharapkan bisa terwujud. "Tapi, jangan sampai kita juga yang menyuap makannya, itu harus kita pikirkan," kata Walikota. (mg1, her)